Fifiyan adalah anak dari ketua mafia kegelapan yang dikenal kuat dan kejam, banyak mafia yang tunduk dengan mafia kegelapan ini. Tetapi disaat umurnya yang masih belia pada perang mafia musim dingin, keluarga besarnya dibunuh oleh mafia musuh yang misterius dimana membuatnnyabmenjadi anak sebatangkara.
Disaat dia berlari dan mencoba kabur dari kejaran musuh, Fifiyan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria kecil yang bersembunyi di dalam gua, karena mereka berdua berada di ambang kematian dan pasukan mafia musuh yang berada diluar gua membuat pria kecil itu mencium Fifiyan dan mengigit lehernya Fifiyan. Setelah kejadiaj itu, Fifiyan dan pria kecil itu berpisah dan bekas gigitannya berubah menjadi tanda merah di leher Fifiyan.
Apakah Fifiyan mampu membalaskan dendam atas kematian keluarganya? Apakah Fifiyan mendapatkan petunjuk tentang kehidupan Fifiyan nantinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikut Pertemuan
Selama pelajaran Finley masih fokus menulis rencananya sedangkan aku melamun memikirkan rencana di kepalaku.
"Uuhhuukkk... uuuhhhuukkk..." rintihku terbatuk-batuk, Han langsung berlari memberikanku dua lembar tisu.
"Bibirmu mengeluarkan darah, istirahatlah!" Ucap guruku menetapku serius.
"Saya tidak apa-apa bu..." gumamku meminum obat yang diberikan Han padaku.
"Apa kamu sakit?" Tanya Finley pelan.
"Penyakitnya kambuh kalau memikirkan rencana!" Ucap Han dingin dan kembali ke tempat duduknya.
"Penyakit? Penyakit apa?" Tanya Finley pelan tapi aku tidak memperdulikannya.
Kriiinnggg...
Terdengar suara lonceng pulang berbunyi, Han mendekatiku dan memberikanku sebuah kertas.
"Mereka dari organisasi terlarang milik penentang tertinggi, untuk pria bermata merah yang kau tanyakan itu tidak ada di dalam daftar mafia mungkin dia baru saja menjadi pemberontak."
"Apa dia yang membuat gerakan pemberontak itu?"
"Ya begitu lah. Oh ya ada undangan yang ditemukan bawahan kita saat ada seorang penyusup datang ke markas..." gumam Han pelan.
"Itu bawahan dia..." ucapku pelan dan membaca undangan itu.
"Ohhh... aku kira siapa..." gumam Han pelan tapi aku terdiam membaca kertas dan undangan ditanganku.
"Haish..." desahku mengembalikan kertas dari Han itu.
"Kak Han persiapkan semua, matahari tenggelam kita berangkat."
"Baiklah..." desah Han berjalan keluar kelas meninggalkan kami berdua. Aku menyandarkan tubuhku di kursi dan memejamkan kedua mataku.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Finley pelan tapi aku tidak menjawabnya yang membuat Finley menciumku lembut.
"Kenapa suka menciumku?" Tanyaku pelan.
"Karena kau milikku, hanya itu."
"Kau pandai kali merayuku..." gumamku dingin dan Finley semakin menikmati berciuman denganku.
"Fifiyan... apa kau... siap memiliki anak denganku?" Ucap Finley pelan yang membuatku terkejut.
"Tunggu dulu! Aku belum siap dan..."
"Tidak masalah, aku akan menunggumu sampai siap..." gumam Finley kembali menciumku, Finley membuka kancing kerahku dan mencium leherku lembut.
"Apa kau mau memiliki anak denganku?" Tanyaku pelan.
"Tentu saja, kau... milikku..." gumam Finley kembali menciumku lembut.
"Nanti jika aku siap, aku akan melakukannya..." gumamku pelan dan Finley tersenyum dan mencium dadaku lembut.
"Kakak, sudah waktunya kita harus... eehhh... mmm maaf..." gumam pria bermata biru itu terkejut melihat kami berdua.
"Ada apa?"
"T-tidak... lanjutkan saja, a-aku akan menahan pria menyebalkan itu sebelum dia sampai di ruangan ini dan..." gumam pria itu pelan, aku mendorong Finley dan merapikan pakaian atasku kembali.
"Dimana kak Han?" Tanyaku pelan.
"Dia sudah berjalan ditangga."
"Jangan kau ceritakan padanya..." gumamku pelan.
"Kenapa? Kalian kan terikat dan..."
"Suatu saat aku yang akan menjelaskan kepada wakilku sendiri..." gumamku pelan, Finley menarikku dan menciumku lembut.
