Karna kebucinannya pada Justiv, Rena sampai rela menyerahkan sesatu yang paling berharga dalam dirinya pada sang kekasih.
Kesalahan satu malam yang telah mereka lakukan. Telah menyebabkan munculnya kehidupan baru dalam rahim Rena.
Namun di saat Rena akan memberitahu tentang kehamilannya pada Justiv, pria itu malah ingin mengakhiri hubungannya dengan Rena.
Demi melindungi masa depan dirinya dan sang anak yang tak berdosa, terpaksa Rena harus merelakan sang anak untuk dirawat oleh orang tuanya dan menganggap anak itu sebagai adiknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Tuan, apa boleh jika aku tidak ikut ke Papua? Adikku akan datang hari ini, aku tidak tega jika harus meninggalkannya sendirian." pinta Rena dengan memasang wajah memelas.
"Tidak bisa! kalau kau tidak ikut ke Papua, siapa yang akan mengurus aku selama di sana nanti!" tepis Zayn.
"Tapi tuan, kenapa kunjungan ke Papuanya mendadak sekali? Aku belum mempersiapkan apapun." cicit Rena.
"Ini tidak mendadak sekretaris Rena. Kunjungan ke Papua sudah direncanakan sejak satu minggu yang lalu oleh sekretaris Amanda. Salahmu sendiri kenapa tiba-tiba menjadi sekretarisku!" ujar Zayn.
"Kalau kau ingin mengundurkan diri jadi sekretarisku, akau tidak akan menahanmu." Zayn tersenyum smirk.
Mom Alena bilang, Zayn tidak boleh memecat Rena, tapi kalau Rena yang mengundurkan diri tidak masalah bukan.
"Tidak tuan, aku akan ikut kemanapun anda pergi."
Rena sangat membutuh pekerjaan ini demi mendapatkan uang, tidak mungkin Rena melepaskannya begitu saja.
"Baiklah kalau begitu, tidak usah banyak bicara dan kerjakan tugasmu dengan benar! dan jangan melakukan kesalahan apapun!" ucap Zayn penuh nada tekanan.
"Siap tuan." sigap Rena.
Rena tak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah ikut ke Papua bersama Zayn dan Asisten Andrew.
***
Sepanjang hari ini, Rena terus mendampingi Zayn melakukan berbagai kegiatan. Di mana ada Zayn, di situ ada Rena. Mereka berdua seperti tidak terpisakan.
Rena tidak banyak melakukan kesalahan hari ini, membuat Zayn sedikit bernapas lega.
Setelah melakukan kunjungan di pabrik dan mendokumentasikan Zayn saat berpidato di sana. Rena ikut pulang ke rumah Zayn untuk membantu sang bos mengemasi barang-barang milik pria itu yang akan dibawa ke Papua.
Rena sedikit ragu apakah menyiapkan barang-barang milik Zayn adalah bagian dari tugasnya sebagai seorang sekretaris. Tapi Rena tetap melakukannya karna tidak ingin melakukan kesalahan lagi.
"Ini kamarku." beritahu Zayn. Rena sedikit terkejut karna di kamar Zayn tidak ada apapun selain sebuah ranjang berbentuk king size saja.
"kau kemasi barang apa saja yang aku butuhkan selama di Papua. Aku akan membersihkan diri dulu." ucap Zayn.
"Tapi tuan? Kenapa kau membawaku ke kamarmu? Di mana walk in closetnya?" tanya Rena.
"Loh kemana dia?" Rena merasa heran karna Zayn tiba-tiba menghilang.
"Dimana letak lemarinya?" Rena meraba-raba dinding kamar milik Zayn. Rena pernah melihat salah seorang temannya menggunakan lemari yang di tanam ke tembok, mungkin Zayn juga.
"Nah ini dia." Seru Rena setelah berhasil menemukan sebuah pintu yang warnanya nyaris serupa dengan dinding kamar Zayn yang berwarna putih. Jika tidak teliti, pintu itu nyaris tidak terlihat.
Kemudian Rena membuka pintu itu yang Rena kira adalah lemari milik Zayn.
"Aaakkkkk!!!!"
Teriak Rena saat melihat Zayn sudah dalam keadaan setengah telanjang. Karna pintu yang baru saja Rena buka, ternyata adalah pintu kamar mandi.
"Lancang!" Zayn kembali menutup pintu itu dengan wajah datarnya, berbeda dengan Rena yang jadi panas dingin.
