Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 32" Mimpi
" Ebby sini sayang!" Suara bariton yg lembut membuat fokus ku teralihkan . Aku menoleh , ternyata itu papah Zahran yg memakai jubah putih wajah nya berseri - seri.
" Papah aku rindu" Aku menjatuhkan tubuh ku ke dalam pelukan papah, aku memeluk nya dengan erat membiarkan kerinduan ku tumpah ruah terbayar lunas.
Aku menyembunyikan wajah ku di balik bahu papah, papah mengusap punggung ku dengan lembut.
" Sayang gimana keadaan mu?" papah mengusap lembut punggung ku lagi beliau membiarkan aku memeluk nya sampai puas.
" Sakit pah, aku selalu di salahkan terus"suara lirihku di dalam pelukan papah yg sangat hangat, wajah ku memang sangat mirip, seperti saudara kembar nya papah .
" Di setiap kehidupan itu nggak ada yg mulus, pasti ada yg berkelok, rintangan demi rintangan menghadang yg kita harus hadapi, seperti sekarang ini, percaya lah semua akan baik - baik saja" papah memengang kuat pundak ku.
" Aku nggak kuat pah, aku udah capek, pengen ikut papah aja" lirihku bersamaan dengan bulir bening yg lambat laun keluar lalu mengalir dari pelupuk mataku.
" Sabar ya sayang, lambat laun kamu akan menemui kebahagiaan, percaya itu, kamu putra papah yg paling hebat, kuat dan tangguh" papah mengusap pipi ku beliau tersenyum simpul menatap ku.
" Tapi pah, aku nggak kuat, aku pengen sama papah aja" Aku menyeka satu persatu bulir bening yg mulai deras .
" Sabar ya, waktu itu akan tiba kok, nanti kamu akan ketemu papah kalau waktunya sudah tiba" Papah melepaskan pelukan nya lalu berdiri secara perlahan papah hilang dari hadapan ku.
" Papah jangan pergi , aku ikut!!" teriak ku yg mulai lemas terduduk di tanah,aku melihat bayangan itu hilang dari pandangan .
Aku terperanjat, rasa sesak itu kembali lagi menguasai dadaku, aku mengusak rambut dengan kasar , bulir bening mengalir deras.
Mimpi itu begitu nyata bagiku, aku tak pernah melihat papah tapi setelah mimpi itu aku akhirnya mengetahui wajah papah yg tak ada beda nya dengan ku.
" Eugghhhh" lenguh ku lalu membuka kedua mata ku secara perlahan, aku melihat papah, nenek , Gilang , Ellena, Irwan dan Kak Ryan yg tengah duduk di kursi dan sofa.
" Om imut gimana kabar nya?" Irwan mendekati ku sambil tersenyum, bibir kecil nya mengecup keningku.
" Om masih sakit" aku mengelus lembut pipi halus nya,tubuh ini masih sakit untuk bergerak bebas, dari mimpi tadi kerinduan ku pada papah terbayar.
" Mas makan bubur dulu ya, ini bubur buatan aku" Ellena mengambil bubur yg masih hangat dari atas nakas .
" Mau sedikit aja" Aku duduk dengan pelan di bantu kak Ryan dan papah, lalu membuka mulut ku .
" Iya" Ellena menyuapi ku dengan pelan, senyum manis nya sangat menghibur ku, aku memakan nya dengan pelan.
" Hemmm, pengen dong di suapin" Gilang membuka suara nya melihat Ellena yg menyuapi ku penuh kasih sayang.
" Nggak boleh, tante ku hanya milik om imut aja" Irwan menangkap hidung Gilang dengan manja nya membuat Gilang tertawa geli melihat nya.
" Hehe....becanda kok, om tau tante punya om imut aja, moga jadi pasangan selamanya ya" Gilang tersenyum bahagia sambil memangku Irwan di paha nya.
" Amin, aku juga pengen om imut jadi imam nya tante, semoga bisa sampe ke pelaminan" Irwan mengacak rambut Gilang sambil tersenyum.
" Amin" jawab mereka kompak, sambil tersenyum bahagia, bibir kering ku basah setelah makan bubur, Ellena sangat cantik, membuat ku merasa geli sendiri ketika memandangi wajah nya.
Mereka sangat bahagia ketika aku sedikit membaik, walau luka hatiku dan semua kejadian itu belum hilang sepenuh nya.