Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Yang mulia Raja, apa ini tidak apa-apa? Bagaimana dengan Ratu?" tanya Mary dengan suara lucu dan manjanya.
"Tentu saja tidak apa-apa. Aku adalah Raja. Semua terserah padaku" jawab William lalu melepas jubah kebesarannya. Dan mulai menanggalkan gaun pernikahan Mary. Dia mengecup leher wanita itu dan mulai terangsang. Dengan cepat, dia melemparkan tubuh kecil dan rapuh itu ke atas ranjang. Lalu menindihnya.
"Tapi Ratu juga Anda nikahi hari ini. Akan sangat memalukan bagi Ratu kalau tersebar kabar Anda lebih memilih untuk tidur dengan saya daripada dia"
"Jangan memikirkan sesuatu yang tidak berguna!"
"Tapi Raja, saya takut"
Wanita rapuh itu memeluk tubuhnya. Membuat birahi yang muncul kembali tenggelam dengan cepat. Berubah menjadi rasa segan untuk menyentuh wanita yang dikasihinya. Apalagi melihat ketakutan yang terpancar di wajah Mary. William memilih untuk membuat wanita itu tenang lebih dulu.
"Tenanglah. Kita juga menikah hari ini. Bukankah hal ini yang kita impikan dari dulu? Ratu hanyalah wanita yang harus ku nikahi untuk berada di posisi ini. Jangan takut. Selama aku di sisimu, tidak akan ada orang yang berani mengusik mu."
"Tapi ... "
"Aku adalah Raja di negeri ini. Raja yang menguasai empat wilayah. Apa kau masih meragukan kemampuanku dalam melindungi mu?"
"Tidak. Tentu saja tidak. Anda memang pria yang layak menjadi Raja empat wilayah"
"Kau pasti terlalu lelah dengan persiapan pernikahan. Lebih baik tidurlah, agar tubuhmu tidak lelah" kata William menyerah dengan penyaluran birahinya malam ini.
Setelah Mary tertidur, dia menghampiri meja. Menuang anggur untuk dirinya sendiri di gelas dan meminumnya.
Dua pernikahan dalam sehari. Sesuatu yang tidak pernah William bayangkan sebelumnya. Hanya satu wanita yang dicintainya, tapi ternyata tidak membuat kedua orang tuanya, mau meloloskan keinginannya menjadikan Mary sebagai Ratu.
Karena ada satu wanita lain. Wanita yang telah disiapkan menjadi Ratu baginya. Wanita yang katanya sejak kecil telah menerima pendidikan dan pengetahuan sebagai Ratu.
Keira Knightley.
Putri bangsawan dari wilayah Nemorosa. Sedangkan Mary hanya berasal dari keluarga prajurit miskin.
Terpaksa William menerima pernikahan yang diusulkan. Dengan syarat menikahi Mary di hari yang sama. Karena dia tidak ingin menyentuh seorang wanita asing. Satu-satunya wanita yang akan mengandung putranya nanti adalah Mary. Bukan wanita asing yang sama sekali tidak dikenalnya.
Keesokan harinya, protokol kerajaan membuatnya melakukan sesuatu yang tidak disukainya lagi.
"Anda harus makan bersama Ratu. Hal itulah yang membuat keluarga Kerajaan bersatu" kata penasehat kerajaan.
Terkurung dengan protokol kerajaan, William terpaksa menyetujui. Tidak mengira wanita asing yang dinikahinya kemarin ternyata memiliki wajah yang cantik sekali. Dengan tubuh yang tinggi semampai. Sangat pantas berada di posisi Ratu karena kecantikan dan keanggunannya.
Tapi, kenapa wanita itu bersikap aneh kepada Jenderal Malone? Dan memilih untuk bicara ketus padanya? Seakan wanita itu lebih tertarik pada Jenderal Malone daripada dirinya.
Bahkan wanita itu memilih untuk duduk lebih jauh dari yang seharusnya di meja makan. Membuat William tidak dapat melihat wanita itu dari balik semua bunga dan lilin yang menghiasi meja.
"Raja, kenapa Anda tidak makan?" tanya Mary dengan suara lembut. Menyadarkan William kalau dia terlalu banyak memperhatikan wanita lain, bukan Mary.
"Tidak. Ayo makan" jawabnya mengembalikan fokus pada wanita yang dicintainya.
