NovelToon NovelToon
Tiba-tiba Jadi Istri Dan Ibu

Tiba-tiba Jadi Istri Dan Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Time Travel / Sistem / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: istimariellaahmad

Wanita bernama Kaluna dengan usia 26 tahun terus saja di desak dan di tanya kapan nikah? Umur sudah cukup untuk membina rumah tangga.
Namun Kaluna tidak ada pacar dan sudah lama putus bagaimana caranya akan menikah? Dirinya saja malas untuk keluar saat teman- temannya mengajaknya nongkrong, dirinya masih percaya dengan kata-kata "Jodoh gak akan kemana."

"Nasib ku, bagaimana aku akan mati dalam keadaan jomblo begini." Ucapnya saat mobilnya mulai masuk ke dalam jurang, pintu mobil juga susah untuk ia buka.

Namun bagaimana jadinya, jika dirinya tidak jadi mati atau pending dulu untuk bertemu dewa kematian, ia malah masuk ke dalam raga seorang wanita yang sudah memiliki suami, bahkan anak?

Baca selengkapnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon istimariellaahmad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memaksa mengingat dan mimisan

Tifara dan Aryan saat menuju rumah saling terdiam, Aryan dengan rasa kesalnya karena sang istri hanya diam saat tangan nya disentuh oleh pria lain, sedangkan Tifara mencoba mengingat siapa Frederick sebelum nya mengapa mengatakan teman dekat Tifara.

Tifara memegang kepalanya karena tidak dapat mengingat apapun, ia memaksa dengan sangat keras hingga tidak sadar hidungnya mengeluarkan darah. Aryan masih belum sadar juga hingga sampai di pekarangan rumah.

Membuka seatbelt setelah mematikan mesin mobil dan hendak turun, namun ia melirik istrinya yang tidak ada pergerakan apapun.

"SAYANG... " Aryan begitu terkejut dengan darah yang sudah menetes ke baju sang istri, dirinya menepuk lembut pipi Tifara sambil melepaskan seatbelt pada istrinya.

Buru-buru ia turun dan menggendong istrinya cepat kedalam rumah.

"Mama, bibik."

Orang-orang di depan rumah nya juga sangat terkejut dengan nyonya rumah nya seperti ituitu di dalam gendongan tuan nya.

"Cepat buka!" Mereka melupakan itu hingga Aryan berteriak.

Mama dan juga bibik diikuti oleh Elzan, mereka terkejut karena Aryan menggendong Tifara.

"Cepat hubungi dokter kepercayaan keluarga, Ara pingsan ma." Mama nya bingung melihat itu langsung menghubungi dokter kepercayaan.

"Astaga, siapa nama dokternya mama lupa." Tangan mama Aryan gemeteran langsung diambil alih oleh bibik, ia sedikit lancang namun apalah itu tidak akan dipikirkan sekarang yang begitu darurat.

"Halo dok, segera ke kediaman tuan Aryan, nyonya Tifara pingsan. Jika tidak bisa cepat anda akan di pecat." Sepertinya dokter yang ada di seberang telepon baru akan menjawab, namun bibik sudah mematikan nya. Mama Aryan sempat tertegun dengan ucapan bibik pada dokter, namun ancaman nya mungkin tidak akan membuat dokter itu bersantai.

"Ara, bangun sayang." Aryan membersihkan darah dari wajah sang istri, ia begitu khawatir dengan keadaan nya sekarang.

"Mama kenapa pa? Kenapa berdarah hidungnya?" Tanya Elzan melihat mamanya yang seperti itu sudah beberapa kali ia lihat mama nya tidak sadarkan diri.

"Tidak apa-apa sayang, mama hanya kecapean."

"Bagaimana bisa seperti ini? Apa yang terjadi?"

Aryan menceritakan pada mama nya bahwa ada seorang laki-laki yang menarik tangan Tifara dan mengaku teman dekat nya, namun istrinya masih tidak ingat dan ini mungkin penyebabnya karena sang istri dengan paksa untuk mengingat ingatan nya.

