Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 Perampokan berencana .
Wendy menelan ludahnya dengan pelan dan mengelap keringat di keningnya . Kemudian dia mengikat rambut hitamnya yang panjang di bawah bahu dengan potongan sasak V . Kemudian berjalan menghampiri asistennya , yang kembali membawa koleksi pakaian terbaiknya .
"Kakak ipar , bagaimana dengan yang ini ." Wendy membawakan gaun Slip dress berwarna biru muda yang sangat indah .Anggita menatapnya sekilas lalu melirik Maxsim yang duduk di sofa . Kemudian dia mengambil gaun itu dari tangan Wendy dan membawanya pergi untuk dia coba .
Beberapa menit kemudian Anggita keluar dari ruang ganti sudah dengan gaun yang di tunjukan oleh Wendy . Maxsim mulai memperhatikan , harus dia akui tubuh dan paras Anggita sangat sempurna untuk di padukan dengan pakaian itu.
Tapi Maxsim mengangkat tangannya kepada Wendy untuk mengambilkan gaun yang lain .
"Apa apaan orang ini , datang datang menganggu orang yang sedang bekerja ." gerutu Wendy dalam hati . Namun meski dirinya cukup kesal tetap tidak berani untuk mengatakan secara langsung .
Siapa yang tidak kenal dan tahu Maxsim Samudra ?Pria paling kaya dan yang terkenal dingin dan kejam udah banyak para pebisnis yang jatuh karena telah berani mencari masalah dengannya .
Beruntung karena mereka berdua adalah teman jika tidak , maka habis lah sudah , butik nya tidak akan bisa buka pintu lagi .
"Bagaimana kalau dengan gaun ini ." tanya Wendy mengambil gaun bertipe backless dress berwarna gold . Dia segera menyerahkan kepada Anggita dan memintanya untuk mencoba gaun itu . Tapi pada saat itu Maxsim langsung menolaknya .
"Yang lain ."
Anggita pun diam , matanya pun melirik backless dress di tangannya kemudian melirik Maxsim yang masih bergeming di tempat .
"Tidak ada yang salah dengan dress ini , apa kamu tidak suka , karena terlalu terbuka ."? Gumam Anggita lirih dengan ragu .
Gaun jenis backless dress memang agak terbuka di bagian punggung , tapi apa karena itu Maxsim menolak gaun ini karena perduli dengan nya? . Tidak ingin tubuhnya di lihat oleh pria lain ." batin Anggita .
Ketika sedang memikirkan itu suasana hati Anggita menjadi lebih baik ,dia memilih sendiri sebuah gaun bertipe A- line dress dengan penampilan sederhana tapi elegan . gaun ini tidak kalah cantik dengan gaun yang lainnya .
"Bagaimana dengan yang ini ."? Tanya Anggita pada Maxsim. Matanya menatap
Perlahan Maxsim mengangkat wajahnya dan memperhatikan gaun pilihan Anggita , meski tidak mengatakannya , dia cukup puas dengan pilihan Anggita.
Anggita paham dan mengerti dengan raut wajah suaminya , dia segera pergi dan mengganti gaunnya , beberapa menit kemudian Anggita keluar menunjukan penampilan .
Anggita sangat cantik , hingga mampu memukau belasan pasang mata yang ada di ruangan itu .kemudian wendy berdehemm lalu melambaikan tangan kepada karyawannya , untuk mengembalikan gaun gaun yang lainnya ke tempat nya kembali .
"Kakak ipar sangat cantik ..aku..
"Ayo pergi ." Wendy belum menyelesaikan kata katanya , Maxsim telah berdiri dari sofa dan mengajak Anggita untuk segera pergi dari sana membuat Wendy melongo .
Tentu saja Wendy dongkol merasa di abaikan setelah apa yang dia inginkan telah di dapatkan . Dia segera keluar mengejar maxsim tapi sudah tidak keburu karena mereka telah masuk ke dalam mobil .
"Hei ! Kamu belum membayarnya bagaimana bisa kamu pergi begitu saja ? Aku bisa melaporkan kamu dalam kasus perampokan berencana ." teriak Wendy sambil menloncat loncat menatap mobil Maxsim yang telah pergi meninggalkan butiknya dengan marah .
