Seyra Adlina, wanita muda 23 tahun sosok cantik dan elegan, menjalani kehidupan ganda yang menarik. Di siang hari dia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil dan di malam hari bertransformasi menjadi pelayan di sebuah club malam. Hubungannya dengan sang pacar harus berakhir karena pengkhianatan yang ia saksikan sendiri. Perasaan patah hati dan marah, membuatnya melakukan tindakan tidak masuk akal dalam keadaan mabuk
Takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang CEO yang mengetahui identitas dan latar belakangnya yang selama ini disembunyikan. Situasi tak terduga memaksa mereka untuk menikah kontrak dengan tujuan masing-masing.
Mampukah benih-benih asmara tumbuh diantara mereka setelah melewati berbagai tantangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maisaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peretas Identitas
Kini mereka sudah sampai di Restoran bintang lima, selama kurang lebih setengah jam perjalanan.
Makanan yang mereka pesan kini sudah tersedia di atas meja mereka. Seyra memesan spaghetti dan jus lemon, sedangkan Virsha memesan steak sirloin dan satu botol anggur merah.
"Lo suka minum-minum ya?" tanya Seyra sambil menyeka garpu
"Kenapa? Mau minum bareng?" tanya Virsha mengangkat sebelah alisnya
"Enak aja, lo aja sendiri" jawab cetus Seyra spaghetti-nya untuk dimakan
Seyra dan Virsha menikmati makan siang mereka. Di sela-sela aktivitas makan siang itu, Virsha memperhatikan Seyra yang makan dengan lahap.
"Pelan-pelan, gak akan ada yang habisin kok" ujar Virsha terkekeh
Seyra tidak menghiraukan perkataan Virsha dan lebih memilih untuk lanjut makan.
"66 Miliar" ucap Virsha menuangkan anggur merah itu ke gelas miliknya
Seyra yang melahap nikmat makan siangnya, tiba-tiba terhenti, menatap tajam Virsha yang sedang meneguk anggur merah.
Seyra sontak memukul meja setelah mencerna apa maksud perkataan Virsha. Ia bediri dengan tangan yang masih menempel di meja, mendekatkan wajahnya ke arah Virsha tepat dihadapannya. Seyra bahkan tidak merasakan sakit dari luka bakar ringan akibat rokok yang ia hancurkan tadi malam. Hanya rasa nyeri dihatinya setelah mendengar kata '66 Miliar'.
"Saya bersedia membantu anda" tawar Virsha meletakkan gelas yang sudah kosong
Seyra mengerutkan dahinya, bingung tidak paham dengan apa maksud Virsha.
"Saya tahu, ayah anda koruptor" tegas Virsha dengan suara berat, berbicara di dekat telinga Seyra
Seyra mematung, bagaimana orang yang baru kemarin ia temui itu tahu kalau ayahnya seorang koruptor. Ia pikir, Virsha hanya sebatas mengetahui nama belakangnya saja, yaitu 'Kamajaya'. Tapi sepertinya Virsha mengetahui semua identitas Seyra lebih banyak.
"Lo peretas ya?" tanya Seyra heran, dan teringat sosok misterius yang datang ke Kafe Joy
"Oh, jadi cowok misterius yang datang ke Kafe itu suruhan lo?" tanya Seyra menunjuk wajah Virsha
"Cowok misterius?" tanya Virsha kebingungan, mengerutkan dahinya
Seyra mengambil tasnya di punggung kursi yang ia duduki, bergegas pergi meninggalkan Virsha yang masih kebingungan di sana.
Di luar restoran, Seyra berjalan cepat menyusuri trotoar. Saat ini, Seyra tidak bisa berpikir jernih. Dia masih heran kenapa ada orang yang berniat menggali informasi tentang hidupnya. Apa karena sebuah ciuman singkat atau ada hal lain?. Seyra benar-benar tidak paham cara berpikir Virsha.
Di tengah perjalanan, ada mobil yang berhenti menghampirinya dan Seyra tahu kalau itu mobil Virsha. Seyra tidak peduli akan mobil itu yang mengekor pelan di belakangnya.
"Seyra, handphone anda ketinggalan" teriak Virsha dari dalam mobil dengan kaca mobil terbuka dan menyetir pelan
Seyra menghentikan langkahnya, berjalan menuju mobil hitam yang kini berhenti di sampingnya.
"Mau saya antarkan?" tanya Virsha, mengembalikan ponsel milik Seyra
Seyra tidak merespon Virsha, hanya menggelengkan kepala dan langsung pergi meninggalkannya.
Virsha tidak lagi mengejar Seyra, hanya melihat kepergian Seyra yang terus berjalan menjauhinya. Virsha langsung putar balik mobilnya, karena panggilan dari Agung yang menyuruhnya untuk cepat ke kantor untuk rapat.
Kini Seyra pulang ke Kafe joy, tadi dia sudah izin sama Joya kalau dia bakalan pergi ke suatu tempat, kantor Virsha.
