Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.
Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.
Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night 10: Identity
...
"Bukannya ini sangat penting, kenapa kamu dengan mudahnya memberitahukan buku ini ke aku."
"Alasannya. Pertama, aku tidak bisa membaca buku itu, atau lebih tepatnya orang yang memiliki nama dibuku itu tidak bisa membaca buku miliknya sendiri. Kedua, karena aku percaya dan telah mengenal kamu... Harmz."
"Maaf, nama saya Han Li Yan anda tahu itu, lagian siapa itu Harmz?"
"Itu adalah namamu, bisa kemari sebentar, aku sudah susah untuk bergerak."
Li Yan menuruti apa yang aku pinta dan segera berjongkok saat ku pinta. Tanganku, ku tempelkan tepat dipucuk kepalanya, tentu saja hal itu sontak membuat Li Yan terkejut lalu mulai mengeluarkan ekspresi kesakitan dan keringat mulai bercucuran dari tubuhnya.
"Nyo-Nyonya..." tutur Li Yan dengan wajah cemas dan suaranya yang serak dan berat
"Selamat datang kembali Harmz." tuturku sambil mengelus pucuk Li Yan
"Maaf kan aku Nyonya..." tutur Li Yan masih menundukan kepalanya
"Tidak apa. Kamu tetaplah jadi Han Li Yan sekarang."
"Baiklah, lalu saya harus bagaimana dengan ini."
"Sama seperti saat itu." jawabku, seketika wajah Li Yan langsung pucat
"Jangan bilang, Nyo-Nyonya..."
"Haha... tak perlu cemas, aku hanya ingin kamu menjaganya."
"Baiklah..." ujar Li Yan sambil kembali ke kursinya
Untuk sesaat aku menikmati memandangi wajah Li Yan yang terus memperhatikan buku yang ada ditangannya yang sesekali teruntai sebuah senyuman.
"Untuk permintaan keduaku." aku menghentikan ucapanku
"Apa itu Nyonya." jawab Li dengan penuh semangat
Aku tak langsung menjawabnya. Sekali lagi aku mengeluarkan buku, 10 buku tepatnya, melayang berjejer dihadapanku. Hal itu semakin membuat Li Yan bertanya-tanya.
"Valkyrie..." ujar Li Yan membaca seluruh nama disampul buku itu dengan satu nama yang sama
"Ada apa dengan mereka, Nyonya."
"Mereka adalah anak-anakku, yang mewarisi nama Valkyrie."
"Maksudnya..."
Aku mengerakan satu buku di barisan paling kanan ujung kehadapan Li Yan.
"Bacalah..." perintahku
"Ini..." tutur Li Yan setelah membuka buku itu
"Bukannya dia ini..." Li Yan menghentikan ucapannya
"Ini data aslinya yang aku ambil tadi." aku menyerahkan ponsel Jun ke Li Yan, dia langsung membacanya
[Nama : Lusilia {Olrun Valkyrie}
Tanggal Lahir : 11 Agustus 2075
Usia. : 15 tahun {750 tahun}
IQ : 175
Hobby. : Mengamati Orang Lain
Innate : {Memory Photography},
{Quick Move}, {Valkyrie}]
-dan juga beberapa keterangan lainnya.
"Apa ini alasan Nyonya ingin melatihnya secara pribadi."
"Bisa dibilang begitu."
"Terus, untuk 9 lainnya."
"Aku ingin kamu mencari mereka, namun ada satu yang sudah ku temukan."
"Siapa dia Nyonya, lalu bagaimana aku mencari mereka."
"Kamu akan tahu siapa orangnya, buku itu yang akan membantu kamu, dan juga berikan ini (memberikan satu buku yang masih melayang didepanku) ke Julian, dia akan membantumu, tapi sebelum itu, tempelkan buku ini dipucuk kepalanya, dan juga ini (memberikan lagi dua buku) berikan ke Edward"
"Hmm..." tutur Li Yan bergumam sambil memandangi isi dari tiga buku yang ku beri untuk Julian dan Edward
"Seminggu lagi kita akan menjemput putri ku yang nomor tiga." ujarku sembari memberikan semua buku itu ke Li Yan
"Baik Nyonya."
