NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Lily

Rumah Untuk Lily

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: Egha sari

Rumah sudah kokoh berdiri, kendaraan terparkir rapi, tabungan yang cukup. Setelah kehidupan mereka menjadi mapan, Arya justru meminta izin untuk menikah lagi. Istri mana yang akan terima?
Raya memilih bercerai dan berjuang untuk kehidupan barunya bersama sang putri.
Mampukah, Raya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya? Apalagi, sang mantan suami hadir seperti teror untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Si pengantin baru

Pengantin baru, yang sedang berbunga-bunga. Sudah seminggu menikah, namun terasa baru seperti kemarin. Lihat saja, mode manja sang istri yang masih tidur dengan lelap, di pagi yang seharusnya ia menyiapkan sarapan. Bermodalkan lemah, letih dan mual, karena efek mengidam. Sebenarnya, itu hal normal. Bahkan, Arya tidak keberatan untuk menggantikan peran sang istri, meski tidak sepenuhnya. Tapi, tidak dengan penghuni rumah di sebelah mereka.

"Bu, ada sarapan, tidak?" Arya membuka tudung saji di dapur ibunya. "Ibu belum masak?" Arya beralih membuka tutup panci di atas kompor.

"Apa ibu warung makan? Kenapa tiap hari, kamu datang mencari makan disini. Bilang, sama istrimu untuk masak."

"Bu, dia lagi hamil. Dia mual, kalau mencium bau masakan."

"Kalau begitu, kamu beli saja diluar. Kalau tidak, panggil ART sekalian untuk bersih-bersih. Ibu lelah, harus mengurus rumah kamu. Pekerjaan di rumah ibu saja sudah numpuk."

"Arya harus nabung, untuk Tari melahirkan. Belum lagi, biaya kebutuhan si kecil. Lagipula, Tari tidak suka makanan diluar, dia suka masakan ibu."

"Terserah. Ibu tidak masak hari ini, ibu mau istirahat. Sudah seminggu, ibu bersih-bersih rumah kamu, belum lagi masak."

Arya terpaksa kembali ke rumah dengan tangan kosong. Ia akhirnya, memasak nasi, belajar dari video di aplikasi. Kulkas kosong, hanya ada botol air. Arya kembali ke rumah ibu, mengambil telur untuk digoreng.

Diatas meja sudah ada nasi dengan tekstur sangat lembek, seperti bubur. Telur ceplok yang entah bagaimana rasanya. Ini adalah pertama kalinya, Arya memasak. Saat bersama Raya dulu, Arya tidak pernah menginjakkan kami didapur. Ia hanya menyewa ART untuk sebulan, pasca Raya melahirkan.

"Mas, aku lapar." Tari berjalan dengan lesu, sembari menutup hidung. "Ini bau apa, Mas?"

"Ayo, duduk. Aku sudah masak." Arya bangkit, memegang tangan sang istri menuju meja makan. Sungguh romantis, jika ada seseorang yang melihat keduanya.

"Ini, apa?" Tari syok memperhatikan menu sarapan yang tidak sesuai ekspektasinya.

"Ibu belum masak. Jadi, aku hanya masak seadanya. Mungkin, pulang nanti, kita harus berbelanja."

"Belanja?" tatap Tari, merasa keberatan, "tapi aku, belum bisa masak."

"Nanti ibu yang masak. Aku akan memintanya, paling tidak sampai kamu merasa lebih baik."

"Mas. Aku mau muntah melihat makanan ini. Apa tidak ada makanan lain?"

Arya menghela napas panjang. "Tidak ada."

"Kalau begitu, beli saja diluar. Aku tidak bisa makan makanan seperti ini." Tari langsung bangkit dan pergi begitu saja. Sementara, Arya hanya memperhatikannya dengan pasrah.

Arya kembali ke rumah ibunya, meminjam motor Arga. Terlalu ribet menggunakan mobil, padahal hanya untuk membeli makanan didepan.