"Sey, lo kenapa, cemberut gitu?" tanya Joya yang baru saja selesai antar makanan ke pelanggan
Seyra tidak melihat Joya dan langsung ke dapur untuk ambil air minum karena kehausan dan tadi di restoran tidak sempat minum.
"Sey, sey" teriak pelan Joya agar tidak menggangu kenyamanan orang-orang yang ada di sana
Seyra duduk di kursi meja dapur, meneguk dua gelas air putih segar.
"Sey, lo kenapa sih? " tanya Joya menghampiri Seyra, lalu ikut duduk di samping kursinya
"Gue kesel banget Jo, zaman sekarang masih ada ya orang asing yang kepo sama identitas kita?" ketus Seyra
"Maksud lo?" tanya Joya mengerutkan dahinya kebingungan
"Lo inget gak, sama cowok misterius yang kemarin datang ke Kafe?" tanya Seyra menoleh ke Joya
"Iya, gue inget, lo tau dia siapa?" tanya balik Joya penasaran
"Dia itu orang suruhan" tekan Seyra
"Hah, maksud lo?" Joya semakin kebingungan dengan Seyra
"Jadi gini Jo, kemarin pas gue mabuk di Bar, gu gak sengaja cium cowok--"
"What?" potong Joya teriak melotot kaget mendengar Seyra
"Gue gak budeg Jo, gak usah teriak deket telinga gue" ucap Seyra menutup telinganya mendengar teriakan Joya
"Sorry Sey, kaget banget gue, kok bisa?" tanya Joya lagi
"Gue gak tau Jo, lagian lo sih kemarin pake acara ninggalin gue ke toilet"
"Eh iya, gue lupa kemarin ninggalin lo, namanya juga kebelet" ucap Joya menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Tapi lo gak ngelakuin hal lebih gila lagi kan?" tanya Joya menengok wajah Seyra yang masih terlihat kesal
"Gue gak inget Joyaaa"
Joya paham kenapa Seyra tidak mengingat semua kejadian saat mabuk. Ia hanya menganggukkan kepalanya mengerti dan mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah lanjut ke topik awal, orang suruhan siapa maksud lo?" tanya Joya, berdiri dan berjalan menuju kulkas
"Dia suruhan cowok yang gue cium itu" jawab Seyra kesal, bersandar ke kursi
Joya yang mendengarkan itu berhenti sebelum sampai di depan kulkas, membuatnya berbalik menghampiri Seyra lagi.
"Lo serius Sey?" tanya Joya menunggu jawaban cepat
Seyra hanya mengangkat bahunya tidak tahu, karena itu hanya dugaannya. Mengingat tadi dia langsung pergi tanpa mendengarkan penjelasan Virsha.
...***...
"Lo kemana aja Sha, lupa kalo ada rapat sama klien penting?" tanya Agung yang menunggu Virsha di ruang kerjanya
"Ya maaf Gung, tadi gue makan siang bentar"
"Ayok, semuanya sudah lo siapin?" tanya Virsha dan mengambil beberapa berkas di mejanya
"Aman Sha, klien bentar lagi nyampe" jawab Agung yang juga merapikan berkas miliknya yang tadi ia sedang pelajari di meja sofa
Kini mereka bergegas menuju ruang rapat dan di sela-sela perjalanan. Virsha mengingat perkataan Seyra tadi, yang menyinggung tentang cowok misterius.
"Gung, kemarin lo ke Kafe Joy?" tanya Virsha, masih berjalan menuju ruang rapat
"Kafe Joy?" awalnya Agung lupa Kafe Joy itu apa, dan setelah dia pikir-pikir itu tempat kerja Seyra
"Gak, ngapain gue harus kesana--" jawaban Agung terpotong karena mereka bertemu klien di depan pintu ruang rapat
"Lanjut nanti aja, Gung" bisik Virsha
Beberapa jam kemudian, rapat selesai dan klien sudah pergi meninggalkan ruangan. Kini tersisa Virsha dan Agung di sana.
"Oh ya Gung, tadi lo bilang apa?" tanya Virsha dari kursi depan meja rapat
"Ngapain gue ke Kafe Joy, peretas kenalan gue pinter Sha" tegas Agung dengan nada angkuhnya
"Dia gak perlu datang ke lokasi orang yang mau ia gali identitasnya, makanya gue juga gak turun tangan bantuin dia" lanjutnya, mengumpulkan dokumen yang tadi telah dibagikan ke klien dan peserta rapat lainnya
Virsha termenung mendengar pernyataan Agung. Kini ia ikut penasaran dengan sosok misterius itu, siapa dia sebenarnya. Virsha bertanya-tanya dalam pikirannya
"Kalo bukan Agung atau suruhannya, terus siapa? batin Virsha, memainkan pulpen diantara jari-jarinya dengan tatapan penuh pertanyaan