Laki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan.
Dan wanita bernama Anna Isadora B itu, siap membersamai Devan untuk membalaskan dendamnya- mengembalikan keadilan pada tempat yang seharusnya.
Cinta yang tertanam sejak awal mula pertemuan mereka, menjadikan setiap moment kebersamaan mereka menjadi begitu menggetarkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evrensya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Dari Masa Lalu (2)
60 per 100? Jawaban yang di berikan Anna langsung membuat pak Ali lemas tak berdaya, hampir jatuh. Lalu ia menyangga tubuhnya dengan menyandarkan punggung pada tembok. Pasalnya yang menyiapkan seluruh kebutuhan fashion bekerja tuan Devan hari ini adalah dirinya. "Apakah aku akan di pecat hanya karna penilaian yang asal-asalan dari wanita cupu itu? Lagi pula dari mana datangnya wanita tak tau diri dan pemberani ini." Pak Ali mengomel dalam hati.
"Apa yang kurang dari penampilanku, hingga kau berani memberikan nilai serendah itu?" Devan berkata dengan wajah serius, ekor matanya melirik tajam ke arah pak Ali yang sudah melempam seperti kerupuk.
Lalu Anna menjawab secara detail, "vest look, ini memang cocok buat anda. Tidak ada masalah dengan rompi dan kemeja polos sebagai dalamannya, yang anda pakai ini sudah cukup. Mau pakai style apapun akan selalu cocok dengan proporsi tubuh anda yang sempurna."
"....."
"Hanya saja, outfit yang anda pakai saat ini terkesan biasa saja, kombinasi warna hitam list abu, jam tangan silver, itu nampak monoton untuk anda yang seorang penikmat seni dan seorang CEO di perusahaan fashion. Penampilan Anda kali ini terlihat tak jauh berbeda dari asisten pribadi anda." Anna menunjuk dengan jari jempolnya ke arah pak Ali.
"Tamatlah riwayatku kali ini." Lagi-lagi pak Ali menggerutu dalam hati. Yang saat ini menjadi pokok utama penilaian mereka. Bukankah awalnya wanita cupu itulah yang di interogasi? Mengapa berujung kepada nasib dirinya yang di pertaruhkan? Keberuntungan seperti apa yang di miliki wanita itu sehingga mampu memutar balikkan keadaan?
Tak ada yang bisa pak Ali lakukan selain mengalah— tanpa satu kata perlawanan pun, membiarkan wanita cupu itu berbuat dan berkata semaunya, ia sudah tak kuasa membela diri, hanya menunggu bagaimana keputusan tuannya saja nanti.
"Memang benar, outfit ku kali ini di urus oleh asisten pribadi ku, karena stylish ku sedang ambil cuti. Itulah alasan di balik penampilan ku yang tidak jauh berbeda darinya. Menurutmu apa yang harus aku lakukan pada asistenku itu, karna nilai enam puluh itu sangat memalukan." Kali ini Devan menguji Anna dengan sungguh-sungguh, untuk melihat lebih jauh bagaimana kebijakan wanita ini. Tak lupa ujung mata elang Devan memantau ekspresi pak Ali yang begitu cemas.
"Dunia terlalu kejam jika aku harus berhenti melayani tuan Devan, hanya karena penilaian yang tak adil dari seorang wanita asing." Pak Ali terus saja merutuk nasibnya dalam hati.
Anna menolehkan dirinya menghadap kepada asisten pribadi Devan, yang sedari tadi memasang raut pasrah pada wajahnya. Setelah beberapa jenak, Anna kembali menghadap kepada Boss nya.
"Boss. Bagaimana kalau saya sendiri yang mengurus masalah fashion anda selama stylish pribadi anda cuti— hingga dia datang kembali bekerja. Dan biarkan asisten pribadi anda bekerja sesuai dengan passion nya. Agar fokusnya tidak terbagi, dan dia bisa bekerja dengan baik dalam mendampingi anda seperti biasanya." Disini Anna menunjukkan betapa keberanian dan kebijakan itu di gabungkan menjadi satu.
"Oke. Aku akan menerima tawaran mu, tapi dengan syarat, tunjukkan padaku kemampuan mu terlebih dahulu." Devan langsung menyanggupi begitu saja tanpa banyak pertimbangan. Meskipun ada syarat yang dia ajukan, itu hanya formalitas semata.
