Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup seorang diri membuat Letnan Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'.
Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
KONFLIK, silakan SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Kacau.
Letkol Ribas membuang berkas pengajuan nikah milik Letnan Rilanggana. Nampak jelas raut wajah marah seorang kakak yang tidak menghendaki adanya hubungan di antara Bang Rilo dan Lira.
"Saya sudah katakan, kamu jangan macam-macam ataupun mempermainkan Lira. Saya hanya mengijinkan kamu dan Bayu sebatas berteman dengan adik saya." Kata Bang Ribas.
"Saya tidak main-main, Bang. Saya ingin meminang Lira."
"Tidak..!!!!! Keluar kamu dari ruangan saya..!!" Bentak Bang Ribas.
...
Bang Rilo sungguh frustasi dengan keadaan. Dirinya seakan menemui jalan buntu untuk menyelesaikan masalah. Adanya pengakuan atau tidak, semua akan mencelakai Lira.
Ingin rasanya mengulang 'mendekap' Lira namun ia juga tidak ingin mental Lira menjadi kacau.
'Cara apalagi, Ya Allah.. di minta baik-baik susah sekali.'
\=\=\=
Sejak kejadian itu Bang Ribas membatasi interaksi antara kedua juniornya dengan adik bungsunya. Bang Ribas memberlakukan aturan awal, mengijinkan keluar tapi harus bersama.
Seperti sore ini, meskipun komunikasi antara Bang Rilo dan Bang Bayu semakin berkurang, tapi mereka tetap satu 'visi dan misi' untuk menjaga Lira.
"Om.. perut Lira sakit."
"Kenapa?? Masuk angin??" Tanya Bang Bayu.
"Sudah mau tanggalnya 'dapet'." Jawab Lira.
"Saya belikan softdrink ya..!!" Kata Bang Bayu.
"Kunyit asam, Bro..!! Ngurangin nyeri." Sambar Bang Rilo.
"Yo wes, aku cari dulu kunyit asamnya..!!" Bang Bayu pun melangkah pergi. Terus terang ada sedikit kelegaan di dalam hatinya.
"Oomm Bay, es jeruk saja. Lira pengen es jeruk." Pinta Lira kemudian.
Bang Bayu terdiam sejenak dan berpikir. 'Sama-sama asamnya. Boleh lah untuk tahan sakit.'
"Iya, dek..!!"
:
Hari semakin gelap, Lira semakin merintih kesakitan. Terang saja Bang Rilo dan Bang Bayu kelabakan. Mereka kebingungan karena tidak paham dengan apa yang di rasakan wanita haid.
"Biasanya nggak begini kan, dek..!!" Ujar Bang Bayu.
Lira mengangguk, memang dirinya juga tidak pernah mengalami hal seperti ini.
Rasa kesal bergelut dalam hati Bang Rilo sebab dirinya sama sekali tidak paham tentang Lira atau apapun di masa sebelum dirinya mengenal Lira. Ia hanya sempat melihat Lira saat mengenakan seragam biru putih sebelum akhirnya pindah sekolah ke luar negeri. Di saat itu pula dirinya menepis perasaan 'kosong' karena sudah memiliki Rasya dalam hidupnya dan lagi Lira masih begitu anak-anak meskipun tidak mengurangi paras wajah cantiknya.
Setelah mobil menepi, Bang Rilo turun dari mobil dan mengatur posisi sandaran agar Lira merasa nyaman. Ia melepas jaketnya dan menyelimuti Lira, sekilas ia mengusap perut gadis itu.
"Om.. di usap lagi donk. Sakitnya hilang..!!" Pinta Lira.
Bang Bayu dan Bang Rilo saling lirik, meskipun ada rasa kesal dalam hati Bang Bayu tapi pria tersebut mengarahkan agar Bang Rilo meluluskan permintaan Lira.
Bang Rilo pun berpindah duduk di bangku belakang dan mengusap perut Lira. Kemudian mobil kembali berjalan tanpa Bang Bayu bisa berbuat apapun.
"Kamu salah makan atau bagaimana, dek??" Tanya Bang Rilo lembut.
Lira hanya menggeleng menikmati rasa yang perlahan berangsur nyaman.
***
"Saya pengen gula asam, Bi." Pinta Lira.
"Mana ada Non, kalau pagi begini. Nanti Bibi carikan di pasar." Kata Bibi.
"Bii.. tutup nasinya..!! Saya mual..!!" Lira berlari menuju wastafel dan langsung saja muntah.