"Mau kemana?" teriak ibu dari teras rumah.

"Beli makanan."

"Belikan ibu sekalian dengan adikmu."

Lagi-lagi, Arya menghela napas. Seolah ia lelah dengan keadaan. Seharusnya, saat ini ia tengah duduk manis menikmati sarapan bersama secangkir kopi hangat. Bukannya keliaran, mencari sarapan diluar. Apalagi, waktu semakin mepet untuk masuk kerja.

Hanya sepuluh menit, Arya kembali dengan membawa banyak bungkusan makanan. Ia memberikan titipan sang ibu dan berlari menuju rumahnya. Ia memperhatikan dapur dan Tari tidak ada disana. Seharusnya, wanita itu membantunya menyajikan makanan.

Arya duduk sembari menatap makanan yang sudah diatur dalam piring. Seratus ribu melayang, hanya untuk membeli sarapan. Apalagi, Tari sering meminta makanan berbagai jenis. Bagaimana jika terus membeli setiap kali mereka makan?

"Sudah ada, yah?" Tari langsung duduk. Antusias melihat ragam makanan yang tersaji di meja.

"Kamu makan saja, aku siap-siap dulu." Arya langsung bangkit. Selera makannya lenyap, berganti rasa lelah dan jenuh.

Arya sudah rapi, dengan setelan kemeja abu-abu. Ia memperhatikan jam dinding, yang terus bergerak tanpa menunggunya untuk bersiap lebih lama. Sebab, masih ada Tari yang sedang mandi.

"Sayang, cepat dong. Tinggal setengah jam lagi. Nanti kita telat."

"Iya," teriak Tari dari dalam kamar mandi.

Arya memilih untuk menunggu diruang tengah. Namun, kedua maniknya menangkap keadaan meja makan yang berantakan. Sisa makanan tidak ditutup dan piring bekas sang istri, masih tergeletak di atas meja.

Lagi-lagi, Arya hanya bisa menghela napas panjang, sembari mengangkat piring dan langsung mencucinya. Tak lupa, menutup makanan dan membersihkan meja. Sudah seminggu seperti ini, dan Arya mulai lelah. Sebab, ini terjadi, bukan hanya saat sarapan, tapi saat mereka pulang kerja dan itu berlangsung setiap hari, sejak mereka menikah.

Tari sudah siap, sembari menenteng tas selempang. Arya memperhatikan jam tangan dan ternyata mereka sudah terlambat 20 menit yang lalu. Belum lagi perjalanan, yang menghabiskan hampir setengah jam.

"Tari. Apa kamu tidak bisa lebih cepat?" tanya Arya dengan nada sedikit meninggi.

"Maksud kamu?" Tari malah kembali bertanya, dengan nada lebih tinggi dan terdengar menantang.

"Sudah seminggu, kita berdua sering terlambat. Mungkin, sebentar akan ada surat teguran. Dan kamu tahu, satu perusahaan akan curiga tentang kita berdua. Kamu tahu, kan aturan kontrak yang tertera di sana?"

"Yah, terus aku harus bagaimana. Aku lemas, Mas. Mual, tidak bisa buru-buru."

"Kalau begitu, kamu harus cepat bangun. Paksa diri kamu, jangan terbawa keadaan."

Kini mereka berdua, malah menghabiskan waktu untuk bertengkar. Arya langsung keluar, sementara Tari menyusul dengan wajah cemberut.

Seperti kesepakatan keduanya. Tari akan turun sekitar 10 meter dari perusahaan. Wanita itu, akan berjalan kaki, sambil menoleh kiri kanan.

Dan benar saja, surat peringatan pertama akhirnya mendarat di meja kerja Arya dan Tari. Keduanya, yang baru saja tiba, langsung membelalak. Apalagi, Arya yang langsung emosi, namun tetap berusaha tenang.

"Kalian berdua terlambat selama seminggu. Apa kalian berdua janjian?" tanya seorang pria yang bekerja di divisi HRD.

