Istri Mungil Kesayangan Raja

Aroma khas dari bunga teratai menyeruak memenuhi Kolam Mutiara milik raja. Membuat pikiran dan hati orang-orang yang singgah di sana menjadi tenang dan damai.

Tidak terkecuali Raja dan Jihan yang duduk berduaan di sana sambil menikmati pemandangan bulan yang indah di langit sana.

Jihan membuang nafas lega, gejolak kelebihan energi di tubuhnya perlahan-lahan memudar. Dia membuka kedua matanya, lalu melemparkan tatapannya ke arah Guang Lin.

Kesunyian ditemani suara gemericik air kolam dan tawa kodok juga hewan-hewan kecil di malam hari menjadi penyejuk suasana.

Dia menatap wajah tampan raja, rambut hitam bergaya mulletnya yang panjang membuat karismanya semakin besar, hidung mancung, kulit cerah, bulu matanya yang panjang dan bibirnya yang tebal namun seksi menjadi pesona tersendiri pria tampan di sampingnya itu.

"Dia mengingatkanku pada Kapten A Lin, padahal jelas penampilan mereka berbeda," batin gadis itu.

Dia menjadi terpikir dengan keberadaan Kapten A Lin di dunia ini. Apa pria baik hati dan kapten yang tegas itu tidak ada di dunia paralel ini?

" Benar juga, apa kapten A Lin tidak ada di dunia ini?" pikir Jihan.

Keheningan malam membuatnya tenang, dia masih asik menatap wajah raja yang sedang memejamkan matanya di sisi kolam itu.

"Guang Lin, apa kau kekurangan energi? Rona wajahmu tadi tidak terlalu baik," ucap Jihan.

Guang Lin membuka kedua matanya, meski sekilas, Jihan bisa melihat manik matanya yang berwarna biru tua itu bercahaya seolah sedang menyerap sesuatu.

" Hmmm... Aku akan kehilangan cukup banyak energi setiap bulannya, tapi di sini aku menjadi lebih tenang," ucap Guang Lin.

Jihan tersenyum tipis," Ternyata energi berlebihan itu bisa menolongnya," ucap Jihan pelan, dia tidak sadar kalau manusia di sampingnya itu bisa mendengarnya.

"Apa kau tahu legenda tentang Peri hutan kabut biru? Namanya peri Erla?" tanya Guang Lin.

" Wahh... Apa itu cerita rakyat?" tanya Jihan.

Guang Lin mengangguk," Benar, dulu sekali Peri Erla melindungi kolam ini dan sebagian besar wilayah kerajaan Azurethra. Konon katanya, Peri Erla memberikan kekuatannya pada pemimpin kerajaan untuk bisa menguasai dunia, tetapi sayang, karena niat hati manusia yang jahat dari luar kerajaan, peri Erla diburu hingga akhirnya mati di tangan para pengkhianat yang menyusup ke kerajaan Azuretra," terangnya.

Jihan terdiam. Sebuah kisah menyedihkan dari seorang pelindung yang penuh kasih tapi ujung-ujungnya mati di tangan manusia yang rakus dan dengki.

" Apa legenda ini sudah ada sejak dulu? Kau pernah melihatnya langsung?" tanya Jihan.

" Tentu tidak, tapi nenek moyang kerajaan ini berteman baik dengan peri Erla. Kabut biru yang melindungi Azurethra adalah peninggalan terakhir peri Erla sebagai bentuk cintanya pada leluhur Azurethra yang berjuang habis-habisan melindungi para peri dari kekuatan jahat," jelas Guang Lin.

Jihan terkesima, seumur hidupnya dia baru pertama kali mendengar kisah menyentuh ini. Seorang peri yang sangat menyayangi manusia demikian kerajaan Azurethra yang sangat mencintai peri Erla dan peri lainnya bertarung bersama meski akhirnya harus berpisah karena kekuatan jahat yang iri dengan kekuasaan Azurethra.

"Wahh... Keren ya, " ucap Jihan.

" jadi lapisan biru yang ada di langit ini adalah anugerah Peri Erla, kekuatannya benar-benar hebat, bahkan bertambah sampai sekarang!" ucap Jihan yang dibalas anggukan setuju oleh Guang Lin.

Guang Lin menatap gadis itu, pipi chubbynya tampak terangkat ke atas, manik matanya ikut tersenyum menatap bintang-bintang di langit.

" Apa yang terjadi padamu ? Kenapa kau sampai tersesat di lembah kematian dengan kondisi perutmu terluka?" tanya Guang Lin mengganti topik pembicaraan.