Tepat saat itu langkah Bang Ribas terhenti. Niatnya yang akan berangkat bekerja menjadi tertunda. Sebagai pria yang telah memiliki tiga orang putra dan akan ada satu lagi di dalam perut jelas membuat beliau peka akan keadaan.
Paham situasi sedang tidak baik-baik saja, Mbak Niken pun mengikuti langkah suaminya.
Wajah geram tanpa ampunan itu pun menghampiri Lira. Bang Ribas menarik tangan Lira.
"Sudah berapa bulan???????" Bentak Bang. Ribas.
Lira sungguh ketakutan, di antara semua Abangnya memang Bang Ribas yang paling galak.
"Sudah berapa bulan?????????" Bang Ribas semakin meninggikan volume suara.
Lira pun gelagapan dan hanya bisa sesenggukan di hadapan Abangnya. "Tujuh Minggu."
Bang Ribas mengurut pelipisnya. Ia merasa jantungnya tak lagi berdetak pada tempatnya. "Panggil Rilo dan Bayu sekarang..!!" Perintah Bang Ribas pada mudinya yang saat itu bersiap mengambil laptopnya.
...
Bang Rilo dan Bang Bayu berdiri tegak di hadapan Danyon. Mereka melihat hasil testpack positif di atas meja.
Sungguh mata Bang Bayu sampai membulat besar mendengar kenyataan bahwa Lira sedang mengandung namun. Dirinya tetap berusaha untuk tenang.
"Hanya kalian yang selalu dekat dengan Lira. Apa di antara kalian bisa mengakui secara jantan, siapa ayah dari bayi dalam kandungan Lira????????" Amarah Bang Ribas begitu menggelegak.
"Saya..!!" Ucap tegas Bang Bayu tanpa ragu.
"Saya yang melakukannya." Kata Bang Rilo.
"Astaghfirullah hal adzim.. kalian jangan main-main..!!!" Suara Bang Ribas meninggi hingga debaran jantungnya terasa menekan ulu hati.
Tatapan mata Bang Ribas beralih pada Lira. Sungguh kekecewaannya begitu mendalam. Dirinya yang berusaha menjaga Lira mati-matian masih harus kecolongan.
"Apa didikan Abang tidak membuatmu sadar akan harga diri???? Abangmu ini Danyon disini, Lira..!!! Begitu kah caramu menampar wajah Abang???????? Keluarga kita tidak ada yang melac*r, Liraaaa..!!! Gugurkan..!!!"
Lira menjerit ketakutan saat Bang Ribas sudah mengangkat tangannya.
"Jangan, Bang..!! Saya akan tanggung jawab..!!" Kata Bang Bayu menghadang seniornya itu.
Tak tahan dengan situasi tersebut, Bang Rilo pun menepis tangan Bang Bayu. Ia mendorong Bang Ribas untuk menjauh.
"Sejengkal saja kau berani menyentuh Lira.. ku pastikan kau mati, Bang..!!!!" Bentak Bang Rilo tidak main-main.
Kericuhan semakin menjadi, Mbak Niken tiba-tiba saja mengalami kontraksi padahal usia kehamilan baru saja melewati tujuh bulan. "Maaass..!!" Jerit Mbak Niken meringkuk, perhatian Bang Ribas pun teralihkan.
"Saya atau kau yang mati dulu, Rilo..!!!" Ancam Bang Ribas sembari mencabut sangkur di pinggang meskipun pikirannya mulai semerawut.
"Ya Allah Rilooo.. Abang.. sadar kalian berdua..!!!" Bang Bayu tak kalah panik di buatnya.
Keadaan semakin panas, Bang Rilo mengeluarkan karambit nya. "Jangan sentuh mereka..!!!!"
Di saat yang sama, Mbak Niken bersandar melemah. Bibi menjerit ketakutan. Belum usai rasa kaget mereka, Lira pun ambruk dan terbanting keras di lantai.
bruugghh..
"Allahu Akbar.. dek..!!!!!" Bang Rilo membuang pisaunya dan segera menghambur memeluk Lira. "Kenapa kamu tidak bilang, kenapa kamu tidak percaya sama saya????" Bang Rilo histeris melihat Lira tidak sadarkan diri.
Bang Ribas melangkah gontai. Nyawa dan raganya seakan terpisah. Beliau merasa gagal sebagai Abang. Tanpa kata, beliau 'menangani' Mbak Niken dalam tetes air matanya.
.
.
.
.
apa Lira dan Sitha ga bisa lepas dr Priyadi??
semoga menjadi Keluarga yg samawa yah Bang Rilo dan Bang Bayu😇
bikin penasaran...
lagi rame ini,
ayo lanjuuut kak 💪💪💪♥️♥️♥️