Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8. TMPP
Selesai acara tukar cincin, Kami berlanjut untuk merayakannya sekaligus memutuskan tanggal pernikahan. Tak lupa aku masih saja di kenalkan pada semua anggota keluarganya. Pria itu ternyata mempunyai 2 orang adik yang sepertinya sifatnya hampir sama dengan kakaknya.
“Baik lah, para tamu undangan yang terhormat. Di sini saya dan besan ingin memberi pengumuman bahwa pernikahan anak-anak kami yaitu Rachel dan juga Ayres akan di laksanakan pada tanggal 20 bulan ini” Ucap calon mertua woro-woro.
Aku kaget karena mama dan papa tidak memberitahu ku akan hal ini. kenapa mendadak sekali? Aku juga belum berbicara pada pria ini?
Seketika sorak ramai terdengar keluar dari mulut masing-masing para undangan. Ku lirik Ayres, pria nakal itu. Dia terlihat tersenyum dengan salah satu sudut bibinya. Seperti tau aku meliriknya, dia memandang ku dengan senyuman anehnya.
“Nona.. selamat nona..” Ucap para tamu menyalami ku.
“Terima kasih Nyonya- nyonya,” jawab ku tersenyum.
Setelah acara selesai, aku merasa ini momen yang sangat tepat untuk berbicara mengenai kesepakan dengan Ayres si pria nakal itu. Kini para tamu satu persatu berlalu pulang dari sini.
Ku lihat situasi nya dengan teliti untuk membicarakan hal itu padanya. Ku lihat mama dan papa serta calon mertua sedang berbincang agak jauh dari kami, selain itu, adiknya dan juga adikku sedang berbincang sesuatu juga di kursi tamu. Ku lirik Ayres yang ada di sebelah ku. Dia terlihat sedang berbicara dengan tamu yang terakhir. Setelah tamu itu pergi, aku beranikan diri untuk menyenggol nya, dia pun menoleh.
“Ada apa sayang?” Bisiknya membuat telinga ku panas.
Ku menjauh sedikit darinya lalu ku sembuhkan telinga ku dengan menarik-narik nya sedikit.
Ku lirik dia dengan sinis. Namun ku lihat dia seperti terkejut beberapa detik namun beberapa detik kemudian dia tersenyum nakal lagi padaku.
“Jangan tersenyum!” Larang ku padanya dengan tak berisik.
Dia tertawa dengan keras sehingga semua mendengarnya.
“Ada apa nak?” Tanya Papa ku padanya.
“Ini pa, calon istriku sangat genit, dia tadi sudah..”
Ku tendang kakinya yang jenjang, hingga dia merasa kesakitan. Padahal, ku menendang nya tak begitu keras.
“Aaaa, aww, aww…” rintih nya kesakitan.
“Rachel? Jangan begitu..” Ucap Mama menegurku.
“Hahaha,” suara tawa calon mertua ku pecah.
Setelah dia tertawa di susul pula dengan adik-adiknya yang menertawakan ditendangnya Ayres oleh ku.
“Ya ampun, kakak ipar.. aku sangat puas kamu menendang kakak hahaha. Selama ini tidak ada yang bisa menendang nya.”
“Haa? Eehh ehmm” tawa ku kaku.
“Hiss, hemm.. Pa, Ma. Calon istriku ini sangat pemalu, karena itu aku akan merahasiakan apa yang akan ku katakan tadi,” Ucap Ayres beralasan.
“Oh, sepertinya mereka jatuh cinta pada pandangan pertama ini, haha” ledek calon mertua ku.
Ku hela nafasku pelan sekali, mereka sangat berfikir positif sekali.
“Haha, sungguh indah ya percintaan anak muda. Helen, putri kita memang sangat tak terduga ya tingkah nya.” Sambung Seline calon mertua ku.
Setelah candaan itu, kami sempat berbincang lagi hingga ku tak ada waktu untuk mendiskusikan niat ku pada Ayres itu.
Selesai itu, ku kembali ke kamar namun sebelum ku membuka pintu kamarku, Papa memanggilku.
“Rachel!”
Ku menoleh, “Papa?”
“Rachel, papa mau bicara sebentar dengan kamu.”
“Iya pa,”
Kami berbincang dengan melihat orang-orang sedang membereskan semua dekorasi itu dari lantai atas.
