Hilangnya Kesabaran Seorang Istri

Selagi Ardan makan Retno hanya menatap nya dengan sendu, Ardan memang sudah dewasa tapi tidak bisa di pungkiri kalau Ardan juga masih membutuhkan kasih sayang ke dua orang tua nya.

"Apa ada kabar dari ayah kamu?" Retno memberanikan diri untuk bertanya tentang Rio kepada Ardan karena kabar yang di terima dari Sari kalau Rio sudah ada kabar ke pihak orang tua nya.

"Ada."

"Apa suka nanyain kabar Bela?"

"Iyah suka."

Jawaban yang di berikan oleh Ardan memang singkat dan padat, Retno yakin di dalam hati nya Ardan kini sedang terluka.

Anak yang mana yang tidak sedih dan terluka hati nya di kala melihat ke dua orang tua nya harus bercerai berai.

Retno mulai mengalihkan pembicaraan nya karena takut menambah luka hati Ardan.

"Kakak tinggal dimana?"

"Kakak tinggal di rumah nenek mah."

"Isi saja rumah mamah itu rumah sudah milik kamu, mamah berikan rumah itu untuk kamu dan tolong rumah nya di jaga dan selalu di bersihkan, kalau bisa kamu tempati saja rumah nya biar ngga rusak, suatu saat kamu akan mempunyai seorang istri dan rumah itu bisa kamu tempati bersama istri kamu."

"Iyah mah kemarin juga kakak bersihkan rumah nya."

"Bagus lah kalau begitu, sekali-sekali kamu juga tidur di rumah biar ngga terlalu sepi." Ardan hanya mengangguk sambil menikmati makanan nya.

Terlihat Ardan sangat lahap sekali menikmati makanan nya, entah dia kangen dengan makanan kesukaan nya entah dia memang sedang lapar.

"Kak, seandainya mamah tidak kembali sama ayah kamu bagaimana?" Tanya Retno pelan-pelan, Retno hanya ingin tahu tanggapan Ardan dengan keputusan nya meninggalkan semua nya.

Ardan terdiam seolah-olah tidak mendengar pertanyaan dari ibu nya, sekali lagi Retno bertanya sekedar untuk meyakinkan dirinya.

"Bagaimana kak?"

Ardan sedikit menundukkan kepala nya seolah-olah sedang menahan rasa sedih dalam hati nya.

"Terserah mamah saja kakak ngga akan memaksa mamah untuk kembali kalau memang mamah sudah tidak mau bersama ayah lagi."

"Maafin mamah yah kak, selama ini mamah selalu mencoba untuk terus bersabar dan bertahan dengan ayah kamu, tapi sampai saat ini ayah kamu tidak berubah."

"Iyah ngga apa-apa mah kakak juga ngerti."

Lega rasanya hati Retno ketika mendengar jawaban dari Ardan walaupun Retno tahu hati Ardan sangat terluka dengan keputusan nya.

"Ya sudah ayo mah kakak sudah selesai makan nya, mamah mau nginap di rumah Tante Rosma kan?"

"Iyah nak, sebentar mamah bayar dulu." Retno pergi membayar makanan yang di makan Ardan sementara Ardan pergi ke parkiran dan menunggu Retno di atas motor nya.

Retno menghampiri Ardan, "Jaga diri kamu yah kak, mamah selalu berdo*a kamu menjadi anak yang sukses karena kamu adalah harapan mamah satu-satu nya."

"Iyah mah, maafkan kakak yah mah."

"Iyah sayang, ya sudah kalau begitu mamah pulang dulu yah."

"Iyah mah hati-hati yah."

"Iyah nak." Ardan mencium punggung tangan Retno lalu mereka naik ke atas motor masing-masing lalu pergi meninggalkan tempat parkir setelah Retno membayar uang parkir motor nya dengan motor Ardan.

Selama perjalanan ke rumah Rosma Retno sedikit menitikkan air mata nya ketika mengingat wajah sedih Ardan.

