Alaska Raden Saleh terkenal sebagai sifat playboy, ia sering membuat para gadis impian untuk mencintai dan menyukai Aska. Tapi tidak dengan Rania, seorang gadis cantik berkulit putih, hidung mancung, serta agamis itulah impian Aska. Tetapi Aska sudah lebih mencintai Luna kedahuluan. Hubungan Luna dengan Aska sudah lebih dari 4 tahun dan impian Luna ingin ia menjadi pasangan Aska. Tetapi Aska tak mencintai Luna, ia hanya menyukai Luna karena wanita seperti Luna sangat memikat hatinya.
Dapatkah Luna mengetahui jika Dirinya hanya sebagai permainan belaka? dan padahal Luna dengan Rania ialah saudara sekandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rohima_Cahaya18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Ratapan Rania
Pria tersebut mengakui bahwa kesalahannya sendiri mengakibatkan jika ia sudah tidur bareng pada malam itu. Perbuatan pria tersebut membuat ibu Rania menjadi sakit hati, Coba dari awal Luna tak mau mengikuti langkah nafsunya ia tak akan seperti ini.
Wajar ga? seorang ibu yang sudah melahirkan anaknya apalagi ini menyangkut anak perempuan dinodai dengan lelaki brengsek seperti Michael yang merupakan bagian dari keluarga mereka. Namun sayang, Ibunya Rania langsung memberikan tamparan pada lelaki tersebut.
"BERANINYA KAMU MENIDURI ANAK KANDUNG SAYA! KAMU TAHU BAHWA ITU PERBUATAN DOSA YANG DI LAKNAT ALLAH. SAYA TIDAK MENYANGKA, KAMU MELAKUKAN PERBUATAN KEJI ITU KEPADA LUNA, UNTUK IBU YANG TERHORMAT INILAH ORANG YANG SUDAH MEMBUAT ANAK SAYA HAMIL. KAMU TAHU SEKARANG KAMU IKUT SAYA DAN KAMU SECEPATNYA HARUS MENIKAHI ANAK SAYA"UCAPNYA YANG PEDAS TAK INGIN ANAKNYA MENDAPATKAN PERLAKUAN TIDAK BAIK DARI ORANG YANG JAHAT.
PYAR
PYAR
Tamparan meleset ke pipi pria brengsek tersebut, entah mengapa dirinya berbuat sekeji itu. Lagi lagi orangtua dari Aska merasa bersalah dan ia meminta maaf untuk membiayai melangsungkan hidup Luna.
"Saya minta maaf Bu! udah saudzon kepada ibu, bolehkah saya ingin membiayai hidup Luna"jawabnya yang membuat orangtua Rania tak mau percaya.
"Tidak perlu untuk ibu, bagi saya akan bisa membiayai hidup anak saya! Permisi," ucapnya ia menarik tangan Rania dan pergi dari kehidupan mereka.
Rania mencoba menenangkan pikiran ibunya, ibunya yang terbakar karena bukan pemuda kaya tersebut yang sudah membuat hamil malah seorang pesuruh dari orang kaya tersebut. Rasanya sudah hilang martabat sebagai jati diri Luna, sengak iya tak memikirkan bagaimana dirinya bersusah payah untuk terus membahagiakan kedua anaknya.
"Tenanglah Bu, kita bisa bicarakan yang baik baik. Bu, sekarang ibu mau makan apa? Biar Rania yang membayarnya, sepertinya ibu sedang tidak badan"tegurnya merapihkan selendang ibunya dan ia memeluk ibunya sambil menangis.
"Yaa Allah, ibu senang sekali. Kamu seorang anak yang mengerti kehidupan Rania! Dibandingkan kakak kamu yang suka menghamburkan uang apalagi ketika ada bapak ia tak ingat kamu, makasih ya nak, ibu bangga padamu"tukas ibunya yang memeluk sampai meneteskan airmata.
Sudah terlarut malam, hingga lupa Rania sholat isya. Ia lebih mendahulukan sholat ketimbang harus makan. Tetapi, melihat ibunya ia urungkan untuk menjamu ibunya terlebih dahulu.
"Ibu makan dulu, Soalnya Rania mau sholat dulu tadi lupa dijamak saja. Bu, makan yang banyak ya, jangan disisakan makanannya biar ibu kuat dan sehat."
"Tapi nak, ibu ingin ikut kamu sholat boleh. Ibu seharian tanpa bapak tak pernah sholat. Bolehkan ibu sholat bersamamu, Ibu salah, ibu punya dosa. Ibu pengen kita sholat berjamaah dengan kakak kamu" imbuhnya tiba tiba mengingat Luna.
"Maa syaa Allah Bu, tapi kak Luna tidak ada disini. Kalau ada udah Rania antarkan kesini. Beneran ibu mau sholat dulu,"
"Iya nak, ibu ingin ketemu bapak".
"kita doakan bapak ya Bu, semoga bapak tenang di sisi Allah. Bu".
Mereka sholat dan terlihat khusuk dan menghayati ayat Allah. Tak terkecuali, Sholat paling terakhir membuat ibunya hanya diam di tempat, ada apakah ini mengapa ibunya tak gerak untuk mengikuti takbir Rania.
Saat terakhir, duduk diantara dua sujud Rania yang tak bisa berkata lagi . Ia sempat menangis dan dirinya tak tahu harus meminta bantuan siapa.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh diucapkan salam Kanan dan kiri".
Tibalah saat itu, Rania yang tak sempat lagi berdoa dan ia membangunkan ibunya yang sudah biru bibirnya. Sekujur tubuhnya dingin, ia meratapi kepergian ibunya.
Sambil tersenyum dan meneriaki adalah ibunya.
"Ibu,,,,,,,,,,Ibu,,,,,,,Ibu,,,,,".
"Bangun ibu, bangun ibu. Maa syaa Allah ibu bangun, Rania ga mau hidup sendiri. Rania ingin bersama ibu"ucapnya memangil nama ibunya berulang ulang seraya tak mendengar sahutan anaknya.
Antara malam dan subuh. Rania mengambil keputusan untuk membawa ibunya kedalam RS ia tak tahu berapa pun biayai RS akan ia tanggung semua. Rania yang tak mengingat lagi, tapi isakan terus memanggil ibunya.
Bagaimana selanjutnya? Luna yang sekarang tak tahu arah jalan pulang, ia lebih memilih tinggal di jalan jembatan daripada harus menjadi perhatian orang banyak .