Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Saat tiba hari pernikahan kami dimulai, aku masih tidak percaya jika akan menyandang status seorang isteri secepat ini. Aku memandang cermin didepanku dengan gugup, seperti bukan aku. Gaun hijau emerald ini begitu cocok ditubuh mungilku dengan perpaduan payet yang berkilau seperti berlian, aku meminta seorang hair stylish untuk menyanggul rambutku dengan se simple mungkin. Dan polesan make up dengan look minimalis, ini semua pilihanku dan Ethan. Bahkan dekorasi ballroom semua aku yang memilih konsep, Ethan membiarkanku untuk memilih design apapun yang aku suka.
Disana Ethan duduk berhadapan dengan seorang penghulu, Papaku, dan satu orang saksi. Suasana hening ketika Ratna dan Serly mengantarku untuk duduk disebelah Ethan. Aku terlalu gugup saat ini, tidak berani melirik ke arah manapun selain menundukbdan meminkan jari jari tangan. Bahkan ketika ijab qobul mulai berkumandang, yang kulihat Ethan juga sedikit gugup. Hingga pada akhirnya acara tersebut berjalan dengan lancar dan kini kami telah sah menjadi pasangan suami-isteri. Tanganku bergetar hebat ketika akan menandatangani buku nikah, karena aku masih tidak percaya jika akan secepat ini. Bahkan untuk menangis terharu pun aku tidak bisa karena masih bingung dengan situasi yang sedang ku hadapi saat ini.
Resepsi pun berjalan dengan lancar, kami mendapati teman-teman satu angkatan datang dan memberi selamat atas pernikahan kami. Mereka terkejut ketika kami mulai menyebar undangan, pasalnya berita terakhir dari kami adalah perpisahan. Aku melihat semua orang bergembira disini, begitupun aku. Bahagia.
Mataku menyusuri aula gedung, mencari sosok Ratna dan Serly yang sedari tadi menghilang setelah mengantarku jalan menuju pelaminan. Namun tidak sengaja aku bertatapan dengn manik mata abu-abu milik wanita itu. Wanita jahat yang ingin mencelakaiku. Yolanda...
Aku tidak pernah mengundangnya, lalu mengapa ia ada disini sedangkan tamu undangan kami tidak akan bisa masuk jika tanpa undangan. Mendadak tubuhku lemas ketika ia berjalan menuju pelaminan, aku dan Ethan sedikit menegang ketika wanita itu berada dihadapan kami. Aku tersenyum kikuk untuk menyambutnya sedangkan Ethan memalingkan muka ke arahku menandakan jika ia sungguh muak dengan wanita ini.
Ia menyalami Ethan dengan sangat mesra, sedangkan dengan ku ia hanya melirik sekilas. Tak ku sangka tiba-tiba ia memelukku, Ethan begitu terkejut dan berusaha mendorong wanita ini dari badanku. Tubuhku membeku ketika mendengan apa yang ia ucapan didepan telingaku sebelum Ethan mendorongnya.
"Aku akan tetap merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Mengapa kamu begitu bodoh" ucapnya dengan lirih. Lalu ia pergi tanpa menoleh sedikitpun pada kami.
Hingga saat acara selesai, aku masih menikirkan tentang apa yang diucapkan Yolanda padaku.
Kami tidak pulang kerumah orang tua, melainkan menginap dihotel gedung ini. Setelah aku dam Ethan berbenah dan meringkas semua peralatan yang kami kenakakan hari ini, lalu aku pergi mandi.
Selesai mandi, aku mendapati Ethan yang bertelanjang dada dengan menatap layar laptop miliknya. Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini. Aku sedikit gugup melihat dada bidang serta perutnya. Seksi. Itu seperti aktor korea yang sering ku tonton. Diam diam aku menatapnya malu, karena ini adalah malam pertama kami.
"Kamu nggak mandi?" tanyaku padanya. Lalu ia segera menutup laptop dan bergegas mengambil handuk.
"Kamu lapar sayang?" tanyanya padaku, kemudian aku menggeleng karena saat ini badanku sangat lelah sekali dan tidak nafsu untuk melakukan apapun. Setelah ijab tadi, Ethan begitu lembut kepadaku, bahkan nada suara nya tidak seperti biasanya. Ia selalu memanggilku dengan sebutan sayang, berbeda ketika kami masih pacaran dulu.