Bukan Retno tega dan bahagia melihat kesedihan Ardan, tapi Retno sudah cukup bertahan dan bersabar selama ini.

Sesampai nya di rumah Rosma Retno tidak banyak bicara apalagi membicarakan masalah pertemuan nya dengan Ardan karena takut ibu nya banyak bertanya tentang Ardan dan yang lain nya.

Retno bukan tipikal orang yang suka memperpanjang masalah dan juga tipikal yang tidak mau banyak di tanya apalagi tentang kehidupan nya sendiri.

Pagi-pagi Retno dan ibu nya pulang dari rumah Rosma, Retno fokus melajukan motor nya karena membawa ibu nya.

Semenjak pertemuan dengan Ardan Retno sudah merasa tenang dan tidak terlalu bersedih lagi.

Kini Retno benar-benar fokus pada hidup nya sendiri dan juga Bela, Retno tahu kalau Ardan sudah bisa mencari uang sendiri tapi yang nama nya seorang ibu kepada anak nya, Retno tidak bisa lepas begitu saja, jika Ardan sedang tidak punya uang Retno selalu mengirimkan nya walaupun sedikit.

Ardan juga tidak banyak menuntut kepada Retno karena Ardan tahu kalau ibu nya saat ini sedang tidak bekerja dan belum punya penghasilan apa pun.

Retno kembali kepada hari-hari sebelum nya fokus membantu orang tua nya, kini Retno sudah mulai turun tangan membantu ibu nya berjualan meskipun hanya satu Minggu sekali.

Memang karena bakat Retno sejak kecil suka jualan, siapa yang menyuruh nya untuk membantu melayani konsumen di toko nya Retno selalu menyetujui nya.

Ada sebuah toko kelontongan yang mempunyai dua orang pekerja dan ke dua nya sedang sakit, akhirnya pemilik toko tersebut meminta Retno untuk membantu nya.

Sebelum menyetujui nya Retno bicara dulu dengan ke dua orang tua nya untuk mendapat izin.

Ke dua orang tua Retno tidak akan melarang atau menyuruh Retno dan menyerahkan keputusan kepada Retno.

Retno pun setuju karena selain dirinya butuh uang Retno juga berpikir ingin mulai menyimpan uang untuk kebutuhan nya sendiri.

Di hari pertama Retno kerja memang membutuhkan perkenalan barang dan juga harga, dan tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama Retno sudah menguasai sebagian barang yang di jual di toko tersebut.

Retno hanya bekerja mulai dari setelah sholat subuh sampai jam dua belas siang saja, karena Retno merasa kasihan kepada yang punya toko Retno pun menyuruh pemilik toko tersebut untuk melaksanakan sholat Dzuhur dulu baru dirinya pulang.

Betapa bahagia nya Retno mendapatkan bayaran di hari pertama nya, dengan bibir tersenyum Retno pulang dan langsung menemui Bela.

Selama Retno bekerja Bela bersama Susan, Bela memang sangat dekat dengan Susan sehingga Retno merasa aman meninggalkan Bela dengan Susan.

Susan juga bisa dipercaya untuk mengurus Bela karena Susan menyayangi Bela seperti kepada anak nya sendiri.

Kini Retno ada pemasukan sedikit demi sedikit, tapi baru juga satu Minggu Retno bekerja dan sudah mulai hapal dengan harga-harga yang ada di toko tersebut, tapi ke dua pekerja yang sudah lama bekerja di toko tersebut kini sudah kembali bisa bekerja sehingga Retno sadar diri kalau dirinya hanya selingan di saat mereka tidak ada maka dari itu Retno langsung bicara kepada pemilik toko kalau dirinya harus kembali lagi atau tidak esok hari.

Pemilik toko tersebut dengan berat hati tidak menggunakan jasa Retno karena merasa berat untuk membayar banyak pekerja sekaligus barang-barang yang ada di toko nya sebagian barang-barang berat sehingga pemilik toko tersebut lebih memilih pekerja laki-laki di bandingkan perempuan.