"Lain kali aku ingin yang lebih nikmat dari ini istriku..." gumam Finley pelan yang membuat wajahku memerah dan mendorong Finley.
"Haish apa-apaan sih kamu ini!" Ucapku salah tingkah dan berjalan pergi.
"Padahal hanya berciuman doang dia jadi salah tingkah?" Gumam pria disebelah Finley bingung.
"Kau masih kecil, jadi tidak perlu mengomentari!" Ucap Finley dingin, aku menutup pintu ruang kelas dan bertemu dengan Han di depan.
"Kapan akan berangkat ke pertemuan?" Ucap Han dingin.
"Sekarang saja..." gumamku berjalan menuruni anak tangga, aku masuk kedalam mobil yang dipersiapkan Han dan menatap keluar jendela.
Kehangatan Finley benar-benar teringat di pikiranku bahkan aku sama sekali tidak menolak sama sekali membuatku merasa aneh.
"Kenapa kau dari tadi senyum mulu ku lihat?" Ucap Han pelan.
"Tidak ada..." gumamku pelan.
"Kau semakin aneh setelah berhasil meluluhkan pria itu."
"Sejak kapan aku tidak terlihat aneh?" Tanyaku pelan.
"Tidak pernah! Kau selalu saja aneh!" Ucap Han dingin sedangkan aku hanya terdiam menatap bangunan besar di depanku.
"Ini topengmu..." gumam Han memberiku topeng hitam.
"Terimakasih kak Han...." desahku pelan dan memakainya.
Aku dan Han keluar mobil dan masuk ke dalam ruang pertemuan, banyak petinggi menatapku terkejut tapi Finley yang sedari tadi duduk dengan tatapan dinginnya tidak memperdulikan sekitarnya.
"Mereka nampak hebat ya Valentina..."
"Ya, aku berpikir seperti itu..." gumamku pelan.
"Tesss... teesss... baiklah pertemuan khusus organisasi wilayah bagian misterius dimulai!!" Ucap pria tua kencang.
"Tunggu sebentar!! Kenapa ada mafia musuh yang mengikuti pertemuan ini!" Protes seorang wanita kencang.
"Tuan muda yang mengundangnya..." gumam Fanley membela Finley.
"Tapi kan pembahasan ini tidak ada sangkut pautnya dengan..."
"Perhatikan dan ikuti saja!" Ucap Finley dingin yang membuat wanita itu terdiam.
Selama pertemuan aku berfokus membaca tulisan di depannya, aku benar-benar mencari orang kembar pada pertemuan kali ini.
"Baiklah, bagaimana menurut nona muda?" Ucap pria tua didepanku dengan serius tapi aku masih berfokus dengan urusanku.
"Nona muda?" Ucap pria tua di depanku serius, Han menyenggol kakiku yang mengagetkanku.
"Apa?" Tanyaku bingung.
"Ciiihh sedari tadi kami berbicara tidak di dengarkan? Untuk apa kau ikut pertemuan?" Sindir wanita di depanku dengan dingin, aku menatap wanita itu ternyata mirip dengan wanita disebelahnya.
"Haaah akhirnya ketemu juga ya..." desahku pelan.
"Apa maksudmu?" Tanya wanita itu dingin, sedangkan aku hanya beranjak dari kursiku dan duduk di depan mejaku.
"Jadi... kau anak dari Diego Valentin ya?" Ucapku dingin yang membuat dua wanita itu menatapku dingin.
"Siapa kau?" Ucap wanita itu mengerutkan dahinya.
"Oh ya sebelumnya aku meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan kakak bodohku dan juga ayahku mengenai keluarga kalian..." ucapku santai.
"Apa maksudmu? Siapa kau?"
"Aku... Fifiyan Valentina dan aku... kakak tiri kalian berdua!" Ucapku dingin.
"Ciiih kakak tiri? Kami tidak akan mengakui hal itu!"
"Yaahh kalau itu suka-suka kalian, lagi pula aku hanya ingin mengatakan permintaan maaf dan harusnya kalian bersyukur atas permintaan maafku ini!"
"Ciiihh sampai kapanpun kami tidak akan memaafkan kalian pengkhianat!"
"Pengkhianat? Kalian dari keluarga Valentin juga dan kalian pengkhianat dong?" Ucapku dingin yang membuat wanita di depanku kesal tapi wanita disebelahnya menahannya.
"Sudahlah itu masalah pribadi tidak perlu dibahas di pertemuan ini."
"Oh tidak masalah yang penting aku sudah mengatakannya lagi pula... aku biasanya tidak pernah mengatakan maaf kepada siapapun selama hidupku!" Ucapku dingin, tiba-tiba seorang wanita cantik berdiri dan berjalan kearah Finley, dengan pakaian yang sengaja sedikit dibukanya wanita itu mencoba menggoda Finley yang membuatku kesal.
