NovelToon NovelToon
Satu Cinta Untuk Dua Wanita

Satu Cinta Untuk Dua Wanita

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Syena Almira, gadis yang tanpa sengaja dinikahkan dengan seorang pria bernama Fian Aznand yang tidak dia ketahui sama sekali. Berawal dari sebuah fitnah keji yang meruntuhkan harga dirinya dan berakhir dengan pernikahan tak terduga hingga dirinya resmi di talak oleh sang suami dengan usia pernikahan yang kurang dari 24 jam.

"Aku tak akan bertanya pada-Mu Ya Allah mengenai semua ini, karena aku yakin kalau takdir-Mu adalah yang terbaik. Demi Engkau tuhan yang Maha pemberi cinta, tolong berikanlah ketabahan serta keikhlasan dalam hatiku untuk menjalani semua takdir dari-Mu." _ Syena Almira.

"Kenapa harus seperti ini jalan cintaku tuhan? Aku harus menjalani kehidupan dimana dua wanita harus tersakiti dengan kehadiranku? Aku ingin meratukan istriku, tapi kenapa ketidakberdayaan ku malah membuat istriku menderita?" _ Fian Aznand.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Egois

...Assalamu'alaikum sahabat fillah, selamat membaca...

...***...

Fian menyiapkan makan malam untuk Syena dan Azad, di rumah Syena ada seorang pelayan bernama Lucy, dia seusia dengan Syena. Lucy bekerja dengan Syena semenjak Syena pindah ke Budapest.

"Biar saya yang mengerjakannya, kamu istirahatlah." Titah Fian pada Lucy.

"Baik tuan, saya permisi."

"Abi, kenapa umma sakit begitu? Umma kenapa? Tidak biasanya umma sakit seperti itu bi." Fian tersenyum lembut pada Azad.

"Mungkin karena umma terlalu sibuk akhir-akhir ini sayang, makanya umma sakit." Azad hanya mengangguk.

"Sekarang kita akan masak apa bi?"

"Hm masak makanan kesukaan kamu dan umma."

"Memangnya abi bisa?"

"Kamu meragukan kemampuan abi mu?"

"Tidak, aku malah sangat merindukan masakan abi." Fian mencium pipi putranya dengan gemas lalu kembali memasak untuk makan malam mereka, dari pagi Syena tidak makan apa-apa, dia hanya tiduran.

Setelah menyajikan makanan, Azad dan Fian makan malam berdua tanpa Syena, karena Syena tidak mungkin akan kuat makan bersama mereka.

"Biar Azad saja yang mengantarkan makanan untuk umma ya bi."

"Jangan nak, biar abi saja, cepat selesaikan makannya."

Azad dan Fian mengantarkan makanan untuk Syena, wanita itu masih tiduran tak berdaya di atas kasur, wajah Syena tak sepucat tadi.

"Sayang, makan dulu ya." Syena mengerjapkan matanya, lalu dia merasa mual ketika mencium aroma masakan yang dibawa oleh Fian.

"Jauhkan dariku Fian, aku tidak kuat, baunya sangat tidak enak." Keluh Syena, Fian yang mengerti dengan hal itu langsung menjauhkan makanan dari Syena.

"Umma kenapa? Masakan yang dibuat abi sangat enak, umma dari pagi belum makan, nanti umma tambah sakit." Kini Azad semakin khawatir dengan perubahan Syena, dia takut jika Syena sampai sakit parah.

"Umma baik-baik saja, umma hanya tidak enak badan, Azad jangan khawatir seperti itu ya, beberapa hari ke depan mungkin umma akan sembuh." Azad memeluk erat Syena, dia menangis dalam pelukan Syena, tapi tidak mengeluarkan suara.

"Kamu mau makan apa? Makanlah sedikit, aku akan buatkan untukmu." Guratan cemas di wajah Fian kini jelas terlihat, dulu ketika Naima hamil muda juga seperti ini tapi tidak selemah Syena.

"Aku tidak ingin apa-apa Fian, aku hanya ingin tiduran saja, kepalaku masih pusing dan perutku juga masih mual."

"Kalau begitu aku akan menemani Azad tidur ya, kamu istirahat saja dulu di sini." Syena mengangguk.

"Ayo nak, abi temani kamh tidur." Azad melepaskan pelukannya dari Syena lalu mengusap lembut wajah sang ibu.

"Umma, cepat sembuh ya, Azad nggak mau lihat umma begini terus."

"Iya sayang, selalu doa kan umma ya."

"Iya umma." Fian menggendong Azad menuju kamarnya, dia menemani Azad hingga tertidur lelap, Azad menatap langit-langit kamarnya.

"Abi, apa benar aku ini bukan anak abi satu-satunya? Dan abi juga punya keluarga lain yang harus abi jaga." Fian menatap lekat wajah putranya dengan Syena itu.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu nak?"