"Dan permintaanku yang terakhir." aku menghentikan ucapanku lagi, wajah Li mulai panik lagi mendengar kata terakhir dari ucapanku
"Tolong nanti buatkan surat izin untuk ku selama lima hari, ya." lanjutku
"Hm, Nyonya mau kemana, meminta aku membuatkan surat izin sekitar lima hari?"
"Haha... Aku tidak akan pergi kemana-mana, aku hanya ingin beristirahat, mungkin aku akan tertidur selama lima hari. Jadi kamu yang sebagai kepala sekolah, aku ingin kamu buatkan izinku, dan satu hal lagi, kini aku adalah siswamu, jadi sebisa mungkin jangan sampai kamu kelepasan bilang Nyonya, ya Harmz, tidak, Han Li Yan, Raja Sky Heaven." aku mengusap lembut pucuk kepala Li Yan saat ku berada disampingnya
"Ya sudah, selamat malam." ujarku saat setelah berada diatas kasurku diruangan itu dan melambaikan tanganku ke Li Yan, selesai itu Li Yan langsung menghilang
"Haah... terlalu banyak energi terkuras menggunakan tubuh ini." gumamku dan aku mulai tertidur.
...***...
Li Yan sekarang sudah kembali, tepat berada diruangannya sendiri di Sky Heaven, berdiri diam mematung untuk beberapa saat setelah dia kembali dengan masih menenteng dan memegang 11 buku dikedua tangannya.
Tidak terlalu lama untuknya tersadar. Dia segera berjalan ke kursinya, meletakan 10 buku yang dia bawa di atas mejanya, dan tentunya buku 'JUNIAN' masih tetap dia pegang.
"Aku tak menyangka, aku bisa bertemu lagi denganmu, Nyonya." tutur Li Yan sambil mendekap buku itu dengan wajah penuh kerinduan
"10.000 tahun lebih ya, aku tak tahu kehidupan seperti apa yang telah Nyonya lalui selama ini. Kenapa aku tidak terlahir setiap Nyonya terlahir kembali, kenapa harus sekarang, Nyonya, KENAPA?"
Han Li Yan terus berbicara sendiri sambil menatap lekat buku yang dia pegang, sampai...
Tok... tok... tok...
"Ya, masuk." ujar Li Yan sambil memperbaiki sikap dan postur duduknya, namun tak melepaskan buku yang ada di tangannya
"Permisi pak."
"Oh kalian, ada apa?"
Mita, Sinta dan Lia dibuat bingung dengan pertanyaan dari kepala sekolah mereka, mereka mulai mendekat dan tepat berada disebrang meja yang berhadapan dengan Li Yan.
"Bukannya kami disuruh menghadap bapak untuk mengurus kepindahan kami." jawab Sinta
"Oh, tunggu sebentar." ujar Li Yan, langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang
"Iya pak." jawab Sinta dan Mita namun tak ada suara atau tanggapan dari Lia
"Lia, kamu kenapa?"
"Apa sih yang kamu perhatikan dari tadi?"
"Eh, ah, itu, kalian ngak melihatnya." jawab Lia sambil menunjuk kearah pinggir meja Li Yan
"Melihat apaan sih." jawab Sinta dan Mita kebingungan dengan tingkah teman mereka yang satu ini
"Tumpukan buku itu, tapi Cuma satu yang mengeluarkan cahaya." balas Lia
Han Li Yan yang sudah selesai menelpon menatap pasti kearah Lia, hal itu disadari oleh mereka dan tentunya mereka langsung bergidik ketakukan.
"Kalian kembalilah ke kamar kalian dulu, nanti ada yang membantu kalian pindahan, dan kamu Lia, tetap disini." tutur Li Yan.
Sinta dan Mita segera meninggalkan Lia yang disuruh tetap disana
"Ambillah buku yang bercahaya itu." lanjut Li Yan saat tinggal mereka berdua
"Untuk saya pak." tutur Lia sambil mengambil buku itu
"Jaga bukunya, jangan sampai hilang, dan jangan pernah ceritakan ke orang lain, karena hal tadi, mereka berdua tidak bisa melihat buku itu" ucapan Li Yan membuat Lia bingung
......................