"Maaf, Pak. Akhir-akhir ini, kendaraan saya sering mogok," jawab Arya, dengan jawaban yang susah payah ia pikirkan selama perjalanan.

"Dan kamu, saudara Tari? Apa alasan kamu sering terlambat?"

"Saya sakit, Pak."

"Sakit, apa selama seminggu?"

"Datang bulan, Pak."

"Aneh sekali, kalian berdua. Kok bisa terlambat bersamaan. Ah, iya. Perusahaan mengeluarkan aturan baru. Adanya larangan pernikahan sesama karyawan. Jika ada, salah satunya harus mengundurkan diri. Dan itu berlaku, mulai hari ini."

Arya dan Tari, saling bertukar pandangan. Terlihat wajah mereka yang syok.

"Kok bisa, Pak. Ada aturan, seperti itu?" protes Tari.

"Kenapa? Kamu lagi pacaran ditempat kerja?"

"Tidak, Pak. Tapi, itu tidak adil."

"Jangan protes, sama saya. Aturan itu, bukan saya yang buat. Jika kamu keberatan, sana pergi temui presiden direktur."

"Maaf, Pak."

"Sudah. Kembali bekerja. Ingat, surat teguran hanya sampai tiga kali."

"Iya, Pak."

Keduanya keluar, dengan tubuh lesu dan tidak bersemangat. Apalagi, Arya yang mulai merasa tidak nyaman dengan pernikahannya yang baru berumur satu minggu.

🍁🍁🍁

1
Ira
Cpt Raya nikah sama Adrian biar penghianat Ngenes2
Nikma: Permisi kak Author ..

Halo kak reader, kalau berkenan mampir juga karya aku 'Kesayangan Tuan Sempurna' yaa
Terima kasih😊🙏
total 1 replies
Ira
Bagus thor .. Bikin mantan miskin krn selingkuh..
betters
lumayan suka....
Ira
Semoga Raya bisa menyatu dgn Adrian dan dpt restu dr semua... Biar para penghianat merana
Wibi Satrya Wiguna
/Angry/
Wibi Satrya Wiguna
Buruk
Panji Irwansyah
Lanjut....
Sulfia Nuriawati
poligami g mudah, yg pny ilmu aja byk yg gagal, kalo cm mengandalkan bs adil dlm nafkah, dr sisi lain blm tentu yg akan terkorban ttp istri tua, bercerai utk sehatkan mental jauh lbh baik, blm tentu slingkuh ckup 1c pasti akan kambuh lg tu penyakit slingkuh
Shakri Aziz
Luar biasa
🌻Nie Surtian🌻
seenaknya saja suruh orang keluar kerja...😡
Rini Susanti
aku suka gaya penulisannya.aku tunggu kelanjutannya ka
retiijmg retiijmg
knp adrian lemah?
tidak mau memperjuangkan raya
retiijmg retiijmg: syukurlah klo arland
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: soalnya jodohnya bukan adrian, tapi aland...
total 2 replies
Tini Laesabtini
lanjut....
Tini Laesabtini
mencaci ,mengumpat dilarang tp buat pelakor aku sgt setuju ,lanjutkan....👍
Tini Laesabtini
cerita yg bagus kenapa yg like dikit
Tini Laesabtini
novel yg bagus ,alur yg menarik sekelas dg penulis yg udh tetnama
Tini Laesabtini
dua ceritamu sudah aku lalui ini yg ke 3, penasaran coba baca yg on going,awal yg bagus cerita yg menarik 👍👍👍👍👍
🌻Nie Surtian🌻
Nach begitu Raya...baru keren...jangan mau di tindas terus..
Amie Layli
bagus raya,jangan pernah takut sama orang2 yg sudah menyakitimu.
retiijmg retiijmg
ayo raya lawan jgn mau dihina,direndahkan & diinjak2 harga diri km.
bntar lg km ketemu sm laki2 yg tulus yg mampu bahagiakan km.
plg suka crita klo perempuannya tangguh & kuat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!