Sedangkan pak Ali benar-benar terkejut dengan apa yang di dengarnya barusan. Tak di sangka, wanita ini sangat licik pun cerdik, mendekati tuan Devan dengan kepandaian nya berbicara dan juga menggunakan sisi tuan Devan yang haus akan kesempurnaan. Siapa sebenarnya wanita ini? Kalau di lihat sejauh ini, nampak sekali ada sebuah magnetic aneh yang menghubungkan tuan Devan secara alami dengan wanita itu.
"Lalu, apa boleh saya mengakses koleksi fashion anda pada ruang ganti?" tanya Anna.
"Silahkan." Devan tidak keberatan sama sekali, malah merasa antusias menunggu kejutan apa yang akan di berikan oleh Anna.
"Kalau begitu, biarkan saya menyiapkan sesuatu untuk anda." Wanita cupu itu tanpa sungkan beranjak menuju sebuah ruangan yang mana menyimpan seluruh kebutuhan fashion sang pemilik perusahaan.
Tak butuh waktu lama, wanita itu keluar kembali dan mempersilahkan Boss nya untuk masuk ke dalam untuk berganti pakaian.
"Boss, saya sudah menyiapkannya di dalam, silahkan anda memakainya." Tukas Anna begitu tiba di dekat Devan yang duduk sambil memutar-mutar arah kursinya.
"Mari kita buktikan kemampuan mu, aku harap kau tidak hanya pandai mengkritik, tapi juga mampu memuaskan hasrat ku dalam hal ini. Jika kau gagal, aku tidak akan mentolerir segala yang pernah kau kerjakan ataupun ucapkan sebelumnya." Devan pun segera bangkit dari duduknya dan segera melangkah menuju ruang gantinya.
Di sela-sela itu, Anna cukup khawatir jika selera Devan tidak sesuai dengan yang di bayangkan nya. Alih-alih bersemangat, ke dua orang yang sedang menunggu penetapan nasibnya itu nampak memucat dengan jantung berdebar.
Beberapa menit kemudian, ketika sang Boss keluar untuk menampakkan dirinya, seolah sebuah cahaya silau yang memantul begitu menawan berpendar di seluruh tubuhnya. Ketika sosoknya sudah berada di hadapan ke dua orang yang sedang melongo dengan mulut terbuka, Devan pun dengan sengaja berperaga bak seorang model profesional, dengan gayanya sendiri yang khas dengan dark mode, bersinar menakutkan.
"Tuan, anda seperti pangeran dari syurga." Pak Ali yang tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya itu memberikan pujian yang tiada tara. Kali ini, ia sungguh mengakui keterampilan tangan wanita cupu itu memang luar biasa, pantas saja tuan Devan secara alami terlihat begitu tertarik padanya. Apakah ini bisa di sebut berlian yang berasal dari dasar lautan? Mata tuannya itu memang bisa melihat nilai sesuatu lebih baik dari orang biasa.
"Bagaimana menurut mu?" Devan justru lebih penasaran dengan pendapat Anna.
"Apapun yang anda pakai pada dasarnya akan selalu terlihat bagus. Tapi untuk kali ini, saya mengakui—" Anna tiba-tiba bingung harus memberikan pujian yang seperti apa. Pasalnya ia tidak ingin terlihat berlebihan.
"Mengakui apa?" Tanya Devan sambil melipat kedua tangan di dada.
"Outfit seperti ini terlihat lebih cocok untuk anda, menyatu dengan karakter anda, dan—"
"Dan apa? Mengapa bicara mu selalu setengah-setengah?"
"Anda luar biasa!" ujar Anna dengan sedikit lantang. Berat rasanya untuk mengeluarkan pujian yang seperti itu.
"Kau terlihat tidak tulus memberikan pujian." Suara Devan terdengar begitu menuntut.
"S-saya mengatakan nya dengan sungguh-sungguh." Anna tiba-tiba menjadi gugup. Tatapan mata Devan itu seolah ingin menerkam nya, membulat, berfokus pada titik dirinya tanpa kedip.