"Soalnya abi tidak setiap hari di sini, ketika aku bertanya pada umma, umma bilang kalau aku bukanlah anak satu-satunya abi." Fian memeluk Azad, dia sedih mendengar perkataan anaknya itu.

"Maafkan abi ya, mungkin kamu terlalu kecil untuk mengetahui semua ini tapi karena umma sudah memberitahumu, abi juga akan memberitahu kamu."

"Beritahu saja bi, aku memang anak kecil, tapi aku mengerti dengan apa yang umma katakan."

"Kamu memang bukan anak abi satu-satunya, kamu memiliki dua orang saudara, mereka juga anak abi, abi juga harus bersama mereka, itulah kenapa abi tidak bisa setiap hari bersama kamu dan umma di sini."

"Apa abi menyayangi mereka?"

"Sangat, abi sangat menyayangi mereka, sama seperti abi menyayangi kamu."

"Peluk aku abi, aku sayang abi." Fian memeluk Azad dan mencium kepala Azad.

"Abi juga sangat menyayangimu nak."

Setelah Azad tertidur lelap, Fian beranjak menuju kamar Syena, dia melihat Syena sedang di dalam kamar mandi, dia kembali muntah, tidakada yang dia muntahkan sehingga tubuhnya terasa begitu lemah dan terduduk di lantai kamar mandi.

"Syena, muntah lagi?" Syena mengangguk, Fian menggendong Syena kembali ke atas kasur dan menyelimuti Syena.

"Aku buatkan susu ya."

"Aku tidak mau Fian."

"Kamu sudah sangat lemah begini Syena, kamu harus memaksakan untuk makan."

"Aku memang begini ketika hamil, kamu tenang saja."

"Apa waktu hamil Azad kandungan kamu juga lemah?"

"Iya Fian, ini tidak akan berlangsung lama, paling hanya sampai tiga bulan ke depan."

"Itu sangat lama Syena, tiga bulan bukan waktu yang sebentar."

"Lebih baik kamu pulang saja, aku baik di sini, kan ada Lucy yang menemaniku."

Menggeleng, "tidak Syena, aku akan menemani kamu sampai tiga bulan ke depan, aku tidak akan meninggalkanmu." Jawab Fian mantap.

"

Bagaimana dengan Naima? Hari ini seharusnya kamu sudah bersama dia."

"Aku akan katakan pada Naima kalau aku ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan sampai 3 bulan ke depan."

"Kau tega membohonginya?"

"Aku harus bagaimana Syena? Aku ingin berkata jujur tapi kamu melarangku, apa yang harus aku lakukan?" Fian terlihat begitu frustasi dengan keadaan ini.

Saat Syena akan menjawab, ponsel Fian berdering, dia melihat kalau Naima menghubunginya. Fian mengangkat panggilan Naima sambil menatap wajah Syena.

"Assalamu'alaikum sayang, kenapa kamu masih belum pulang? Apa ada masalah?"  Tanya Naima di seberang sana.

"Wa'alaikumsalam, iya sayang, aku ada masalah sedikit hari ini, kemungkinan aku akan menunda kepulangan sampai pekerjaanku di sini selesai."

"Bisa kita video call? Aku merindukanmu Fian."

"Bagaimana kalau besok saja, aku sangat lelah Naima, aku ingin istirahat."

"Baiklah, jangan lupa besok kita video call ya, Rayyan merindukanmu juga."

"Iya sayang, sudah dulu ya." Fian memutuskan sambungan telfon itu tanpa mengucapkan salam, hal itu membuat Naima merasa aneh, tak pernah Fian memutuskan panggilan dengan terburu-buru seperti itu.

"Pulanglah Fian, aku baik-baik saja di sini, aku mohon padamu, tolong kembalilah ke rumahmu." Pinta Syena kembali, dia tidak tega pada Naima yang sudah menunggu kehadiran suaminya, apalagi Naima saat ini sedang mengurus seorang bayi.

"Sudahlah, jangan dipikirkan lagi, lebih baik kamu tidur dan istirahat, aku akan menemanimu." Syena mengumpulkan segala tenaganya dan menatap Fian, dia menatap Fian dengan tatapan tajam.

"Jika kamu tidak mau pulang juga, aku benar-benar akan mengurus perceraian kita, aku tidak sanggup menjalani semua ini, aku lebih bahagia saat aku berdua dengan Azad, aku tidak menginginkan kehadiranmu di sini Fian." Ujar Syena dengan lantang pada Fian, Fian kaget bukan main, selama ini Syena tak pernah begitu padanya, Fian juga ikut tersulut emosi menghadapi Syena.

"Baik, aku akan pulang ke rumah Naima dan akan mengatakan semuanya pada Naima mengenai hubungan kita."

"Kalau kamu mengatakannya, aku akan membencimu."