Gadis itu menunduk, raut wajahnya berubah menjadi sendu," aku benar-benar telah dibuang oleh keluargaku Guang Lin," ucapnya sambil tertawa.

" Hehehe... Sudahlah, aku tidak mau membicarakan tentang masa laluku, yang jelas aku meminta bantuan mu Guang Lin!" ucapnya sambil memegang tangan Guang Lin dan menatapnya dengan serius.

Guang Lin hanya diam, dadanya berdebar dan wajahnya terlihat kaku saat Jihan menggenggam tangannya.

" Katakan, akan ku bantu apapun itu," ucap Guang Lin.

" Biarkan aku tinggal di kerajaan ini sampai aku benar-benar menjadi seseorang yang kuat dan hebat, aku akan kembali ke negaraku dan membalaskan dendam pada mereka!" ucap Jihan dengan serius.

" Kekuatan, kekuasaan, aku bisa memberikannya padamu, tetapi syaratnya berat Jihan, kau harus berada di sisiku selamanya, maka kau akan punya kuasa, dan untuk berada di sisiku kau harus berusaha melawan seisi negara ini," ucap Guang Lin.

"Berada di sisi orang terkuat akan membuatmu memiliki kekuasaan untuk membalaskan dendam mu Jihan, dan aku adalah satu-satunya orang di kerajaan ini yang bisa mewujudkan itu," tambahnya dengan percaya diri.

Jihan mengernyitkan keningnya dengan kepalanya yang miring," Maksudnya? Kenapa kau berbicara seolah kau adalah raja? " tanya Jihan bingung.

Guang Lin tertawa, dia menepuk kedua pundak Jihan, membuat gadis itu sedikit terkejut," aku adalah Raja di negeri ini, Min Guang Lin matahari kerajaan Azurethra, raja ke 24 negeri ini!" ucapnya dengan senyuman di wajahnya dan tatapan mata yang syahdu.

Dia mengeluarkan sebuah tanda pengenal berlambangkan naga biru bersisik emas yang selalu bergelantung di tali pinggangnya di balik jubah kebesarannya dan sebuah saputangan sutra dengan lambang kebesaran raja kabut biru yakni naga biru bersisik emas.

Jihan terbelalak tak percaya, matanya membulat sempurna, kedua tangannya spontan menutup mulutnya setelah melihat tanda pengenal dan sapu tangan yang hanya dimiliki oleh raja itu.

Jihan tercengang, betapa bodoh dirinya yang tidak mengerti gerak tubuh semua pelayan bahkan para manusia yang tinggal di istana ini. Jelas-jelas mereka selalu ketakutan, hormat dan segan setiap melihat raja, tapi Jihan dengan bodohnya tidak percaya kalau Guang Lin adalah raja.

" Ya Tuhan, mati aku!!" ucap Jihan yang sontak berdiri membelakangi kolam, dia berjalan mundur saking kaget dan takutnya.

" Ti-tidak mungkin kan!!" ucap Jihan dengan tubuh gemetar.

Dia terus berjalan mundur, tanpa sadar kalau dia sudah di tepi kolam. Kedua kakinya kehilangan keseimbangan.

" Jihan, hati-hati!" teriak Guang Lin yang secepat kilat menarik tubuh Jihan ke dalam pelukannya.

Guang Lin menopang tubuh gadis mungil itu dalam pelukannya, keduanya saling menatap satu sama lain, disaksikan oleh cahaya rembulan yang begitu indah malam ini, ditemani dengan sorak sorai paduan suara jangkrik dan kodok, juga gemericik air yang bernada indah.

Jihan terdiam, ditengah keheningan yang hangat itu, Jihan mencerna semua informasi ini dalam otaknya dengan jantung yang berdebar kencang," Ya Tuhan, aku pasti akan di penggal karena bersikap tidak sopan pada raja!" ucap Jihan dengan lantang di depan wajah Guang Lin.

Pria itu menatap wajah mungil dari gadis yang tubuhnya sangat pendek itu," Hahahahhaha..... Tidak akan ada yang berani memenggal orang yang dipilih raja Jihan, dan aku tidak akan mungkin memenggal mu!" ucapnya sambil tertawa mengejek Jihan.

" Mana mungkin aku rela memenggal seseorang yang telah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama Jihan, apapun akan kulakukan untuk membuatmu di sisiku selamanya," batin Guang Lin yang masih memeluk erat tubuh mungil Jihan dalam pelukannya.