"Tuan muda, kenapa anda biarkan seorang musuh menghancurkan pertemuan ini?" Ucap wanita itu mengoda yang membuatku memutuskan berjalan kearahnya.
"Kenapa anda tidak membunuhnya dan Aaakkhh sakit!!!" Teriak wanita itu kencang saat aku menarik rambutnya, aku mendorongnya yang membuat wanita itu terjatuh dilantai.
"Sakit? Ciihh aku cuma menarik rambut saja kau merasa sakit? Dasar wanita penggoda!" Sindirku dingin.
"Kau!! Awas kau!! Semua bunuh dia!!" Teriak wanita itu kencang yang membuat beberapa orang bersiap melukaiku tapi dengan cepat Finley mengarahkan senjatanya kearah orang-orang yang akan melukaiku itu.
"Kalau kalian berani melukainya maka... nyawa kalian menjadi bayarannya!" Ucap Finley dingin.
"T-tuan muda..." ucap wanita di lantai itu terkejut.
"Kenapa anda membelanya? Harusnya aku!! Aku wanita paling cantik!! Harusnya aku yang anda bela!!" Teriak wanita itu kencang yang membuatku tertawa kencang.
"Haaah... HAHAHA!!! Bela? Apa aku tidak salah dengar? Buat apa suamiku membelamu?" Ucapku dingin.
"S-suami?" Ucap semua orang terkejut, aku terduduk di meja Finley dan Finley menarikku kepelukannya.
"Awalnya aku tidak ingin menunjukkannya tapi asal kamu tahu ya Finley itu suamiku..." ucapku dingin, aku mengusap pipi Finley yang membuat Finley menciumku lembut.
"TIDAK!! TIDAK BISA!!! TUAN FINLEY MILIKKU!! KAU WANITA TIDAK BERGUNA! KAU TIDAK TAHU KAU BERURUSAN DENGAN SIAPA? HAAAH!! AKU!!! AKU KETUA MAFIA TERKEJAM!!" Teriak wanita itu kencang.
"Hoaamm... ternyata mafia wilayahmu sangat tidak berguna ya suamiku..." gumamku beranjak dan duduk di meja Finley.
"Lalu? Kau ingin melawanku?" Ucapku dingin.
"Aku menantangmu!"
"Baiklah, nampaknya bertaruh akan lebih seru bagaimana?" gumamku pelan.
"Aku terima taruhanmu!"
"Baiklah... taruhanku santai saja... jika kau bisa menyentuhku dalam beberapa menit dengan semua cara diperbolehkan, nantinya aku akan memberikan Finley padamu jika tidak maka... kau akan menjadi budakku... bagaimana?" Ucapku dingin.
"Baik!" Ucap wanita itu berlari kearahku tapi dengan cepat aku melempar senjata beracunku di kakinya yang membuat wanita itu kesakitan.
"Heeeh? Baru beberapa detik saja loh..." ucapku dingin, wanita itu menarik senjataku dan senjataku tiba-tiba lenyap.
"Lenyap? S-siapa kau sebenarnya?" Tanya wanita itu terkejut.
"Oh ya lupa memperkenalkan, aku... Valentina dan aku pemimpin tertinggi wilayah bagian pusat sekaligus... ketua mafia kegelapan!" Ucapku dingin yang membuat semua orang terdiam ketakutan.
"Eehh n-nona muda maafkan saya... saya hanya..."
"Hanya?" Ucapku menatap wanita itu dingin.
"N-nona muda saya... saya bersedia menjadi budak anda dan...dan... diseumur hidup saya!" Ucap wanita itu kencang, aku melemparkan obat penawarku yang membuatnya bingung.
"Minumlah dan kau akan dibawa bawahanku..." gumamku pelan, wanita itu langsung meminumnya dan wanita itu di papah kedua bawahanku.
"Haish menyusahkanku!" Gerutuku kesal dan beranjak dari meja tapi Finley dengan cepat menarikku dan memelukku erat.
"Lanjutkan!" Ucap Finley dingin dan pertemuan kembali dilakukan, aku memberikan kode kepada Han dan Han tanpa mengatakan apapun hanya berjalan kearah kami dan berdiri di sebelah Fanley.
"Jauh-jauh dariku!" Gerutu Fanley dingin, aku mengarahkan pedangku dan Fanley langsung memeluk Han erat.
"T-tenang nona muda, kami akur kok..." ucap Fanley mencoba akrab tapi Han mencoba melepas pelukan Fanley sedangkan Finley berfokus pada pertemuan sambil mengusap rambutku lembut.