Senja dan Fajar, dua murid pintar yang selalu bersaing di peringkat teratas.
Namun, perbedaan status sosial membuat hubungan mereka dipenuhi rintangan. Maminya Fajar tidak menyukai Senja, gadis yatim piatu dari panti asuhan, dan akan melakukan apapun untuk memisahkan keduanya.
Mampukah Senja dan Fajar mempertahankan hubungan mereka, atau akankah semua berakhir tragis?
Baca dan temukan jawabannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Kerkel di Rumah Fajar (2)
Kini Senja berada di atas motor bersama Fajar. Cowok itu dengan alasan yang tak ingin membuang banyak waktu karena dirinya yang kekeuh untuk ke rumah Fajar dengan memakai sepeda butut kesayangannya.
Fajar bilang bahwa nanti dia yang akan mengantar pulang Senja, dan besok akan menjemputnya sekolah. Sedangkan sepedanya, dibiarkan di sekolah dan sudah mengkonfirmasi juga pada Pak Tono.
Sungguh situasi yang menjengkelkan, dimana dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Entah kenapa, cowok itu selalu bisa memenangkan keputusan atas apa yang Senja lakukan. Benar-benar memuakkan rasanya. Semoga setelah ini, tidak akan ada lagi situasi yang bisa membuat Senja kesal sekesal-kesalnya.
Fajar melirik dari kaca spion, gadis yang sedang diboncengnya. Ia terlihat bermuka masam dan enggan untuk berpegangan. Sudah ditebak, gadis itu merasa sangat kesal terhadapnya. Apalagi dengan sikapnya kemarin yang benar-benar menjadi seorang pemaksa. Dirinya tak tau kenapa juga bisa jadi seperti itu terhadap lawan jenis. Sepertinya hanya merasa tertarik dan penasaran saja terhadap Senja.
"Hm, gue kerjain asik nih." batin Fajar
Tetiba saja laju motor dipercepat oleh Fajar membuat Senja mau tak mau terkejut dan terpaksa melingkarkan sepasang tangannya dipinggang cowok itu. Heol, dia masih ingin hidup. Lagipula, kenapa tiba-tiba cowok songong di depannya ini melajukan motornya. Oh apa dia memang sengaja ?
Fajar yang melihat reaksi terkejut bercampur takut dari Senja, yang kemudian memeluk pinggangnya, hanya tersenyum smirk. Rencananya berhasil, pikirnya.
Saat sampai, buru-buru gadis itu turun dari motor Fajar. Ia memandang rumah cowok itu biasa saja. Ya karena memang sudah tidak diragukan lagi kekayaan keluarga Fajar. Seantero sekolah pun sudah tau itu semua.
"Lo tadi sengaja ya ?" tanya Senja yang kini memicingkan mata tajam ke arah Fajar.
Cowok itu heran, bagaimana gadis didepannya ini tidak menatap kagum rumahnya. Bukannya sombong, padahal memang banyak orang-orang yang sebelumnya kesini menatap takjub rumah mewahnya.
Tetapi sepertinya tidak berlaku untuk Senja, malah gadis itu dengan tatapan tajam mencoba menanyainya perihal motor yang dijalankan begitu laju.
"Sengaja gimana si ?" Fajar balik bertanya dan Senja pun dibuat mendengus.
"Ya lo udah bikin gue takut dengan naik motor begitu laju nya."
"Biar cepet sampai juga kali. Udahlah, mending buruan masuk biar cepet kelar."
Senja hanya diam dan mengehentakkan kakinya kesal. Hal itu tak luput dari lirikan mata Fajar.
"Mungkin sekarang gue bakalan punya hobi baru yang seru. Yaitu dengan bikin lo kesel kayak gini." batin Fajar senang.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Eh, den Fajar udah pulang toh. Ini siapa den, pacarnya ya ?" tanya Bi Surti, asisten rumah tangga keluarga Herlambang.
"Bukan" ucap Senja dan Fajar bersamaan.
"Ih... Kompakan gitu jawabnya." Bi Surti memandangi keduanya dengan tatapan penuh curiga. Bahkan tak ayal, perempuan paruh baya itu mengedipkan matanya sembari tersenyum seolah memang keduanya ada hubungan apa-apa.
"Bi Surti yang cantik, kan udah Fajar bilangin kalo dia bukan pacarnya Fajar. Jadi sekarang mending tolong Bibi buatin minum aja ya, karena Fajar mau ada kerja kelompok sama dia."
"Oh gitu ya den, siap. Sebelumnya siapa namanya non ?"
"Panggil Senja aja Bi, gak pake non hehe." Bi Surti mengangguk mengerti.
"Kenalin Bi Surti yang paling caem setelah Nyonya di rumah ini."
Senja dan Bi Surti saling berjabat tangan.
"Bibi" Fajar memutar bola matanya malas, karena Bi Surti yang kelakuannya rada absurd itu.
"Eh-eh, iya den." segera Bi Surti menuju ke dapur dan meninggalkan Senja dengan Fajar.
"Duduk sana, gue mau ganti baju dulu." kata Fajar kepada Senja.
"Iya" balas Senja.
Setelah beberapa menit, Fajar turun dengan pakaian kasualnya. Walaupun begitu, tak menutup kadar ketampanan Fajar Mahardika. Tetapi tidak dengan Senja Aurelia yang kesal karena dibuat menunggu.
"Lama amat si" ketusnya.
"Suka-suka gue dong, gak sabaran amat jadi orang." balas Fajar tak kalah sengit.
"Tau gitu mending gue kerjain sendiri" rengut Senja.
"Oh... jadi masih mau kerjain tugas sendiri. Oke gak masalah. Gue mau telfon Bu Siska ah." Fajar pura-pura mengetikkan nomor telfon Bu Siska, padahal ia hanya becanda.
"Dasar tukang ngadu, yaudah ayo cepet kerjain bareng."
"Nah gitu dong gak usah protes"
"Minuman sudah datang" kata Bi Surti sembari meletakkan dua gelas jus jeruk untuk Senja dan juga Fajar.
"Silahkan diminum neng Senja, den. Dijamin, haus membandel langsung hilang lang lang lang langgg." Senja tersenyum oleh guyonan Bi Surti. Sedangkan Fajar sendiri tengah dibuat terpaku oleh senyuman Senja barusan.
"Hah. Setidaknya, masih ada yang waras disini." batin Senja.
"Kalo gitu, Bibi pamit mau becan dulu ya den Fajar, neng Senja."
"Becan apa Bi ?" tanya Fajar.
"Bersih-bersih cantik" jawab Bi Surti dengan raut muka malu-malu meong, membuat Fajar lagi-lagi memutar bola matanya malas. Sementara Senja, ia tergelak dibuatnya.
"Stop ketawanya, mending lanjut kerjain tugas." Fajar
"Huh, iya bawel." Senja
Bukannya apa, Fajar rasa jantungnya mulai bermasalah. Sebab degupan jantungnya mulai tak berirama dan itu karena tawa Senja yang merdu ditelinganya, juga memesona dipandang mata.
"Apa gue mulai suka dia ya. Aishh... Mikir apa si gue ini." suara hati Fajar.
