Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Keesokan paginya, “uhh,” Adrian terbangun di ranjangnya, dia duduk di atas ranjang dan menoleh melihat sebelahnya yang kosong,
“Pagi...siapapun di sebelah ku, haha...parah dah, ini ranjang beneran kegedean,” ujar Adrian.
Sambil menguap dan menggaruk garuk kepalanya, dia mengambil smartphone nya dan melihat jam di layarnya, kemudian dia turun dari ranjang dan mengambil handuknya, setelah itu dia masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian, ketika selesai dan keluar mengenakan handuknya, dia berlari ke kamarnya kemudian membuka lemari.
“Hari ini ngapain ya ? ke toko buku di mall aja apa,” ujar Adrian dalam hati.
Tiba tiba tangannya menyentuh sesuatu di dasar rak lemari tempat dia menaruh pakaian, dia mengangkat tumpukan pakaiannya dan melihat ada sesuatu yang menonjol di bawahnya,
“Apa ini ya ? ini lemari baru kan ?” tanyanya dalam hati karena melihat benjolan di dasar rak.
Karena penasaran, dia menjulurkan tangannya untuk menyentuh benjolan itu, “klik,” dia tidak sengaja menekan benjolan yang mirip seperti tombol itu. “Sreeeg,” tiba tiba lemarinya bergeser ke kiri, “jegleg,” setelah berhenti bergeser, mata Adrian langsung membulat, pakaian di tangannya terlepas dan mulutnya ternganga karena di belakang lemari itu ada ruang kecil berukuran 1,5 meter x 3 meter.
“Blar,” lampu menyala di dalam ruangan dan seketika ruangan menjadi terang, mata Adrian semakin membulat karena melihat banyak senjata di dalam ruangan itu, mulai dari senapan buru, pistol, sniper, pedang eropa kuno, pedang katana, pisau dan senjata pemukul. Di atas rak ada tiga kepala manequin yang mengenakan tiga macam wig. Selain senjata, ada juga tali dengan kait di atasnya dan ada sebuah jam tangan di ujung ruangan di dalam kotak kaca.
“A..apa ini ? tapi masa sih ada ruangan di belakang lemari,”
Adrian berlari keluar kamar, dia melihat posisi dapur dan kamar mandi, dia baru menyadari kalau posisi kamar mandi sedikit maju sekitar 1,5 meter begitu juga dapurnya sehingga dapur tidak terlihat ketika masuk ke dalam apartemen. Adrian kembali ke kamar, dia melihat senjata senjata yang di gantung di dinding sebelah kiri dan rak di sebelah kanan, dia melangkah masuk dan mencoba memegang sebuah pistol.
“Ini beneran ? berat, taruh ajalah,” ujar Adrian ketakutan.
Dia menoleh melihat rak, ada beberapa potongan koran jaman dahulu yang di bingkai tertempel di dinding yang berada di dalam rak. Adrian menjulurkan kepalanya untuk membaca salah satu koran yang memiliki tulisan dengan huruf kecil kecil,
“Hmm....berita tentang pembajakan pesawat yang berhasil di gagalkan....di amerika ?” tanya Adrian.
Dia mencoba membaca lagi koran lainnya, isinya tentang terorisme di timur tengah, penelitian nuklir berbahaya dan lainnya, semuanya berita luar negeri.
“Ini...kayak ruangan agen rahasia loh, masa sih papa kerjanya ginian, emang sih dia orang amerika tapi masa iya sih ?” tanya Adrian dalam hati.
Adrian menoleh, matanya mengarah kepada jam tangan yang di letakkan sendirian di ujung ruangan dan di lindungi kotak kaca. Dia berjalan menghampirinya dan menatap jam di dalamnya, jam itu terlihat seperti jam sporty dengan banyak tombol dan banyak fungsi, seperti kompas, stopwatch dan lainnya.
“Asli ini jam keren abis, pinjem ya pa hehe,” ujar Adrian yang penasaran.
