Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Ayo Tam aku mau ajak kamu ke suatu tempat yang aku yakin kamu pasti suka banget." Ucap Husna yang langsung menghampiri Tama setelah turun dari mobil.
Husna langsung menggandeng tangan Tama dan mengajaknya berjalan menuju suatu tempat ke arah dalam.
"Hmm iya iya." Jawab Tama sambil mengalungkan kamera digital di lehernya dan berjalan mengikuti Husna yang menggandengnya.
Setelah berjalan sekitar seratus meter, kini terlihat jelas di depan mereka sebuah danau indah tidak terlalu besar yang di kelilingi oleh pohon pinus yang menyejukkan hati. Suasana juga tidak terlalu ramai hanya ada beberapa orang yang sedang menikmati suasana sore hari di danau ini.
"Keren banget tempatnya." Ucap Tama kagum karena dia memang jarang sekali melihat suasana seindah dan sesejuk ini.
"Ayo Tam duduk yuk!" Husna mengajak Tama duduk di salah satu bangku menghadap ke arah danau.
Kini mereka duduk berdampingan sambil memandangi pemandangan sekitar. Tama pun langsung memotret pemandangan di depannya bahkan Husna yang sedang tersenyum cantik pun dia potret beberapa kali.
"Kamu sering ke sini?" Tanya Tama sambil melihat hasil beberapa fotonya.
"Ini tuh tempat favorit aku. Dulu sih waktu kecil aku sering di temani ibu sama bapak di sini sambil aku lukis pemandangan danau ini. Tapi setelah aku dewasa aku lebih sering sendirian ke tempat ini, aku suka menghabiskan waktu di sini sendirian ketika aku sedang butuh ketenangan dari masalah-masalah yang aku hadapi." Husna yang tadinya tersenyum cantik kini perlahan berubah menjadi sedikit pilu.
"Hmm, berarti kamu ajak aku ke sini sekarang karena kamu sedang ada masalah?" Tanya Tama sambil mengalungkan kembali kamera digitalnya kemudian menatap Husna sedikit serius.
"Kamu juga pasti sedikit-sedikit sudah tahu Tam tentang masalah yang sedang aku hadapi." Ucap Husna sedikit tersenyum sinis ke arah danau.
"Aku nggak pernah tahu Husna masalah apa yang sedang kamu hadapi." Jawab Tama semakin serius.
"Nggak mungkin Tama, aku tahu kemarin Reza pasti cerita semuanya tentang aku setelah jam istirahat. Aku tahu kok kalian sedang membicarakan aku." Tanya Husna yang mengira Tama sudah tahu semuanya.
"Tentang kamu sama Pak Frian?" Tanya Tama sedikit mengerutkan dahinya.
"Iya, Reza pasti sudah cerita semuanya kan sama kamu?" Husna yang kembali mengira-ngira.
"Aku cuma tahu sedikit Husna, lagian aku bukan siapa-siapa nggak sepantasnya aku mencampuri urusan kalian dan aku juga belum tahu persis sosok pak Frian itu kaya gimana." Jawab Tama yang memang hanya tahu sedikit soal itu.
"Hmmm. Aku kira kamu sudah tahu semuanya." Ucap Husna sedikit malu.
"Kamu udah lama berhubungan sama pak Frian?" Tama bertanya untuk lebih memastikan tentang hubungan mereka yang sebenarnya.
"Sudah satu tahun aku berhubungan dengannya. Waktu itu ada alasan serius yang membuat aku terpaksa untuk menerima cintanya. Aku tak pernah mencintainya Tama, tapi kedua orang tuaku yakin bahwa suatu saat nanti aku bisa mencintainya secara perlahan." Husna menjelaskan dengan sedikit amarah di hatinya.
"Jadi sebenarnya kamu itu di jodohkan?" Dengan perasaan kaget Tama kembali bertanya.
"Ya bisa dibilang gitu, tapi alasan kenapa aku di jodohkan aku belum bisa cerita sama kamu. Karena menurutku itu sangat sensitif menyangkut masalah yang ada di keluargaku saat ini." Penjelasan Husna dengan raut wajah yang mulai sedih.
"Yaudah nggak papa kalau memang kamu belum bisa cerita, aku bisa ngerti ko. Apalagi tentang masalah keluarga tak sepantasnya kamu cerita semuanya." Ucap Tama sambil mengelus punggung Husna.
"Tapi Tama, apa mulai saat ini aku boleh meminta perlindungan sama kamu?" Dengan sedikit ketakutan, Husna bertanya sambil memegang tangan Tama.
"Perlindungan apa Husna? Apa yang kamu takutkan saat ini?" Tanya Tama yang tiba-tiba menjadi khawatir.
"Akhir-akhir ini Kak Frian selalu bertingkah aneh, dia seperti menginginkan sesuatu dari diriku." Husna sedikit menjelaskan.
"Maksudnya aneh gimana?" Karena Husna berbicara hanya separuh, Tama pun semakin penasaran.
"Awalnya aku percaya bahwa dia lelaki baik, dan aku pun perlahan sempat berusaha untuk mencintai dan membalas cintanya. Tapi niat baikku itu sudah aku hilangkan akhir-akhir ini karena dia selalu berusaha ingin berduaan denganku bahkan dia sempat merayu dan mengajak aku ke salah satu hotel yang nggak jauh dari sini." Husna mulai menangis, tangannya bergetar sambil memegang kedua tangan Tama.
"Apa? Masa dia tega ingin melakukan itu kepadamu. Dia kan seorang guru masa sih seperti itu? Tapi kalau memang benar aku sungguh nggak nyangka sama dia." Dengan perasaan kaget Tama mulai memendam amarah di hatinya.
