Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jujur
Meja kantin terasa sunyi dan sepi setelah melihat apa yang di lakukan Abi. Biasanya Abi hanya bersikap dingin dan irit bicara tanpa banyak tingkah. Tapi sekalinya bertingkah membuat semua orang menahan napasnya.
Runa buru-buru menghabisikan makanan agar cepat kembali ke kelas. Paru-parunya terasa sesak berada di dekat Abi. Ia meminum teh hangatnya setelah menghabiskan satu piring nasi goreng. Perutnya terasa mual karena makan terlalu cepat.
" Udah, gue mau ke kelas dulu." runa tanpa melihat Abi, ia beranjak dari duduknya mengkode sahabatnya agar cepat-cepat pergi.
Abi menarik tangan runa sebelum pergi. Mau tak mau runa membalikkan badannya menghadap Abi. Ia hanya diam menunggu apa lagi yang keinginan mantannya itu.
" Pulangnya sama aku." suara abi terdengar pernyataan bukan permintaan.
" Gue di jemput supir." tolak runa beralasan.
" Pulang sama aku." ulang Abi meremas pelan lengan runa. Ia tidak suka penolakan apalagi dari orang terdekatnya.
Bibir runa meringis pelan.
" Sakitt...." runa menggerak-gerakkan tangannya agar terlepas.
" Aku tunggu di parkiran, awas kalo kamu kabur!" ancam Abi menatap runa penuh peringatan. Ia melepaskan genggamannya membiarkan kekasihnya pergi.
Tanpa menjawab runa dan kedua sahabatnya langsung pergi dari kantin. Kebetulan jam istirahat pun sudah selesai.
Selama di jalan runa hanya diam, Amel dan Cika akan bertanya nanti di kelas agar tidak menjadi pusat perhatian. Berita ciuman tadi pasti sudah menyebar.
Sampai di kelas runa langsung duduk di mejanya di ikut Amel dan Cika.
" Run apa yang kita lewatin sampai sikap lo berubah gini, runa yang gue kenal bukan perempuan lemah yang pasrah gitu aja saat ada cowok yang ngelecehin lo." Amel tak tahan untuk bertanya.
" Iya, kalo lo ada masalah cerita, kita sahabatan bukan satu dua tahun, tapi dari kecil. Kalaupun kita ngga bisa nyelesein seenggaknya kita bakal selalu dukung lo." ucap cika mengelus lengan runa yang hanya diam sejak dari kantin.
Runa menatap kedua sahabatnya terharu. Mereka benar Kalo ia diam saja masalahnya tidak akan pernah selesai. Ia butuh dukungan dari orang-orang terdekatnya agar tidak lemah. Runa yakin Abi tidak akan melepaskannya dengan mudah.
" Kita bicara di rooftop." ucap runa akhirnya.
Belum sempat mereka keluar, guru mapel sudah masuk ke dalam kelas.
" Mau kemana kalian?" tanya pak yoga galak.
" Cari angin pak" ucap Amel dengan berani.
" Kalian ngga liat saya sudah di sini!"
" Ya kali pak kita ngga liat, orang perut bapak aja kaya orang hamil sembilan bulan gitu." ujar songong cika menujuk perut buncit pak yoga dengan dagunya.
Anak-anak di kelas banyak yang menahan tawanya mendengar ucapan cika, ada juga yang cuek dan nyinyir dengan sikap mereka yang sok berani.
Pak yoga membulatkan matanya marah. Tidak sopan sekali muridnya itu. Mulutnya gatal sekali ingin menghukum ketiga murid nakal di depannya itu. Tapi ia ingat masih sayang nyawa dan pekerjaan.
" Kembali ke kursi kalian." perintah yoga menujuk kuris tempat mereka biasanya duduk.
" Bapak tidak dengar sahabat saya tadi bilang apa, kami mau cari angin pak yoga Pramana." runa akhirnya bersuara.
Runa dengan berani menatap wajah yoga, guru yang terkenal kiler di antariksa. Tapi bagi dela mereka sama saja. Orang-orang rakus yang hanya memikirkan jabatannya. Mereka tidak akan berani menyentuh murid-murid berduit di antariksa.
Sungguh moodnya sedang kacau saat ini. Di tambah dengan gurunya itu yang menghambat kepergiannya. Jangan sampai runa memanggil burung-burung ababil agar menurunkan batu-batu panas dari neraka.
Pak yoga menghela nafasnya berat. Tentu ia tahu siapa orang tua runa itu. Orang yang cukup berpengaruh di sekolah ini.
" Ya sudah terserah kalian saja." pasrah pak yoga akhirnya.
Membiarkan murid-murid nakalnya pergi dari kelasnya. Toh jika mereka di kelas kerjaannya hanya tidur atau menggosip. Jarang sekali memerhatikan guru di depan.
" Thank you pak yoga." ucap Amel tersenyum lebar.
" Byee." Cika mengangkat tangannya, dadah-dadah pada teman-teman kelasnya.
Mereka sampai di rooftop setelah melewati anak tangga yang cukup panjang. Di sana terdapat ruangan sedang yang terbuka menghadap hamparan lapangan SMA antariksa.
