Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10 berbohong
Tok tok tok
" Lang!" Seru Aris dari luar.
Langit terdiam saat mendengar suara Aris,otaknya membeku karna tiba-tiba ada Aris didepan rumahnya.
" Kenapa mas?Siapa itu?" bisik Rena.
"'Sssseeetttt diam!" biak Langit sembari membekap mulut Rena dengan telapak tangannya.
Lagi-lagi Rena terpesona dengan wajah langit.
Greep
" Mas kamu ini," Rena justru berhambur memeluk Langit.
" Please ren,lepasin ada teman mas diluar." Langit melepaskan pelukan Rena dengan sedikit kasar.
Sementara diluar Aris masih tampak sabar dan menunggu.
Tok tok tok
" Langit kamu didalam?" Seru Aris karna langit gak kunjung keluar.
" I-iya Ris!" Terdengar suara Langit yang tergagap sementara Rena berdecak kesal lantaran kesenangannya terganggu oleh tamu Kaka iparnya.
Langit lantas menyingkirkan tangan Rena yang masih berusaha memeluknya dengan kasar membuat Rena mendelik tajam lantaran tangannya sedikit membentur siku meja.
" Auuh sakit mas!" Rintih Rena namun tak didengar oleh Langit.
" Masuk kamar dan jangan keluar sebelum tamu mas pulang!" Titah Langit yang langsung dituruti oleh Rena.
Meskipun ingin Rena tidak mau melawan,dia tidak mau memberikan kesan buruk pada Langit.
tok tok tok
" Lang,ni gue Aris!" Seru Aris lagi dari luar.
Ceklek
" Eh Lo ris,tumben Lo mampir ada apa?" Tanya Aris.
Wajahnya terlihat gugup,keningnya tampak berkeringat.Sesekali langit membenarkan kemajanya untuk menutupi sesuatu yang masih terlihat tegak dibawah sana.
Mulutnya bertanya namun raut wajahnya seprti enggan menatap Aris,tatapan matanya entah kemana.
" Lo kenapa lang!" Todong Aris saat melihat gelagat langit.
" Kenapa apanya sih ris? Gue baik baik aja ko!" langit terlihat salah tingkah.
" Lo pasti gak tau Lang kalau gue udah denger dan melihat semuanya.Kasian Rani,kalau dia tau apa yang akan dia rasakan.Gila bener tuh adiknya Rani suami kakanya aja diembat sama dia.Dasar gak tau diri udah numpang malah berkhianat." Racau Aris yang hanya bisa dia ucapkan dalam hati.
" Woy Ris Lo ko malah diem si!" Sentak langit.
" Oh sorry,ini lang ponsel Lo ketinggalan dikantor.Lo tumbenan banget sih pake buu-buru banget pulangnya,Rani pasti pulang awal ya Lo mau bermanja-manja sama istri Lo!"
Aris mencubit perut langit dan bersikap seolah dia tidak tau apapun.
Sementara Langit justru terlihat salah tingkah, Langit sama sekali tak mau menatap wajah Aris saat berbicara tak seprti biasanya.
" Astaga ris,iya gue lupa.Em itu gue gak enak badan ris jadi gue buru-buru pulang.Rani,em dia ..nah itu Rani dia lembur sepertinya.Biasanya dia pulang lebih awal,ini dia malah baru pulang." Langit mengubah topik pembicaraan agar Aris tak bertanya lebih.
Sementara didepan sana terlihat Rani baru saja turun dari taxi online.
" Loh tamunya gak disuruh masuk mas?" Tanya Rani begitu melihat amar ada didepan pintu.
" O iya mas sampe lupa! Ayo Ris ma-masuk!"
" Sebenarnya gue cape,tapi gue pengin liat si adik iparnya Langit." Batin Aris.
" Loh ko diem mas,ayo masuk ngopi-ngopi dulu lah.Sesekali mampir kan gapapa,ayo mas!" Ajak Rani pada amar yang masih berdiri didepan pintu.
" Baik Ran,"
Arisbmasuk beriringan dengan Langit dan disusul oleh Rani dibelakangnya.
Setelah mempersilahkan Aris duduk Rani terkejut saat melihat tas dan sepatu Langit berceceran dilantai sementara dimeja sudah ada cangkir kopi yang sudah dingin.
" Mas apa ini! Tumben banget kamu begini,ini tas sama sepatu kenapa masih disini mas? Ini juga sudah ada kopi siapa yang bikin mas,kamu belum ganti baju belum bersih-bersih tapi kamu udah duduk disini minum kopi tumben banget mas! Ini sangat bukan kamu loh mas,tapi ko ini kopinya masih utuh.Lah terus kamu ngapain dari tadi mas,mas Aris baru datang bukan?"
Anjani memberondong Rani dengan banyak pertanyaan.
" Mau jawab apa kamu Lang!" Batin Aris.
" A-anu sayang tadi itu mas anu itu mas.." Langit menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.
Otaknya terus bekerja keras untuk berfikir alasan apa yang sekiranya bisa membuat Rani percaya.