"Aku tidak peduli, mau kau dan Naima meninggalkan ku, aku tidak peduli. Memang kau pikir hanya dirimu yang terbebani dengan semua ini? Aku juga Syena, aku bahkan harus membohongi Naima agar bisa memenuhi tanggung jawabku pada dirimu dan Azad, tapi apa yang aku dapatkan? Kau malah ingin bercerai dariku, memangnya kau tidak memikirkan perasaan Azad hah? Dia membutuhkan aku, sehebat apapun dirimu menjaganya, semua itu tetaplah berbeda, kau tidak bisa menggantikan posisiku sebagai seorang ayah dalam hidup Azad. Jangan keras kepala jadi manusia, kau sangat egois Syena."

"Iya, aku egois, aku menikah denganmu hanya karena keegoisanku, aku tidak memikirkan perasaan wanita lain yang sedang menanti kehadiran suaminya di rumah saat ini. Aku egois Fian, aku sudah merebut kebahagiaan wanita lain hanya untuk membuat putraku memiliki seorang ayah. Untuk apa kau mempertahankan wanita egois seperti ku hah? Lebih baik kau pulang dan berbahagia dengan keluargamu, aku dan Azad di sini lebih baik tanpa dirimu, selama tiga tahun, aku dan Azad hidup penuh dengan kebahagiaan, semenjak kau kembali dalam hidupku, aku tertekan dan menderita, batinku tersiksa. Pergi Fian, PERGII." Nafas Syena memburu karena menahan emosi yang meluap dari dirinya, dia sudah tidak sanggup lagi menahan semua ini, rasa bersalah dalam dirinya pada Naima semakin hari semakin menjadi.

"Oke aku akan pergi, jika itu keinginanmu, aku akan mengatakan yang sebenarnya pada Naima, betapa bajingannya aku ketika akan menikah dengan dia, aku malah menikahimu dan menghabiskan malam bersamamu hingga Azad lahir ke dunia ini. Aku bukan hanya mengatakan kejujuran ini pada Naima saja, tapi pada seluruh keluarga besarku." Fian melangkahkan kakinya dengan tegas keluar kamar, Syena yang tidak ingin kehancuran dalam hidup Fian mencoba untuk menahan Fian.

"Fian, tolong jangan lakukan itu, aku mohon Fian." Fian tak lagi mendengarkan perkataan Syena, dia tetap keluar dari kamar, Syena menyusul Fian hingga sampai di tangga, Syena memegang lengan kokoh suaminya itu.

"Tolong jangan lakukan itu Fian, istrimu akan menderita, dia akan kecewa padamu dan keluargamu akan hancur, biarlah seperti ini, aku mohon." Syena menangis dan berlutut di kaki Fian agar Fian mau mendengarkan dirinya. Fian juga ikut berlutut, mensejajarkan dirinya dengan Syena lalu membawa Syena ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku Syena, aku hanya ingin menjaga dan merawatmu, aku tidak ingin kamu menjalani kehamilan ini sendiri lagi. Tolong jangan katakan cerai lagi, aku mencintaimu, aku akan menjaga kamu dan anak-anak kita Syena."

"Aku tidak ingin mengambil waktu Naima, sekarang dia sangat membutuhkan dirimu Fian, dia tidak mungkin mengasuh anaknya sendiri tanpa kamu, pulanglah, temani istrimu."

"Kamu juga istriku, tolong jangan buat aku memperlakukan dirimu bagai seorang selingkuhan Syena, kau dan Naima memiliki hak yang sama atas diriku, aku sudah banyak menghabiskan waktu bersama dengan Naima ketimbang kamu, tolong izinkan aku untuk merawatmu, paling tidak sampai kandunganmu kuat dan kamu baik-baik saja." Syena mengangguk, dia tidak ingin berdebat lagi dengan suaminya.

"Aku suka aroma tubuhmu Fian, ini membuat aku merasa tenang dan tidak mual lagi." Gumam Syena yang membuat Fian tersenyum, Fian mencium kepala istrinya dan menggendong Syena kembali ke kamar.

...***...

1
dedeh kurniasih
betapa hati seorang wanita tersakiti tapi masih bisa mengatakan rasa cinta ke suami nya dunia ini tak sesempit pikiran mu syena
dedeh kurniasih
Kecewa
dedeh kurniasih
Buruk
dedeh kurniasih
saya seneng membaca nya dan alur ceritanya baik dan lembut
dedeh kurniasih
bismillahirrahmanirrahim masyaa Alloh terharu membaca cerita nya dan sedih
Vebi Gusriyeni: MasyaAllah terima kasih atas dukungannya kakak 💗
total 1 replies
Cevineine
Lanjut Thorr👍👍
Vebi Gusriyeni: iya 😊
Cevineine: Okeeey, mampir juga ya ke lapak akuuu❤️ salam kenal
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!