NovelToon NovelToon
Takdir Alina

Takdir Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.

Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.

"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.

"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.

"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"

Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 2

"Awh!" ringis Alin seraya memegang pipinya yang terasa sangat perih. Bukannya kasihan, Al malah semakin menyeringai melihat penderitaan gadis itu.

"Itu akibatnya kalau berani berteriak di hadapan saya. Ini masih belum seberapa, setelah ini akan saya buat hidup kamu lebih menderita lagi," ucap Al.

"Bos, penghulunya sudah datang," ujar Charles yang datang bersama seorang penghulu.

"Siapa yang akan saya nikahkan di sini?" tanya penghulu itu.

"Kami," jawab Al datar sambil menggenggam tangan Alin dan membawanya ke hadapan penghulu. "Kami yang akan menikah."

"Nggak saya, nggak mau menikah dengan Bapak. Saya nggak mau!" teriak Alin sambil berusaha melepaskan tangannya dari Al.

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa menikahkan kalian karena mempelai wanitanya belum siap," ucap Penghulu tersebut yang menyadari ada yang tidak beres.

"Hey. Anda jangan banyak bicara. Jika Anda tidak mau menikahkan mereka silahkan. Tapi ingat peluru ini yang akan menembus kepala Anda," ucap Charles sambil menodongkan sebuah pistol ke arah penghulu tersebut. Hal itu sontak membuat si penghulu mulai ketakutan.

"Ba---baik, saya akan menikahkan kalian. Tapi tolong jangan bunuh saya."

"Ayo cepat nikahkan mereka. Silahkan, Bos." Charles lalu menyuruh Al duduk berhadapan dengan penghulu. Sementara Alin, dia terus berontak, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa karena Al memegang tangannya dengan erat.

"Ayo."

"Nggak mau. Saya nggak mau menikah."

"Ayo ikut." Al pun menyeret Alin untuk duduk di sampingnya. Lalu pernikahan itu pun terjadi. Pernikahan yang hanya di dasari dendam dan itulah awal penderitaan Alin.

"Sekarang kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri," ucap penghulu. Lalu penghulu itu pun pergi dari sana setelah mendapat sejumlah uang dari Charles.

"Hiks ... hiks." Tangis Alin pun pecah saat itu juga yang membuat Al tiba-tiba merasakan sesuatu. Namun, dia menepisnya karena di hatinya hanya ada dendam saja.

"Sudah, tidak perlu menangis karena itu tidak ada gunanya. Sekarang ikut saya."

"Nggak, saya nggak mau ikut Bapak," tolak Alin.

"Kamu jangan berani melawan saya. Karena sekarang saya akan menyiksa kamu seperti apa yang telah di lakukan ayahmu padaku." Al lalu menyeret Alin dan memasukkannya ke dalam sebuah kamar bekas pembantu.

"Sekarang ini adalah kamar kamu dan jangan pernah berani untuk kabur. Kalau tidak, saya akan melakukan sesuatu yang nggak akan pernah kamu duga," peringat Al. Setelah itu dia mengunci kamar dari luar.

"Hiks ... hiks. Ayah tolong aku. Aku nggak mau punya suami kayak dia, dia itu manusia nggak punya hati, nggak punya perasaan," tangis Alin sambil memeluk lututnya sendiri.

"Alin, kamu harus semangat kuliahnya, ya. Ayah ingin sekali melihat kamu menjadi orang sukses suatu hari nanti, Nak." itulah kata-kata yang selalu di ucapkan ayahnya yang masih di ingat Alin hingga saat ini dan tak akan pernah terlupakan sampai kapan pun.

"Ayah, maafin Alin, ya, karena Alin nggak bisa wujudkan impian terakhir Ayah," lirih Alin.

Tanpa sadar Alin pun mulai tertidur dengan posisi yang masih memeluk lututnya sendiri sambil duduk menyandar di pintu.

***

Byur!

"Hey. Bangun kamu!" teriak Al setelah menyiram Alin dengan air sampai sekujur tubuhnya basah semua.

"I---iya, ada apa, Pak?" Alin terbangun dari tidurnya dan dia pun segera berdiri.

"Sekarang siapin saya sarapan karena mulai sekarang kamu akan mengurus segalanya di rumah ini termasuk kebutuhan saya," ucap Al.

"Satu lagi. ini semua barang-barang kamu yang sudah di ambil dari rumahmu karena saya tidak akan pernah sudi mengeluarkan uang sepeser pun untuk kamu. Jadi, jangan kira karena kamu adalah istri saya, saya akan mencintai kamu karena yang ada hanyalah kebencian saja," ucapnya sambil melempar semua barang-barang Alin padanya.