" Aku yang buatkan kopinya ka,maaf tadi memang mas Langit terlihat pucat sekali dia hampir jatuh, untung aku cepet-cepet buka pintunya.Mas Langit baru banget pulang gak selang beberapa lama ada suara ketukan aku pikir Kaka.Kebetulan tadi aku didalem abis mandi." Dusta Rena yang tiba-tiba muncul di belakang Rani.
Lidahnya begitu lincah saat mengatakan itu sementara Langit terdiam membisu mendengar rentetan kebohongan Rena.
Sementara Aris hanya bisa menghela nafas panjang mendengar apa yang Rena ucapkan.Itu sangat jauh dari apa yang sebenarnya terjadi.
" Ya ampun mas kamu sakit? Maaf ya mas aku malah langsung marah-marah gak jelas.Mas Aris makasih banget ya udah mau jenguk mas langit ,Ren Kaka makasih banget loh sama kamu.Untung ada kamu,kalau gak mas Langit pasti kesulitan sendirian.Mas kamu duduk dulu ya ,maaf sekali lagi."
Rani yang polos sama sekali tak menaruh curiga atas apa yang diceritakan oleh adiknya.
" Ya Tuhan kasihan sekali Rani dia harus termakan kebohongan adik dan suaminya.Rani apa aku harus memberitahumu tentang semua yang aku lihat dan dengar sebelum kamu datang." Batin Aris sembari menatap nanar pada Rani yang terlihat begitu hawatir dengan keadaan suaminya.
" Rani,Langit kalau begitu saya pulang dulu ya.Saya takut istri dan anak saya sudah menunggu dirumah,Lang ini ponsel lu." aris meletakan ponsel Langit dimeja.
" Lo jadi mas Aris kesini nganter ponsel,memangnya ketinggalan mas?" Tanya Rani lagi.
Selama ini langit tak pernah secerboh itu,Rani merasa mulai ada yang lain dengan sikap suaminya akhir-akhir ini.
" Iya tadi ponsel Langit tertinggal di kantor karena Langit sepertinya buru-buru pulang!" Jelas Aris.
Terdengar helaan nafas panjang dari Rani,wanita malang itu lantas menatap suaminya dengan perasaan bersalah.
" Ya ampun mas makasih banget loh,pantes aku telfonin gak diangkat.Mas Langit pasti sudah gak enak badan makanya sampe buru-buru pulang.Sekali lagi makasih banget ya mas Aris!" ucap Rani.
" Kasian kamu Ran,betepa polosnya kamu.Langit semoga kamu cepat sadar!" Batin Aris.
" Iya Ran sama-sama,Lang gue pulang dulu ya!" Pamit Aris.
" Makasih banget ya Ris,untung Lo antar ponsel gue!" Ujar Langit.
" Untung gue gak kasih tau istri Lo yang sebenarnya!" Bisik Aris ditelinga langit.
Langit menatap tak percaya mendengar apa yang Aris ucapkan.
Otaknya berusaha mencerna dengan apa yang baru saja dia dengan dari mulut Aris.
" Em,mulai ni bisik-bisik!" Sindir Rani.
" Ahahaha gapapa Ran,biasa lah urusan lelaki.Ya sudah saya pamit ya,Lang baik-baik ya.Tobat!" Ucap Aris sebelum pergi dari rumah itu.
Setelah kepergian Aris, Rani duduk disebelah suaminya.Memeluknya erat dan menyandarkan kepalanya didada bidang suaminya sembari mengusapnya dengan lembut.
" Mas kamu sakit apa sih,kalau cape besok gak usah masuk kerja dulu.Kamu pasti pusing mikirin kerjaan ya sampe kamu sakit gitu!" Ucap Rani.
" Dih lebay banget sih! Apa gak bisa dia liat aku sebentar,pake peluk-peluk didepanku segala!" Gumam Rena dalam hati.
Hatinya terbakar cemburu melihat kemesraan kakanya,namun detik berikutnya dia teringat betapa gagahnya benda kebanggaan Langit yang sudah dia jamah sebelumnya.
" Iya sayang mas sepertinya kecapean." Dusta Langit.
" Maaf ya Ran,mas terpaksa bohong.Mas gak mungkin kasih tau kamu yang sebenarnya,mas gak mau kamu tau apa yang udah terjadi tadi." Batin Langit.
" Ka,Kaka gak mandi dulu tadi kena air hujan kan abis macet-macetan juga mandi gih biar seger!" Rena sengaja mengalihkan pembicaraan Langit dan Rani.
Lebih tepatnya karna Rena tidak suka lama-lama melihat Rani dekat dan mesra dengan suaminya.
" Iya ,kamu benar,ya udah Kaka mandi dulu ya.Mas kamu istirahat ya,aku mandi dulu." Ucap Rani.
Namun Rani ak langsung pergi kekamar melainkan membereskan sepatu dan tas Langit yang berserakan dilantai.
Saat Rani pergi keluar Rena mendekati Langit dan mengusap dada Kaka iparnya dengan lembut.
" Makasih ya mas gak ngomong sama ka Rani tentang semua yang udah terjadi." Bisik Rena lirih ditelinga Langit dengan suara yang mendesah membuat tubuh Langit meremang terlebih tangan Rani juga sedikit meremas milik langit yang belum sepenuhnya tertidur.
Bersambung....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."