Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Kegelapan
Bab 18: Bayangan Kegelapan
Kael dan timnya berdiri di tengah ruangan bawah tanah kastil Astoria, merenung dalam keheningan yang berat. Batu Kehidupan yang mereka jaga dengan susah payah kini hilang, dan semua usaha mereka seolah terhenti di tempat ini. Namun, rasa putus asa tidak bisa menguasai mereka. Mereka tahu apa yang harus dilakukan, meskipun jalan ke depan sangat tidak pasti.
"Ini bukan akhir, Kael," kata Liora, menyadari kecemasan yang mulai terlihat di wajah pemimpin mereka. "Kita sudah mengalahkan Morvath. Khalid Dusk hanya manusia, meski dia memiliki sihir yang sangat kuat. Jika kita bisa menyatukan kekuatan kita, kita masih bisa mengalahkannya."
Kael mengangguk, tetapi hatinya dipenuhi perasaan cemas. “Kita tidak hanya melawan Khalid, Liora. Kita melawan seluruh dunia yang sedang dipengaruhi oleh kegelapannya. Jika dia mendapatkan Batu Kehidupan, kekuatannya akan jauh lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan. Kita harus mengejarnya, dan kita harus melakukannya dengan cepat.”
Mereka meninggalkan kastil Astoria dengan langkah cepat. Raja Alistair dan pasukan Astoria memberi mereka informasi lebih lanjut tentang jejak yang ditinggalkan oleh Khalid. Dari apa yang mereka ketahui, Khalid telah menuju ke utara, ke daerah yang dikenal dengan nama Valley of Shadows, sebuah wilayah terpencil yang hampir tidak ada yang tahu banyak tentangnya.
Perjalanan yang Berat
Selama perjalanan mereka, tim Kael mengalami banyak rintangan. Jalan menuju Valley of Shadows bukanlah perjalanan yang mudah. Terletak di wilayah yang penuh dengan hutan lebat, gunung-gunung yang tinggi, dan lembah yang dalam, daerah itu adalah tempat yang sangat terpencil dan berbahaya. Hanya sedikit orang yang berani menjelajah ke sana, dan mereka yang pergi sering kali tidak pernah kembali.
Namun, meskipun medan yang berat, semangat tim tidak luntur. Mereka tahu bahwa dunia mereka bergantung pada keberhasilan misi ini. Mereka terus maju, berbekal harapan yang kecil namun kuat.
Di tengah perjalanan mereka, Finn yang biasanya ceria, terlihat lebih serius dari biasanya. “Apa yang sebenarnya kita hadapi di sana?” tanya Finn, suaranya rendah. "Khalid Dusk bukan orang biasa. Selama ini, dia selalu menyembunyikan gerakannya dengan sangat rapi. Kita harus siap menghadapi sesuatu yang lebih gelap dari yang kita kira."
Eldrin, yang lebih banyak diam sejak perjalanan dimulai, akhirnya berbicara. “Khalid memiliki banyak pengikut yang berbahaya. Tidak hanya sekadar penyihir atau pejuang biasa, mereka adalah orang-orang yang terlatih dalam sihir gelap. Mereka yang bergabung dengan Khalid bukan karena mereka butuh uang atau kekuasaan, mereka dipenuhi dengan keyakinan bahwa mereka sedang berjuang untuk tujuan yang lebih besar, untuk menguasai dunia ini dengan kekuatan yang mereka rasa pantas mereka miliki.”
Kael mengangguk, meresapi setiap kata Eldrin. "Kita harus siap untuk menghadapi lebih dari sekedar peperangan biasa. Jika kita gagal, maka dunia ini akan jatuh ke tangan mereka."
Valley of Shadows: Kegelapan yang Menyambut
Setelah berhari-hari perjalanan penuh rintangan, akhirnya mereka sampai di pintu masuk Valley of Shadows. Dikelilingi oleh kabut tebal yang tidak pernah hilang, lembah ini tampak seperti dunia yang terasing dari peradaban. Tidak ada cahaya matahari yang mampu menembus langit gelap yang selalu mendung. Keheningan mencekam begitu mereka melangkah lebih dalam.
“Ini seperti berjalan ke dalam rahim kegelapan itu sendiri,” kata Liora dengan suara bergetar.