“Rachel, Papa minta agar kamu jangan bertingkah seperti tadi ya sayang. Papa hanya ingin citra kamu baik di depan calon mertua kamu.”
“Iya pa, Rachel tadi reflek pa.”
“Bagus, ini baru anak papa. Em, lalu bagaimana? Papa benar kan sayang? Ayres adalah pemuda yang paling pantas untuk kamu.”
Ku hanya tersenyum saja. papa memelukku dan mencium kening ku.
“Pa,” Ku panggilnya.
“Kenapa putri papa?”
Ku sedikit ragu mengatakan kejujuran pada papa.
“Hemmm? Kenapa?”
“Ahh, tidak jadi pa. hehe.”
“Loh, hmm apa kamu takut keluarga Asher melarang kamu mengajar dan berlatih bela diri lagi?”
Ku mendongak padanya, ya itu salah satu kekhawatiran ku juga.
“Papa sudah membicarakan itu pada keluarga Asher. Mereka tetap setuju, tapi jangan sampai kamu lupakan kewajiban kamu sebagai istri Ayres ya.”
Ku lega karena satu hal itu, kini giliran satu hal lainnya. Aku harus segera membicarakan nya pada Ayres. Tapi bagaimana caranya? Sementara pria itu sangat menyebalkan.
“Terima kasih pa, sudah masih mau mengerti Rachel.”
“Hmm, tentu saja mengerti sayang, Papa tau putri papa ini tidak seperti anak perempuan lain yang hanya bertumpu pada kaki kedua orang tuanya, putri papa malah sebaliknya.”
Ku tersenyum terharu mendengar perkataan papa. “Maaf pa,”
Papa memelukku, “Kenapa kamu yang bilang maaf? Tidak sayang, papa yang seharunya minta maaf dan berterimakasih padamu. Cup..”
Selesai kami berbincang, Papa mengantarku masuk ke dalam kamar. Di waktu setelah papa keluar, aku baru membersihkan diri ku lebih dulu sebelum tidur.
“Aah segar sekali,” ucap ku setelah mandi.
Ku sempatkan memeriksa ponsel dan membaca buku lebih dulu sebelum tidur.
“Hmmm? Benar juga? Sebentar lagi hari guru. Hmm ide yang bagus?” Ucap ku setelah melihat sebuah chat dari teman-teman mengajar ku.
Ku duduk di tepi ranjang sampai beberapa menit setelah itu, ku letakan ponsel itu di atas meja kembali dan menggantinya dengan buku yang sudah ku ambil tadi di rak bukuku.
20 menit kemudian,
Tutttt..
Telinga ku mendengar getaran ponsel yang ku taruh di atas meja. Ku abaikan lebih dulu hingga pas 1 jam kemudian baru lah aku ambil ponsel itu lagi. Ku lihat sebuah pesan chat dari teman ku namun nomer asing itu menarik perhatian ku sehingga aku lihat pesan itu pertama.
+11 2212xx “Halo sayang, simpan nomer ku. Ini suami mu.”
Terlintas langsung di pikiran ku nomer ini adalah nomer pria menyebalkan itu.
“Ishh..” Entah kenapa ku tak menyukai ini.
Ku abaikan itu lalu balas chat dari teman ku dan selepas itu ku tidur.
Ku coba pejamkan mata ku, beberapa saat kemudian sebelum ku benar-benar terlelap, Ku di kaget kan oleh suara panggilan telpon dari seseorang.
“Haa? Ihh siapa sih?”
Ku ambil dan lihat lagi ponselku.
“Hmm apa-apaan sih? Mengganggu saja.” kesal ku karena ternyata panggilan itu masih dari Ayres, pria menyebalkan.
Ku matikan ponselku lalu tak lupa mengatur jam weker ku, baru ku kembali tidur karena jadwal ku agak padat besok dan mengharuskan ku bangun lebih pagi.
Keesokan harinya,
Ku terbangun sebelum jam weker ku berbunyi, Ku isi waktu ku dengan berselancar di dunia maya untuk sekedar mencari inspirasi rencana ku dan teman-teman ku.
“Hmm, ini bagus, ya ini juga bagus..” gumam ku melihat ke arah layar laptop ku.
Bersambung …