Lu Nana adalah Gadis tomboy yang terkenal di kampusnya.
karena orangnya ceria dan suka mengikuti bermacam kegiatan olah raga dan seni.
Jadi dia memiliki banyak teman.
Tapi ketika temannya mengerjai Jam bekernya dengan mempercepat waktu, jadi dia kira sudah terlambat ke kampus.
Dengan tergesa - gesa dia menyebrang tanpa memperhatikan, akhirnya terjadilah kecelakaan.
Tapi akibat dari itu jiwanya berpindah ke zaman kuno, ketubuh Selir yang di asingkan, kelaparan dan sendirian. selir yang pendiam dan mudah di tindas, karena kecantikannya yang membuat banyak wanita lain Iri. menggunakan trik untuk menjatuhkannya. Dia hanya diam.
Tpi sekarang jangan harap, dia sudah mati saya penggantinya tuk balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6
Keesokan harinya Ling Nana bangun saat fajar mulai memberikan cahayanya di ufuk timur. Matahari belum sepenuhnya muncul hanya biasan cahayanya yang terlihat dan membuat sebagian daerah terang. Dia merasa udara pagi ini sangat dingin, dia memakai mantel menggunakan selimut tipis bekas yang sudah banyak lubangnya untuk menutupi pundak kurusnya.
Dia melangkah keluar bangunan istana yang masih di dalam tembok gerbang.
Dia melangkah ke belakang istana, pantas saja udara di sini sangat dingin. Ternyata tembok belakang langsung berhadapan dengan hutan terlarang yang terkenal dengan banyak binatang buasnya dan jarang di masuki manusia.
Tinggi tembok bagian belakang sama dengan tinggi tembok yang mengelilingi seluruh istana tiga meter lebih. Tebalnya mungkin delapan atau sepuluh inci. Hanya tembok gerbang yang membatasi istana dingin dengan taman di istana utama dan para selir yang sedikit pendek hanya 2 meter.
Kenyataannya halaman belakang tidak begitu luas, tapi dia akan menebang beberapa pohon yang ada di belakang ini agar bisa memiliki lahan untuk bertani, apa lagi cuaca di sini tidak terlalu panas jadi bagus untuk menanam sayur mayur.
Dia memperhatikan satu pohon yang tumbuh dekat atau bisa di bilang rapat dengan tembok belakang. Dan tingginya melewati tinggi tembok tersebut.
Dia mendekati pohon itu, tapi rantingnya begitu kurus, tidak bisa jadi pijakan. Ketika dia lebih mendekat ke tembok, ternyata ada sulur merambat dari luar tembok dan masuk ke dalam dengan menempel di dinding tembok.
Sepertinya sulur akar ini tebal dan bisa di naiki, hah? Apakah pohon dari akar ini besar sekali? Sampai bisa memiliki sulur akar yang besar dan panjang begini. Itu pertanyaan yang ada di kepalanya.
Ling Nana menyentuhnya dan menarik - narik akar itu, kuat, pikirnya. Dia melepaskan mantel selimut itu di dahan pohon yang dekat di situ agar tidak menyusahkannya saat memanjat.
Jika di lihat dari belakang istana itu, tubuh Ling Nana tidak terlihat saat memanjat karena terlindungi dari pohon yang tumbuh di dekat tembok itu.
Hanya bisa di ketahui bahwa seseorang ada di sana ketika suara kresek - kresek saat dia memanjat. Dia tidak menyangka tubuh asli Ling Nana ternyata kuat.
Memang dari kecil dia diam - diam melihat sepupunya latihan beladiri dan pedang. Dan dia diam- diam juga berlatih tanpa ada yang mengetahuinya.
Dalam hatinya, ayahnya seorang jendral dan ibunya ahli beladiri juga. Pamannya juga seorang jendral, sepupunya angkatan militer. Tidak selamanya mereka bisa menjaganya, jadi dia diam- diam melatih dirinya dengan tekun.
Sehingga dia bisa bela diri dan menggunkan pedang. Sesekali juga dia memanah, itu semua dia lakukan saat malam hari di mana orang-orang di rumah jendral sudah tidur.
Jadi, biar bagaimanapun tubuh ini memiliki otot yang kuat. Hanya saja Ling Nana bingung, kenapa dia mati kelaparan, dia masih ingin mengorek isi fikiran dari pemilik tubuh ini. Tidak mungkin dia seputus asa ini dan mau mati kelaparan. Pasti ada sesuatu yang membuatnya menyerah.
Apakah karena cinta, karena setahunya dia tidak saling cinta dengan putra mahkota. Apakah karena terpisah dari kekasihnya, makanya dia merasa mati lebih baik?
Tapi setiap dia ingin mengorek ingatan itu, kepalanya terasa sakit. Jadi akhirnya dia biarkan saja dan tidak usah mengingat - ingat dulu. Nanti pasti akan terjawab, pikirnya.
Tak terasa dia sudah sampi di atas tembok, benar sekali dugaannya tembok ini tebal sampai dia bisa berbaring di atasnya. Tapi ketika dia melihat ke bawah, dia mulai bergidik, jauh sekali terlihat ke bawah.