Kael menatap ke depan, matanya tajam, siap menghadapi apapun yang datang. “Ini adalah tempat di mana banyak orang hilang. Tetapi ini juga tempat kita akan menemukan Khalid.”
Mereka melanjutkan perjalanan, semakin dalam ke dalam lembah. Tanah di bawah kaki mereka terasa lembek, dan udara semakin terasa berat dengan tekanan yang tidak bisa dijelaskan. Semakin mereka berjalan, semakin gelap dan menakutkan tempat itu. Rasanya seolah seluruh dunia menutup diri dari mereka, mencekik mereka dengan bayang-bayang yang tak terlihat.
Tiba-tiba, sebuah suara yang dalam dan menggema memecah kesunyian. “Kael... Liora... Finn... Eldrin…”
Suara itu datang dari arah yang tidak dapat mereka tentukan. Suara itu begitu berat, mengandung kekuatan yang bisa meruntuhkan tekad siapa saja yang mendengarnya.
“Siapa yang berbicara?” Liora bertanya, matanya waspada, tangan terulur menuju pedangnya.
"Ini aku, Khalid," suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas. "Kamu pikir kau bisa mengalahkanku? Aku sudah menunggumu di sini. Dunia ini membutuhkan kekuasaan yang kukendalikan. Dan Batu Kehidupan adalah milikku. Kalian tak akan bisa menghentikanku."
Dengan kata-kata itu, kabut di sekitar mereka mulai menggelap, dan bentuk-bentuk bayangan muncul dari kegelapan yang menebal. Bayangan itu bergerak cepat, seperti makhluk hidup yang mengelilingi mereka. Kael dan timnya segera bersiap untuk pertempuran yang pasti akan menentukan nasib dunia ini.
Pertempuran di Valley of Shadows
Perang melawan bayangan bukanlah pertempuran biasa. Tidak ada medan perang yang jelas, hanya bayangan yang bergerak cepat, membuat setiap gerakan penuh dengan ketidakpastian. Khalid Dusk berdiri di tengah kegelapan, wajahnya hanya bisa dilihat samar-samar, namun sorot matanya penuh dengan kebencian dan rasa percaya diri yang tinggi.
"Jika kalian menyerah sekarang, mungkin aku akan memberi kalian kesempatan untuk hidup," kata Khalid dengan nada mengancam. “Tapi jika kalian tetap bertarung melawan takdir ini, kalian akan jatuh bersama dunia yang akan kuperintah.”
Kael menatap Khalid dengan tegas. “Tidak ada yang akan memerintah dunia ini selain kita, Khalid. Kami tidak akan membiarkanmu menghancurkan apa yang telah kami bangun.”
Pertempuran dimulai. Eldrin menggerakkan tangannya, memanggil kekuatan sihir untuk menghalau bayangan yang datang mendekat. Finn memimpin serangan fisik, menggunakan pedangnya untuk menghancurkan bayangan yang mencoba mengikat tubuh mereka. Liora, dengan kecepatan luar biasa, menyerang dari sisi yang tak terduga, melawan bayangan yang mencoba menyerang mereka dari belakang.
Namun, meskipun mereka bertarung dengan gigih, bayangan terus datang, tak terhitung jumlahnya. Khalid berada di balik kegelapan itu, terus mengirimkan gelombang sihir yang mengikis kekuatan mereka sedikit demi sedikit.
“Kami tidak akan menyerah!” Kael berteriak, matanya membara dengan tekad. “Kalian semua akan merasakan kekuatan kami!”
Dengan kekuatan bersama, Kael dan timnya memusatkan sihir mereka, mencoba menembus kegelapan yang menyelubungi Valley of Shadows. Saat mereka menyerang dengan kekuatan maksimal, sebuah cahaya terang muncul di tengah kegelapan, menghancurkan bayangan yang mengelilingi mereka.
Tiba-tiba, dari dalam kegelapan, Khalid muncul, wajahnya menunjukkan rasa marah yang mendalam. “Kalian berpikir kalian bisa menghentikanku? Kalian hanya anak-anak yang bermain dengan kekuatan yang lebih besar daripada yang kalian pahami.”
Namun, Kael dan timnya tidak mundur. Mereka tahu, untuk dunia ini, untuk masa depan yang lebih baik, mereka harus mengalahkan Khalid Dusk di sini dan sekarang.