"Bagus. Lalu jelaskan padaku mengenai detail pakaian ini." Devan ingin tau bagaimana kemampuan Anna dalam bidang fashion. meskipun Devan tidak meragukannya. Bukankah selain kepandaian mix and match, juga di butuhkan kecakapan dalam mempresentasikan hasil karya? Jika Anna mampu melakukan nya, sudah di pastikan wanita itu tidak akan pernah mampu melarikan diri dari Devaradis. You're mine!
"Tema outfit anda kali ini adalah the royal emperor, itu mengacu kepada karakter anda yang memiliki idealisme yang kuat. Karena itu, saya memberikan paduan jas dan celana berwarna hitam, di lengkapi kancing berlian yang mewah berbaris begitu memikat, menghias titik-titik paling mencolok pada ujung lengan, saku dan bagian paling menonjol lainnya. Lalu, kemeja putih polos sebagai dalamannya dengan aksen segitiga runcing pada sisi kiri-kanan kerahnya, yang menggambarkan kekuatan dalam otoritas tertinggi yang anda pegang."
"....."
"Dasi dark blue dengan pola diamond pada kain shimmer itu sebagai penambah kepercayaan diri anda. Tali belt yang melingkari pinggang anda, menggambarkan ketegasan dan kemandirian yang fokus dalam mencapai tujuan. Terakhir, sebagai pelengkapnya, saya memilih kan blazzer coat dark blue polos yang panjangnya selutut, yang menggambarkan ketenangan dan kejernihan berfikir seorang CEO seperti anda. Aksesoris penunjangnya adalah dengan menyelipkan perhiasan yang menjuntai, sebentuk bross unik dengan rantai, yang saya pilihkan dari koleksi terbaik yang anda miliki. Itu saja."
Anna menjabarkan secara keseluruhan sampai membuat Devan tak henti-hentinya meneliti setiap detail pakaiannya sesuai dengan yang di terangkan oleh Anna.
Pak Ali yang sedari tadi diam juga ikut menyimak, bahkan sampai bengong di buatnya. Kali ini ia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada sosok wanita yang entah datangnya dari mana. Jujur saja sebenarnya tatanan ruangan tuan Devan jadi lebih indah setelah di renovasi. Sedangkan untuk komentar wanita cupu itu pada outfit tuan Devan, lagi-lagi pak Ali mengakui kelemahannya dalam mendandani tuan Devan.
Prok! Prok! Prok!
Suara tepukan tangan tiba-tiba mencuat dari kedua tangan yang sedang di mainkan oleh sang CEO, yang pada wajahnya menggambarkan kepuasan yang luar biasa.
Devan begitu menikmati apa yang terjadi pagi ini, hingga mampu membuatnya lupa waktu sejenak. "Marvelous!" pujinya.
"Apa kau pegawai baru di sini?" Tanyanya lebih lanjut.
"Iya benar, ini adalah hari pertama saya bekerja."
"Kalau begitu selamat datang di Devaradis, dan selamat bekerja sama." Devan mengulurkan tangannya ke hadapan Anna sambil tersenyum.
Walaupun ragu-ragu Anna membungkuk menyambut baik tangan itu, dan ketika kulit mereka menyatu, rasa hangat langsung menjalar keseluruh bagian yang tersentuh. "Terima kasih, saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk anda. Tapi bolehkah saya mengajukan satu permintaan?"
"Katakan saja." Ucap Devan tanpa melepas jemari ringkih wanita di depannya.
"Tolong rahasiakan apapun yang ada lihat hari ini. Baik kemampuan tangan ataupun bicara saya. Saya benar-benar hanya menunjukkan sisi saya yang seperti ini hanya kepada anda seorang."
"Oke, deal. Jika hanya itu yang kau inginkan." Devan mengangguk-angguk. "Bagaimana pak Ali? Apa kau dengar?!" Devan lalu melempar pandangan kepada sosok yang masih setia berdiri di seberang sana.
"Siap mendengarkan!" Kata pak Ali dengan tegas.
Tangan Anna yang dingin terasa nyaman dalam dekapan tangan Devan yang kekar itu. Seketika mampu memutar memory Anna kembali pada ingatan masa lalu saat hujan di halte bus malam itu.
