Langit Senja

Berita pernikahan Acel telah menyebar keseluruh penjuru tanah air. Hanya saja sampai hari ini belum ada yang tahu siapa wanita yang akan dinikahi tuan muda Akash Ceilo Sandrio. Berita pernikahannya baru diumumkan dua hari yang lalu dan hari ini adalah tanggal pernikahannya.

Semuanya telah siap, bahkan pagi ini aula yang disulap menjadi tempat pernikahan Acel pun telah dipenuhi oleh tamu undangan yang penasaran dengan sosok pengantin wanita yang masih dirahasiakan, bahkan namanya saja tidak tertulis di surat undangan.

"Bung, kau pasti tau siapa wanita yang akan dinikahi, Tuan muda?" tanya Boby pada Lui.

"Demi apapun aku tidak tahu sama sekali. Berita pernikahan Tuan muda saja sangat mengejutkanku. Aku pikir dia akan menikahi nona Pricila, ternyata tidak. Aku benar benar tidak tahu."

"Aku pikir tidak ada rahasia antara kita dan Tuan muda. Tapi, hari ini aku sadar bahwa kita hanyalah bawahan yang tidak tahu semuanya tentang majikan."

"Kau kecewa, bung?"

"Tentu aku kecewa, tapi aku bisa apa..."

Mendengar pembicaraan dua temannya, Mike merasa bersalah karena hanya dirinya yang tahu siapa sosok yang akan dinikahi Acel. Dia sangat ingin mengatakan pada kedua temannya itu, tapi tidak mungkin dia mengingkari janjinya dengan Acel bahwa hanya dia yang boleh tahu tentang semua ini.

Mike melangkah sedikit menjauh dari kedua temannya, dia menelpon seseorang dengan cara berbisik bisik.

"Bawa mempelainya sekarang!"

Satu perintah yang dia tugaskan pada tiga orang anak buahnya yang bertugas menjemput mempelai wanita.

"Nona, mari ikut kami."

Dua orang wanita itu merangkul tangan Zea, membawanya ke mobil. Sementara satu orang laki laki bertugas menyetir mobil.

"Benarkah pernikahan hari ini?"

"Iya, Nona. Tuan muda Acel dan semua tamu undangan sudah menunggu kehadiran Nona sebagai mempelai wanita."

"Apa tujuan Kak Acel sebenarnya memaksaku untuk menikah dengannya?" batin Zea.

Mobil itu terus melaju, memasuki gedung hotel tempat pesta pernikahan akan dilangsungkan.

"Nona, kita sudah sampai."

Mata Zea melirik sekelilingnya yang ternyata mobil itu berhenti di parkiran dalam gedung hotel bagian belakang.

"Nona Zea, ikut kami. Acara akan segera dimulai, Nona harus segera bersiap!"

Dua orang wanita lainnya menyambut Zea yang keluar dari mobil. Mereka menarik tubuh Zea masuk ke gedung itu, menuju ruangan yang dipenuhi dengan meja rias tempat makeup dan beberapa gaun pengantin.

Zea hanya terdiam saja, dia pasrah dan membiarkan orang orang itu melakukan apapun padanya. Dia tidak membantah atau bertanya sama sekali.

"Nona terlihat sangat cantik." puji mereka.

Mata Zea menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di depannya. Wajahnya terlihat berbeda karena polesan makeup mahal itu. Tangannya meraba lengannya, lalu mencubit sekuat yang dia bisa sampai dia merintih merasakan perih.

"Ini bukan mimpi?!"

"Tidak, Nona. Ini bukan mimpi, Nona akan segera menikah dengan tuan muda Akash."

"Apa sudah siap?" Mike datang ke ruangan itu memeriksa hasil akhir dari misi yang dia kerjakan sendirian selama beberapa minggu terakhir.

Huh

Mike merasa lega, karena misinya berhasil dengan sempurna. Perlahan dia melangkah mendekati Zea, mengulurkan ipad yang memperlihatkan video Acel yang sedang bersiap untuk mengikrarkan akad nikah.

Semua tamu undangan terkejut saat penghulu pertama kali menyebutkan nama Zea Emila Kurnia sebagai mempelai Wanita. Tak terkecuali Alia beserta keluarga lainnya, Handi, Lui dan Boby pun ikut terkejut tak menyangka Akash Ceilo menikahi Zea Emila Kurnia.

"Saya terima nikahnya Zea Emila Kurnia binti almarhum Ahmad Kurnia dengan mas kawin cincin emas seberat dua gram dibayar tunai."

Ikrar akad itu telah diucapkan dengan lantang dan tegas oleh seorang Akash Ceilo Sandrio. Entah apa tujuannya menikahi wanita yang meninggalkannya demi pria lain delapan tahun yang lalu.

Seluruh tubuh Zea gemetar hebat kala dirinya telah sah dinikahi oleh Acel. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini, tidak mungkin senang, sebab dia tahu pria itu sangat membencinya. Tidak mungkin pula sedih, sebab hatinya masih sangat mencintai Acel sampai detik ini.

"Nona Zea, sekarang saatnya menemui tuan muda Akash."

Dua orang brides maid memapah Zea menuju aula pernikahan untuk menandatangani berkas buku pernikahan dan segala berkas berkas yang berhubungan dengan pernikahan mereka.

Semua mata tertuju pada Zea, mereka berbisik memuji kecantikan dan keanggunan Zea dalam balutan gaun pengantin yang syar'i, justru tampak elegan padanya. Sebagian orang berbisik menatap rendah padanya saat mengetahui latar belakangnya yang sama sekali tidak berkelas. Alia menatapnya dengan penuh kebencian, meski bibirnya terpaksa harus tersenyum manis dihadapan semua orang.

"Mengapa dia bisa ada disini, Handi?!"

"Maafkan saya, Nyonya."

"Kamu tidak becus. Harusnya aku musnahkan saja perempuan itu sejak awal." Gertaknya geram menahan emosinya karena tidak ingin sampai diketahui oleh siapapun tentang perbuatannya terhadap wanita yang dicintai putranya itu.

Sementara itu saat ini, Zea duduk disamping Acel dan penghulu meminta agar Zea mencium tangan suaminya, kemudian mereka menandatangani beberapa berkas dan buku nikah. Mau tidak mau Zea dan Acel mengikuti arahan itu, bahkan Acel pun mencium kening Zea karena momen itu harus diabadikan dalam bentuk potret.

Lui, Boby dan Raka tidak bisa berkata kata setelah mengetahui Acel memilih untuk menikahi Zea. Mereka tahu, pernikahan ini hanya untuk mengklaim perusahaan. Mereka juga tahu, Acel memilih Zea untuk membuat Zea merasakan pembalasan sakit hatinya selama ini. Mereka terdiam menatap iba pada Zea setelah mengetahui tujuan Acel menikahi gadis malang itu dari penuturan Mike beberapa saat yang lalu.