Rey yang duduk di kursi kemudi melirik tingkah Wendy lewat kaca spion dengan rasa kasihan .
"Tuan apa perlu saya membayarnya ? ." tanya Rey .
"Tidak perlu , suruh saja dia besok datang ke kantor untuk bertemu dengan ku ."ucap Maxsim .
Reymond hanya bisa menghela nafas dengan pasrah ketika mendengar permintaan Tuannya . Dia ikut prihatin dengan nasib Wendy setelah ini .
"Kita akan pergi kemana ." tanya Anggita yang masih merasa penasaran .
Rey melirik tuannya dari kaca spion , lalu duduk dengan tenang seolah tidak mendengar dengan pertanyaan Anggita .
"Kita akan bertemu dengan Uty buyut ."
"U..Uty Buyut ?." mata Anggita membulat .
Sudah satu tahun usia pernikahannya dengan Maxsim , tapi dia tidak pernah sekalipun bertemu atau komunikasi dengan keluarga Maxsim . Anggita hanya tahu keluarga Maxsim berada di ibu kota negara , juga keluarga yang terkemuka .
Jam tujuh malam mereka sampai di sebuah restoran . Keadaan restoran bintang lima itu sepi kosong melompong tanpa ada pelanggan, benar benar tenang tapi sangat berkelas , karena telah di boxing oleh Maxsim .
Maxsim membawa Anggita ke lantai 2 . Dokter Diana telah berdiri di pintu , Dokter pribadi keluarga samudra khusus untuk merawat Uty Aisyah . Dokter Diana membungkuk kan badannya saat melihat kedatangan Maxsim .
"Selamat malam Tuan muda ,nyonya tua sudah menunggu di meja ." ucap Dokter Diana memberi tahu Maxsim akan keberadaan Uty Aisyah .
Maxsim hanya mengangguk dan berjalan sambil menggandeng tangan Anggita . Sebenarnya Anggita cukup gugup dalam situasi seperti ini , meskipun mereka sudah menikah selama satu tahun .
Selama satu tahun itu pula tidak ada kontak fisik , selain kontak s*****l di atas ranjang . Dan ini situasi baru dan cukup membuat jantung Anggita berdegup kencang .
Seorang wanita tua berhijab dengan gaun syari yang duduk di atas kursi roda menatap kedatangan Maxsim . Walau telah menginjak usia Delapan puluh sembilan tahun tapi tetap kelihatan bugar .
. Karena gaya hidup sehat yang di jalankan , serta menjaga otaknya terus aktif dengan berbagai hal membuatnya dalam keadaan yang cukup bugar untuk usia senja . Tentu saja tidak terlepas dari penyakit umur yang menjadi agenda rutinnya setiap hari .
"Assalamu allaikum Uty buyut ." ucap Maxsim sambil memeluk buyutnya dari belakang . Dia bersikap lembut seolah itu bukan dirinya .
Anggita yang menyaksikan itupun ikut terkejut , dia tidak menyangka Maxsim yang dia kenal sebagai pria dingin dan arogan bisa bersikap begitu hangat dan lembut , penuh kasih sayang di depan nenek buyutnya .
Uty Aisyah sengaja mengalihkan pandangannya ,dengan membuang muka .
"Sepertinya kamu sudah tidak menyayangi Uty buyut kamu lagi .ini sudah dua tahun dan kamu tidak pernah pulang ke rumah . Bahkan sudah menikah pun tidak mau membawa istri mu pulang ke rumah . Uty pikir kamu hanya mengada ngada tentang pernikanhan itu , untuk menghindari kencan buta dari kedua orang tuamu ."
Maxsim hanya berdehem canggung mendengar keluhan Uty buyutnya . Dia menggeser tubuhnya lalu memperkenalkan Anggita .
"Ini Anggita , Uty buyut . Istrinya Maxsim ."
Uty Aisyah dengan cepat merubah raut wajahnya dan segera menatap Anggita . Dia memang harus mengakui pilihan Maxsim sangat sempurna .
"Hemm ..Dia mirip dengan ibumu , saat pertama kali bertemu dengan Uty buyut . Cantik dan sederhana ." bisik Uty Aisyah pelan . Secara naluri Maxsim melirik ke arah Anggita .bersamaan dengan datang nya para pelayan dan Maxsim menarikkan kursi untuk Anggita .