Sarapan telah usai dan wanita itu berjalan mendekat ke arah William. Mary ingin berdiri untuk menunjukkan perbedaan tingkat keduanya. Tapi William melarangnya. Baginya, Mary memiliki kedudukan lebih tinggi daripada wanita itu.
"Saya sudah selesai" kata wanita itu lalu berbalik dan meninggalkan ruang makan. Tanpa terlihat kesal atau apapun. Hanya berpamitan dan pergi begitu saja.
"Raja, pasti Ratu kesal melihat saya tidak berdiri" ujar Mary.
"Dia tidak akan pernah berpikir seperti itu. Kau adalah wanita yang lebih baik daripada dirinya. Jangan pernah merasa lebih rendah saat bersamaku!"
"Baik Raja"
Baru saja William ingin meninggalkan ruang makan, dia mendengar suara wanita yang jelas-jelas sedang menggoda seorang pria. Dan wanita itu ternyata adalah ... Ratu.
Senyum tipis dan gerakan tangan halus jelas-jelas menunjukkan bahwa wanita itu sedang menggoda Jenderal Malone.
"Anda pasti lelah berdiri disini terus. Bagaimana kalau malam ini Anda menemani saya berjalan-jalan ke taman? Toh malam ini Raja akan sibuk di kamarnya" kata wanita itu begitu jelas terdengar di telinganya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya William merubah mimik wajah wanita itu. Dari senang menjadi murung. Sangat jelas terpampang, wanita itu, Ratu yang baru dinikahinya sama sekali tidak menyukai William.
"Saya? Tidak melakukan apa-apa. Saya pergi" jawab wanita itu lalu pergi dengan pelayannya. Meninggalkan Jenderal Malone yang melihat William dengan takut.
"Raja, saya ... "
"Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa padaku, Jenderal!" tegas William lalu kembali ke ruangannya bersama Mary.
Saat dia kira bisa bersenang-senang tapi penasehat kerajaan telah menunggunya dengan berbagai macam pekerjaan. Salah satunya adalah menerima utusan dari empat wilayah yang menghadiri pernikahannya kemarin
Karena kehadiran Mary kemungkinan besar akan membuat masalah, William menyuruhnya beristirahat di kamar.
"Anda merasa terganggu dengan kehadiran saya?" keluh Mary
"Tentu saja tidak"
"Kalau begitu saya boleh ikut menemui mereka?"
Merasa tidak punya alasan untuk menyingkirkan Mary dari sisinya. William masuk bersama selirnya. Tidak menyangka akan mendapatkan reaksi keras. Tidak hanya dari utusan Nemorosa. Namun tiga wilayah yang lain juga.
"Seharusnya Anda menemui kami dengan Ratu" kata pemimpin wilayah Aetherlyn.
"Ternyata Anda bukan Raja yang bijaksana" ujar pemimpin wilayah Rimegate.
Pemimpin wilayah Migesta hanya diam saja tapi melayangkan pandangan merendahkan pada Mary.
Dan yang terburuk dari semuanya. Pemimpin wilayah Nemorosa. Ayah dari Ratu.
"Ini namanya penghinaan. Belum puaskan Anda menghina saya kemarin? Menikahi wanita lain disaat putri saya harusnya menjadi satu-satunya pengantin. Dan bahkan tidak mengajak putri saya yang jelas seorang Ratu. Dan membawa wanita ... Tidak jelas ini ke pertemuan sepenting ini"
William merasa harga dirinya sebagai Raja direndahkan. Siapapun yang ingin dia ajak, itu adalah terserahnya. Sebagai seorang Raja, tidak boleh ada yang mengoreksi tindakannya.
"Dia adalah istriku" Belanya tidak membiarkan Mary terpojok.
"Putri saya adalah Ratu yang sempurna. Tidak akan pernah mengingkari tugasnya sebagai seorang Ratu. Pasti Anda yang melarangnya ikut karena kehadiran wanita ini. Saya akan anggap ini sebuah penghinaan. Yang mulia Raja terdahulu pasti kecewa dengan kelakuan putranya yang selalu dibangga-banggakan" ucap pemimpin wilayah Nemorosa lalu pergi dari ruangan Raja.
Diikuti oleh pemimpin wilayah lain. Membuat William kehilangan wibawa, di depan wanita yang dicintainya