"Baik. Tapi biarkan saya mengganti pakaian saya yang basah setelah itu saya akan menyiapkan sarapan Bapak," ucap Alin seraya menunduk.

"5 menit. Cuman 5 menit. Jika setelah 5 menit kamu belum datang juga maka kamu pasti sudah tau apa yang akan terjadi, kan?"

"Ba---baik, Pak. Saya akan segera datang." Setelah Alin mengatakan itu, Al pun akan keluar dari sana, tapi Alin dengan cepat mencegahnya.

"Tunggu, Pak. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan."

"Saya nggak ada waktu untuk bicara dengan kamu," ucap Al datar.

"Saya mohon, Pak."

"Katakan!"

"Sa---saya ingin melanjutkan kuliah saya, Pak. Karena itu adalah keinginan terakhir dari ayah saya," ucap Alin gugup karena takut Al tidak akan mengizinkannya.

"Tidak bisa. Saya tau ini pasti rencana kamu, kan? Agar kamu bisa kabur dari saya. Iya, kan?" tanya Al dengan sorot mata yang membunuh ke arah Alin.

"Saya mohon sama Bapak, izinin saya kuliah, Pak. Saya janji saya nggak akan kabur. Kalau bapak mau balas dendam sama saya silahkan, Pak. Saya terima. Tapi saya mohon, izinin saya untuk kuliah, Pak, saya mohon sama Bapak," ucap Alin yang sudah berlutut memegang kaki Al.

"Oke. Saya akan biarkan kamu kuliah. Tapi ingat, jangan pernah kamu berani untuk kabur karena anak buah saya akan mengawasi kamu dari jauh. Dan satu lagi, karena saya tidak akan mengeluarkan biaya untuk kuliah kamu, maka kamu harus bekerja untuk membiayai kuliah kamu sendiri."

"Iya, Pak. Saya janji, saya tidak akan kabur dan saya juga akan mencari biaya kuliah saya sendiri," ucap Alin sambil berdiri, dia mengusap air matanya dengan senyum yang lebar.

"Bagus kalau gitu." Al pun akhirnya keluar dari kamar Alin dan menuju meja makan. Lalu Alin pun segera mengganti bajunya setelah itu dia pun segera menyiapkan sarapan untuk Al.

"Ini sarapannya, Pak," ucap Alin setelah menyajikan sepiring nasi goreng di depan Al. Setelah itu dia pun menarik salah satu kursi untuk duduk.

"Mau ngapain kamu?" tanya Al saat Alin sudah duduk di kursi tersebut.

"Saya juga mau makan, Pak," jawab Alin pelan.

"Nggak bisa! Kamu nggak bisa makan sebelum saya selesai makan. Ngerti? Sekarang cepat berdiri!" teriak Al.

Alin hanya bisa pasrah dan segera berdiri dari duduknya. Dia hanya dapat menelan air liurnya melihat Al makan dengan lahap. Tangannya pun mengusap perutnya yang keroncongan karena dari kemarin ia belum memakan apapun.

"Apa saya boleh pergi sekarang, Pak?" tanya Alin setelah Al selesai sarapan.

"Ke mana?" singkat Al yang sudah berdiri dari duduknya.

"Saya mau pergi kuliah."

"Silahkan pergi, tapi ingat kamu itu pelayan di sini. Jangan sampai karena keasikan bekerja kamu lupa tugas kamu. Dan ini, HP untuk kamu, karena saya nggak mau ambil resiko." Lalu Al memberikan sebuah ponsel pada Alin.

"Tungga, Pak," cegah Alin saat Al akan melangkahkan kakinya menuju lantai atas.

"Apa---"

Sebelum Al melanjutkan ucapannya, Alin sudah lebih dulu memeluknya.

"Makasih, Pak," ucap Alin di pelukkan Al.

Al yang di peluk pun hanya diam tanpa membalas pelukkan Alin. Jujur ini adalah pelukan hangat yang di rasakan Al setelah kepergian mamanya

Ma---aaf, Pak. Saya nggak bermaksud meluk Bapak, tadi saya hanya merasa senang aja karena Bapak mengizinkan saya untuk kuliah," ucap Alin melepaskan pelukannya setelah ia sadar dengan tindakannya.

"Kalau gitu saya pergi dulu, Pak." Lalu Alin pun pergi meninggalkan Al yang masih terdiam.

"Perasaan apa ini? Kenapa saat dia meluk gue, gue merasa ... nggak mungkin, gue nggak mungkin punya perasaan sama dia. Ingat, Al, lo nggak boleh jatuh cinta sama dia nggak boleh. Ingat ayahnya udah bunuh Salsha adik lo dan lo harus balas dendam ke dia," ucapnya pada dirinya sendiri.

Setelah itu dia pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
Geby Baheo
bagus banget 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!