Pak Ali yang melihat pemandangan dua tangan yang seolah enggan terlepas itu sudah dalam kondisi yang sudah malas memaknai keadaan. Apapun yang terjadi di depannya saat ini, yang jelas ini adalah pertanda baik bahwa wanita bernama Anna itu di terima dengan istimewa disini. Keistimewaan yang belum pernah pak Ali lihat sebelumnya, kecuali jabatan tangan untuk kolega bisnis tertentu yang secara khusus memiliki hubungan erat dengan Devaradis.
"Baiklah. Silahkan kerjakan sisa pekerjaan mu yang lainnya, dan datanglah di saat aku perintahkan." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, barulah kemudian Devan melepaskan genggamannya, namun dengan begitu lembut.
Anna pun di izinkan keluar ruangan setelah perdebatan seru yang menghabiskan waktu cukup lama.
"Baik, Boss." Lalu Anna berbalik badan setelah membungkuk memberikan penghormatan sekaligus pamit, dan iapun segera meninggalkan tempatnya berdiri.
"Anna Isadora B!" Panggil Devan ketika tangan Anna hendak menyentuh ganggang pintu.
"Iya, Boss?" Sahut Anna seketika, langsung membalikkan badannya.
"Nama yang bagus!" Ucap Devan kemudian tersenyum tipis sekali hampir tak terlihat, namun sorot matanya nampak berbinar.
"Terimakasih," jawab Anna, kemudian memohon undur diri.
Ketika Anna sudah pergi. Barulah pak Ali berani membuka mulut. "Tuan? Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya pelan penuh kekhawatiran.
Pak Ali baru kali ini melihat seorang Devan berbicara sesantai dan seramah itu dengan seorang pegawai rendahan. Bahkan menerimanya bekerja dengan sebuah jabatan tangan, sampai memuji nama wanita cupu yang katanya indah. Apakah Devan sedikit mengalami stress karena syok oleh masalah yang menumpuk? Tapi dalam wajah Devan saat ini jelas tergambar raut kebahagiaan disana, bukan tertekan.
"Pak Ali, aku baik-baik saja. Mari kita bahas masalah yang tertunda. Jika kau sudah mendapatkan laporan dari tim lapangan, segera hubungi CEO perusahaan yang mengambil desain utama kita, lalu atur jadwal pertemuan ku dengannya."
"Siap Tuan!" Pak Ali kembali semangat setelah melihat tuannya yang kembali pada settingan semula, yang selalu serius ketika membahas soal pekerjaan.
...• • •...
Sementara di sisi lain.
Anna memilih turun ke bawah menggunakan tangga darurat dari pada lift. Karna ia ingin menikmati waktunya sejenak, ketegangan masih berkumpul, berdesakan di dadanya.
Sejujurnya Anna sangat gugup ketika berhadapan dengan Devan kali ke dua ini. Ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu lagi dalam status sosial yang sangat tinggi, bagai tahta langit dan rendahnya bumi.
Dalam perjalanan turun ke lantai bawah Anna di penuhi oleh banyak prasangka. Apakah Devan menyadari kalau dirinya adalah gadis di halte bus itu? Ah, apa untungnya bagi Devan mengingat hal itu. Melihat bagaimana Devan berbicara dengannya tadi, sudah jelas memperlihatkan keprofesionalan kerja, bukan basa basi seperti sebuah drama cinta, semisal- pertemuan dua insan yang di mabuk kerinduan mendalam. Mustahil.
Lagipula siapa juga yang akan mengenali sosok wanita dengan penampilan buruk rupa seperti dirinya saat ini. Anna tidak over self-confident sampai-sampai mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi. Tapi entah mengapa, takdir ini sedikit menyentuh hatinya dengan kesedihan.
"Takdir adalah kehendak Tuhan, jalannya takdir pun sesuai dengan kemauan Tuhan, sedangkan manusia hanya perlu tunduk dalam prasangka yang baik, siapa tau Tuhan memberkati dengan kebaikan yang sesuai harapan. Dan takdir kita baru saja di mulai, bukan berakhir." (Anna Isadora B).
...• • •...
Outfit hasil karya tangan Anna:
...Nah teman-teman, takdir mereka baru saja di mulai. Lalu bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Jangan ketinggalan kisah DEVANNA dengan menambahkan cerita ini ke dalam reading list kalian. Terimakasih!...
mampir di novelku ya/Smile//Pray/