"Aku serius Tama, makanya sekarang aku mau minta perlindungan sama kamu." Pinta Husna yang makin ketakutan.
"Kenapa harus aku? Kenapa nggak bilang saja sama orang tuamu agar mereka membatalkan perjodohan kalian." Tanya Tama sedikit memberikan saran karena merasa bahwa dia bukan siapa-siapanya Husna dan tidak mempunyai hak.
"Nggak bisa Tama, aku kan sudah bilang ada alasan serius kenapa aku bisa di jodohkan. Jadi nggak mungkin aku cerita sama mereka. Lagian mereka nggak mungkin percaya begitu saja. Yang ada mereka menyangka itu adalah alasan yang aku buat-buat agar menolak perjodohan itu." Dengan tersedu-sedu Husna semakin menangis karena takut Tama tak mau melindunginya.
"Hmm, yaudah yaudah, udah kamu jangan nangis ya! Ada aku di sini sekarang. Aku akan berusaha untuk melindungi mu. Udah nggak perlu takut lagi!" Tama menenangkan sambil mengusap air mata Husna yang terus mengalir.
"Aku nggak tahu harus minta tolong sama siapa selain sama kamu saat ini." Husna langsung memeluk Tama meluapkan segala kesedihan dan ketakutannya di pelukan Tama.
Kini Tama mulai paham tentang masalah yang sedang Husna alami. Dia tak menyangka ternyata Frian bukan pria yang baik untuknya.
Tapi di sini juga Tama jadi penasaran kenapa Husna bisa di jodohkan dengan Frian. Tama menyangka masalah keluarganya itu begitu serius sampai-sampai orang tuanya harus mengorbankan anak gadis secantik dan selugu Husna.
"Udah ya jangan sedih lagi! Mulai sekarang aku akan melindungi mu dari siapapun itu. Aku nggak akan pernah takut sama siapa-siapa termasuk pak Frian guruku sendiri. Aku akan menjagamu dari situasi apapun." Ucap Tama sambil memandang tajam wajah Husna yang masih tersedu-sedu dengan mata berkaca-kaca.
Husna hanya bisa menganggukkan kepalanya lalu memeluk Tama kembali cukup lama. Tama pun sambil mengusap-usap punggung Husna agar dia semakin tenang dan melupakan ketakutannya.
Setelah suasana tenang, mereka saling melepaskan pelukan itu secara perlahan.
Suasana sempat hening beberapa saat.
"Oh iya, mulai sekarang tiap kali kamu sedang bersama pak Frian apalagi sedang berduaan, kamu langsung aktifkan gps di handphone kamu ya. Kalau keadaan mulai terdesak kamu langsung hubungi aku." Tama yang mulai khawatir langsung menyarankan itu kepada Husna.
"Hmm iya. Maafin aku ya Tama aku jadi merepotkan kamu." Sambil mengiyakan, Husna sedikit merasa tidak enak.
"Nggak papa ko, lagian aku nggak mungkin diam saja setelah tahu kejadian yang sebenarnya. Udah ya nggak usah takut lagi! Sudah ada aku di sini." Ucap Tama kembali menenangkan sambil menggenggam tangan Husna.
"Hmm iya Tama makasih ya." Husna kini tersenyum dengan hati yang sudah sangat tenang.
"Iya sama-sama Husna." Balas Tama dengan senyum tulus lalu merangkul Husna dan menyenderkan kepala Husna di bahunya.
Suasana menjadi hening sambil mereka memandangi danau yang di atas airnya terlihat pantulan langit senja di temani pancaran cahaya sunset yang sangat indah.
Ketenangan ada di hati Husna sementara kecemasan ada di hatinya Tama, karena dia harus berjuang melindungi Husna dari kejahatan Frian, Tama harus masuk di antara mereka, tapi Tama akan melakukannya karena kini Husna adalah wanita yang dia sayangi dan Tama tak mau hal buruk terjadi sedikitpun kepada Husna.
Setelah beberapa lama, Husna di ajak oleh Tama untuk pergi dari danau itu. Kini mereka sedang berjalan menuju parkiran karena hari juga sudah mulai gelap.
"Karena sekarang sudah waktunya malam minggu, jadi aku mau ajak kamu malam mingguan, kita seru-seruan malam ini. Sekarang kamu mau dong ngedate sama aku? Aku kan udah nggak ngeselin lagi sekarang." Sedikit candaan Tama yang kini sudah tak canggung lagi sambil menggandeng tangan Husna.
"Ih bisa banget ya kamu cari kesempatannya. Tapi untuk kali ini kayanya aku mau deh di ajak ngedate sama kamu. Tapi untuk kali ini ya belum tentu seterusnya." Jawab Husna sambil tersenyum bahagia melihat ke arah Tama walaupun masih sedikit ada perasaan gengsi di hatinya.
"Yes. Akhirnya berhasil juga aku ngerayu kamu." Dengan perasaan bahagia, Tama pun membalas senyuman Husna sambil mengepalkan jarinya.
"Dasar ih norak amat sampe segitunya coba, haha." Ucap Husna sambil tertawa bahagia melihat kelakuan jenaka dari Tama.
Tama mengajak Husna ke arah kota, dia mengajaknya makan malam, nonton di bioskop dan bermain game di salah satu Mall.
Mereka sangat menikmati malam itu, Husna juga sampai lupa dengan semua masalahnya, yang dia rasakan saat ini kebahagiaan yang sama sekali belum dia rasakan bersama seorang lelaki. Karena selama berhubungan dengan Frian, Husna jarang sekali di ajak main seperti ini. Malah akhir-akhir ini Frian selalu berusaha mengajaknya ke tempat yang sepi.