Di ruangan itu terdapat satu sofa panjang dan satu sofa kecil ukuran satu orang. Juga ada beberapa meja yang sudah tidak di gunakan tapi masih sangat baru.
Tidak semua siswa bisa sembarangan naik ke sana. Karena rooftop sering kali di gunakan untuk nongkrong anak-anak nakal yang suka membolos. Mereka tidak ingin mencari masalah dengan para berandal sekolah. Apalagi anak-anak dari beasiswa yang tidak punya pengaruh besar.
" Nyamannya." ujar Cika memejamkan matanya bersandar di sofa panjang.
Sudah lama mereka tidak ke sini karena malas dengan anak tangga yang membuat kaki pegal dan lelah.
" Wahh ada minuman, lumayan haus gue." ucap Amel menemukan dua minuman kaleng di atas meja yang masih tersegel.
Runa mendudukkan pantatnya di samping Cika. Ia mendengus pelan melihat sahabatnya yang malah menikmati suasana rooftop yang sangat nyaman. Sepi, adem, dan tenang.
" Jadi cerita ngga nih?" sindir runa.
" Jadi dong, enak aja udah capek-capek kesini." balas Amel cepat menarik singel sofa di depan runa dan Cika.
" Jadii...." runa menatap Cika dan amel bergantian.
" nungguin yah....." canda runa tersenyum melihat sahabatnya yang menatapnya serius.
" Sialan lo!"
" Anjirrr!"
" Udah deg-degan gue, malah bercanda!" ucap Amel kesal.
Runa terkekeh kecil mendengar makian sahabatnya. Ia hanya ingin mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang.
" Hahaha...Oke oke gue serius sekarang." ucap runa menarik napasnya sebelum bercerita.
" Lo berdua ingat satu hari setelah gue putusin Abi, paginya dia narik paksa tangan gue dan di bawa ke taman belakang sekolah."
Amel dan Cika mendengarkan dengan seksama tanpa menyela.
" Abi ngga terima gue putusin gitu aja, dia ngga mau hubungan ini berakhir. Dan lo tau apa yang buat gue marah banget, dia ambil first kiss gue dengan paksa." Mata runa mulai berembun. Ia benci jika mengingat kejadian suram itu.
" Parahnya lagi dia bakal perkosa gue kalo gue tetep kukuh buat mutusin dia hikss...." runa tak kuat menahan air matanya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya menahan isakannya.
Amel dan Cika menutup mulutnya dengan telapak tangan yang melongo mendengar kebenaran itu. Jahat sekali mereka sebagai sahabat baru mengetahui masalah Sahabatnya yang cukup berat.
Keduanya langsung memeluk runa menenangkan. Mereka masih syok dengan apa yang menimpa sahabatnya. Parahnya lagi
sepertinya Abi terobsesi dengan runa.
" Gue takut, bingung harus ngapain hikss."
" Kenapa lo ngga lapor om Hendra dan Tante Laras? Ini bisa di laporkan tindak pelecehan." ucap Cika yang tak tega melihat runa.
Tubuhnya bergetar dan tangisnya semakin kencang. Cika sangat tau, runa di besarkan oleh kasih sayang yang sempurna. Runa tidak pernah mendapatkan tekanan sekecil pun sejak kecil.
Masa kecilnya begitu indah bak tuan putri di kerajaan. Runa di kelilingi oleh orang-orang yang sikap lembut padanya.
Satu kalipun tak pernah runa merasakan kekerasan dalam hidupnya.
Tak heran jika runa cemas dan takut ia merasa di ancam dan tak nyaman dengan sikap Abi itu.
Runa menghapus air matanya yang mulai reda.
" Sebenarnya pulang dari sekolah gue berniat cerita ke bunda tapi malah keduluan masuk ramah sakit. Parahnya lagi yang nganter gue Abi. Dan gue denger Abi itu anak sahabat sma dekatnya ayah dan bunda juga rekan bisnisnya."
" Gue takut hubungan mereka yang sudah terjalin lama jadi berantakan karena masalah ini. Apalagi sering kali ayah gue dengan bangga memuji orang tua Abi yang sangat baik sejak dulu."
" Terus rencana lo gimana setelah ini?" yang Amel, yang pasti ia akan membantu runa agar terlepas dari Abi yang jahat itu.
" Gue pengin pindah ke rumah kakek gue di London, tapi gue juga ngga mau pisah dari kalian." keputusan runa berat.
Di masa-masa akhir putih abu-abunya runa ingin sekali menghabiskan waktu dengan sahabatnya sebelum mereka disibukan dengan urusan di perguruan tinggi nanti. Walaupun kemungkinan besar mereka akan memilih kampus uang sama.
" Gue punya ide?" teriak Cika heboh tersenyum lebar.
" Kaget gue, Apaan?" tanya Amel penasaran.
" Sini." runa dan amel mendekatkan telinganya. Cika berbisik pelan mengatakan idenya. Amel dan Runa mendengar dengan seksama.
" gimana?" tanya Cika menunggu reaksi sahabatnya.
" HAAHHH?"