"Kenapa kamar ini rumit sekali, sama seperti pemiliknya." Rena kembali mencari pintu yang lainnya setelah kesadarannya sempat hilang karna terhipnotis perut six pack milik Zayn.
"Tapi aku harus membiasakan diri dengan kamar ini, siapa tahu suatu saat nanti aku akan tinggal dikamar ini juga." gumam Rena dengan wajah yang bersemu merah.
"Apa mungkin ini lemarinya?"
Rena baru bisa bernapas lega, setelah yakin kalau pintu itu adalah pintu lemari. Bergegas Rena mengambil koper milik Zayn yang terletak di bagian bawah lemari tersebut, kemudian mengemasi pakaian milik Zayn ke dalam koper berwarna hitam tersebut.
"Kalau seperti ini aku merasa seperti istri Zayn, daripada sekretarisnya." cicit Rena saat memasukan pakaian dalam milik sang bos ke dalam koper.
"Kenapa membawa pakaiannya sedikit sekali Rena?" tanya mom Alena yang entah sejak kapan sudah berada di kamar sang putra.
"Untuk apa membawa semua ini aunty?" tanya Rena saat melihat mom Alena memasukan beberapa peralatan mendagi ke dalam koper milik Zayn.
"Zayn sangat suka berpetualang, jadi bawalah ini juga." ucap wanita berhijab putih itu. Rena tidak bisa membantah walaupun peralatan mendaki tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, karna yang mengatakan itu adalah ibu dari bosnya sendiri.
***
Rena menghabiskan banyak waktu untuk mengemasi pakaian milik Zayn. Sedangkan ia hanya di beri waktu 10 menit untuk mengemasi pakaian miliknya sendiri. Karna pesawat yang akan membawa mereka terbang ke Papua akan take off satu jam lagi.
Rena tidak sempat pamit pada Dilon, karna Dilon dan papa Nicko belum sampai di rumah saat Rena pulang tadi.
Walaupun mom Khanza sudah berpesan agar Rena tidak merisaukan Dilon, tapi tetap saja Rena selalu kepikiran. Jadilah Rena selalu menghubungi mom Khanza setiap 10 menit sekali untuk menanyakan kabar Dilon.
"Mom, apa Dilon sudah tiba di rumah?"
"Apa Dilon sudah mandi sore?"
"Apa Dilon sudah makan?"
"Dilon rewel atau tidak?"
Ada saja yang Rena tanyakan. Membuat mom Khanza lebih kerepotan untuk menjawab telepon dari Rena daripada mengurus Dilon.
Seperti saat ini, begitu pesawat yang mereka tumpangi mendarat di papua. Hal pertama yang Rena lakukan adalah menghubungi mom Khanza untuk menanyakan kabar Dilon.
"Mom apa Dilon sudah tidur?" tanya Rena begitu mom Khanza mengangkat teleponnya.
"Sayang ini sudah jam 11 malam, tentu saja Dilon sudah tidur. Kau tidak perlu mengkhawatirkan Dilon lagi ya." ucap mom Khanza dengan suara parau khas orang baru bangun tidur.
"Terima kasih sudah merawat Dilon ya mom, maaf sudah merepotkan." ucap Rena.
"Tidak papa sayang, jaga dirimu baik-baik selama berada di sana ya." pesan mom Khanza.
"Thank you mom, i love you." pamit Rena.
"I love you too sayang." balas mom Khanza, setelah itu panggilan telepon terputus.
"Sekretaris Rena, kau begitu mengkhawatirkan Dilon seakan Dilon adalah putramu dan bukan adikmu." cicit Asisten Andrew yang sudah bosan melihat Rena terus menelepon keluarganya hanya untuk menanyakan kabar Dilon.
Rena hanya menaggapi ucapan asisten Andrew dengan tersenyum kikuk saja. Sedangkan Zayn menatap Rena dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
Bersambung.
thank you juga dah semangat up date nya niiii 👍😘🤩😁🤗🤗
Semoga Zayn adalah laki2 yg akan menjadi kebahagiaan Rena di kemudian hari 👍🤗🤗
ntar klo Rena g ada pasti Zayn bkal nyariin.... pasti kangen dgn kbiasaan Rena yg bikin ngeselin...😅😅😅
Zayn apa ada mencurigai sesuatu yaa?!???