Tak lama setelah itu Ethan keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk saja untuk menutupi dari pusar sampai paha. Buru buru aku memalingkan wajah karena malu kepergok telah mengamatinya dari atas sampai bawah.
"Kamu lihat apa huh?" tiba-tiba ia sudah berada di depanku, aku semakin malu karena kini wajahku berhadapan sangat dekat dengan perut seksinya itu. Aku menunduk gugup, kemudian Ethan meraih daguku dan mengecupnya sekilas. Aku terkesiap dan sedikit mundur, tapi Ethan menahan kepalaku agar kami tetap pada posisi seperti ini. Ia melumat habis mulutku secara lembut hingga aku mulai terlena dengan permainannya. Kemudian aku mulai mengikuti arah permainan itu. Suhu ruang semakin lama semakin panas padahal suhu derajat AC mencapai 16.
...****************...
Pagi ini aku termenung diatas ranjang, menyaksikan tangan kekar Ethan yang masih merengkuhku. Ia masih tertidur pulas setelah pergumulan kami semalam sampai menjelang subuh, tulang ditubuhku seperti akan rontok. Ternyata melepas keperawanan sesakit itu dan semelelahkan itu, bahkan berkali kali Ethan mencoba masuk namun seperti tertolak oleh tubuhku, namun ia masih terus berusaha agar kami melakukannya dengan sempurna.
Kusibakkan selimut yang membungkus tubuh kita berdua, ternyata banyak darah yang menetes dan sudah mulai mengering pada seprei. Buru buru aku akan melangkan ke kamar mandi, aku malu jika Ethan melihatku yang masih telanjang tanpa menggunakan apapun. Dilantai pakaian kami sudah berserakkan termasuk handuk yang Ethan kenakan semalaman. Aku menurunkan satu kakiku lantai, namun sakit sekali bagian tengah kemaluanku seperti memiliki luka robek yang sangat lebar. Aku berjalan tertatih dengan berpegangan pada tembok.
Sesampainya di kamar mandi aku memilih untuk berendam air hangat agar dapat meredahkan pegal pegal. Ketika aku mulai rileks dan berlarut dalam kegiatanku, Ethan tiba tiba masuk tanpa mengetok pintu terlebih dulu, membuatku kaget sekaligus malu.
"Sweet cake, kenapa tidak membangunkan aku?" tanyanya dengan nada manja khas orang bangun tidur. Astaga, aku hampir tidak pernah melihat Ethan begitu manja terhadapku. Ia mengusap matanya kemudian ikut berendam bersamaku. Lalu hal selanjutnya yang terjadi adalah, kami tidak keluar kamar mandi selama dua jam. Ethan tidak membiarkanku keluar sehingga kami melakukannya lagi dikamar mandi.
Ketika aku akan berdiri dan mengambil handuk, Ethan menahan tanganku. Lalu ia mengambilkannya untukku dan mengeringkan tubuhku, aku sangat malu. Tapi ia selalu berkata tidak perlu malu karena kami adalah pasangan yang sah secara Agama dan Negara.
Karena mendapati aku yang kesakitan untuk berjalan, Ethan berinisiatif untuk menggendongku, ia selalu meminta maaf karena telah membuat aku sakit. Namun ini adalah hal yang wajar jika baru pertama kali. Dengan telaten, ia juga memasangkan baju untukku, dan melayaniku selama aku masih merasakan sakit.
Perlakuannya terhadapku begitu manis, aku sangat terlena jika menerima sentuhan sentuhan kecil darinya. Aku sungguh mempercayai nya dalam hidupku, matiku, semua telah kuserahkan kepadanya. Sungguh aku mencintainya, tidak ada yang mampu menggantikannya dalam hatiku.
Dua minggu setelah pernikahan kami, Ethan masih begitu lembut terhadapku. Tidak ada satupun ada yang berubah dari perlakuannya. Bahkan aku sendiri mulai menjalankan tugasku sebagai seorang ibu rumah tangga dan mahasiswa, kami belum resmi lulus. Wisuda masih tinggal 2 minggu lagi, kami memaksimalkan waktu itu untuk mencari baju yang pas untuk dikenakan pada hari bahagia tersebut.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/