Kedua tangannya memegang kotak kaca kemudian dia mengangkat kotak kaca itu dengan sangat hati hati, setelah meletakkan kotak kaca di meja kecil di sebelah rak. Dia mengambil jam tangannya, dia memakainya di pergelangan dan melihatnya sambil tersenyum, tapi jam digital di tengah terlihat mati, Adrian mencari cara menghidupkan nya, “klik,” jam di tengah menyala, namun tiba tiba,
“Good morning J,”
“Gedubrak,” Adrian langsung jatuh terduduk dan menjauhkan lengannya karena kaget karena mendengar suara wanita seperti robot dalam bahasa inggris.
“A..apa itu ?” tanya Adrian dalam hati sambil menatap jamnya.
Suara itu tidak terdengar lagi, Adrian menarik tangannya dan memperhatikan jamnya dengan sekesama,
“Hmm apa aku salah denger ya...tapi J ? nama papa bukannya Thomas Miller ya ? kok J ya harusnya kan T, ga ada huruf J di nama papa, mama apalagi, namanya Silvia Miller, sama sekali ga ada huruf J,” ujar Adrian.
Adrian berdiri, dia kembali melihat kotak tempat dia mengambil jam tangan, dia mendekat dan melihat ada sebuah celah di dasar kotak, dia menjulurkan tangannya dan “klek,” dasar kotak terbuka, di dalam nya ada sebuah album foto dan sebuah buku note kecil lengkap dengan pen nya. Dia mengambil album nya dan membukanya.
Foto pertama yang di lihat adalah foto sepasang suami istri yang masih sangat muda mengenakan tuxedo dan gaun pesta yang sedang berdansa di sebuah ballroom, Adrian membaliknya, terlihat sepasang suami istri yang sama namun sudah nampak agak dewasa sedang berdiri di depan sebuah kursi yang nampak seperti kursi singgasana kerajaan.
“Ini siapa ya ? masa papa dan mama mudanya seperti ini ? rasanya beda jauh deh,” tanya Adrian dalam hati.
Foto berikutnya, terlihat pasangan itu mengenakan pakaian layaknya pahlawan jaman dahulu dan seorang putri kerajaan, sang pria membawa pedang yang tidak asing bagi Adrian, dia menoleh ke dinding dan melihat pedang yang sama terpajang di sana. Dia membalik lagi fotonya, foto itu adalah foto hitam putih sepasang anak kecil, anak perempuan di dalam foto itu memejamkan mata dan mulut anak laki laki di dalam foto ternganga.
Dia terus membuka foto mengikuti perjalanan sepasang anak itu dari masih kecil sampai dewasa dan menikah, akhirnya Adrian sampai kepada foto terakhir yaitu foto pemakaman sang istri yang sudah terbaring di dalam peti dengan tenang dan sang suami tertunduk di sebelahnya. Adrian terperanjat kaget ketika melihat wajah sang suami,
“Loh...pria ini kan....om Jimmy yang ada di mimpi,” ujar Adrian kaget.
Ketika melihat foto terakhir, tanpa sadar air mata Adrian mengalir, dia mengangkat tangannya menyentuh pipinya yang basah, dia melihat air matanya sendiri di jari kemudian kembali melihat foto terakhir di album.
“Air mata ini....air mata om Jimmy,” ujar Adrian.
Adrian menutup albumnya, namun ada selembar foto terjatuh dari dalam album, Adrian menunduk mengambil foto di lantai dan membaliknya, ternyata foto itu adalah foto studio sepasang suami istri paruh baya yang mengenakan pakaian adat jawa. Sang istri duduk di kursi mengenakan kebaya lengkap dengan perhiasan yang nampak mewah sedangkan sang suami berdiri di sebelahnya memegang kursi mengenakan pakaian mewah layaknya bangsawan jawa lengkap dengan keris dan blangkon nya.
Adrian yang mengamati wajah sepasang suami istri itu tersenyum, dia menatap wajah sang istri yang duduk di kursi layaknya kursi singgasana,
“Halo tante, salam kenal, aku pasti akan menemukan orang yang membawa jantung tante,” ujar Adrian.