Mama Aryan juga khawatir dengan menantunya, walau bagaimana pun Tifara tetap menantu satu-satunya.

"Dokter nya lama sekali, apa sebaiknya Aryan bawa ke rumah sakit? Tapi aku hanya takut jika dia semakin merasa sakit jika kembali keluar."

"Tenanglah, bibik tadi mengancamnya dan mungkin sebentar lagi." Ia tau kekhawatiran putranya, namun dokter juga manusia biasa yang tidak memiliki ilmu teleportasi.

Huhhhh huhhh

Seseorang berlari dari luar dengan tas di tangannya, ia adalah seorang dokter yang di ancam oleh bibik. Dokter itu takut jika keluarga Mikael akan memecatnya.

Segera dokter itu mencari keberadaan kamar yang biasa ia datangi untuk mengecek kesehatan majikannya.

Suara pintu terbuka membuat mereka semua menoleh.

"Ma-af tuan, saya sudah sangat melaju cepat membuat jantung saya sendiri hampir copot." Ucapnya konyol padahal Aryan tidak ingin tau mau dia naik apa atau bagaimana tadi berangkat nya, yang terpenting sekarang adalah istrinya.

"Cepat periksa istri saya, dia pingsan dan mengeluarkan darah di hidungnya." Tidak menjawab ucapan dokter tersebut.

Sedangkan dokter tersebut masih membutuhkan bernafas sejenak menetralkan rasa jedag jedugnya karena berlari.

"Apa kau akan terus berdiam di situ tanpa memeriksa keadaan menantuku? Jika ia pergi dan jangan lagi kembali sebagai dokter kepercayaan keluarga kami." Mama Aryan sudah geram dengan dokter yang hanya diam namun dengan nafas yang tersengal.

Dokter itu terkejut dan langsung mendekat pada Tifara yang masih tidak bergerak.

Setelah beberapa saat dokter itu sudah memeriksa keadaan Tifara.

"Bagaimana dengan istri saya dok? Apa ada masalah serius?"

Dokter menghela nafas sebelum menjelaskan pada Aryan, tentu saja karena dirinya masih terasa lelah.

"Tidak ada masalah yang serius tuan, nyonya Tifara hanya mengalami lelah karena juga memaksa untuk mengingat hingga menyebabkan mimisan. Tolong untuk tidak membuatnya stress, karena sangat berpengaruh pada sebagian ingatan nya juga."

"Apa ini ada sangkut pautnya dengan orang yang di pemotretan? Apa Ara memaksa untuk mengingat pria itu?" Tanya mama nya pada Aryan.

"Mungkin iya, Aryan tadi tidak terlalu memperhatikan nya."

Tentu saja, karena aku cemburu. Namun malu sekali jika itu diucapkan didepan mama, bibik serta anaknya. Apalagi ada dokter sepupu jauh papa nya yang sudah lama menjadi kepercayaan keluarga nya.

Hanya Elzan yang disuruh menunggu mama nya sebentar karena bibik juga masih ada kerjaan dan Aryan bersama mamanya keluar untuk mengantar dokter yang sudah di repotkan itu.

Saat Aryan kembali bersama mama nya terkejut dan mendekat ke ranjang itu, melihat Ara yang baru saja membuka matanya dan hendak mencoba untuk duduk.

"Sayang, kamu sudah sadar?" Aryan membantu istrinya untuk duduk.

Tifara melirik mama mertuanya yang menatapnya seperti khawatir.

"Ara kenapa disini mas? Kok kepala nya juga pusing. Apa ingatan Ara semakin buruk? Bahkan dari mobil saja tidak ingat bisa tidur disini." Dirinya tidak sadar, hanya ingatan itu ia dapatkan saat dirinya tidak sadarkan diri.

"Tidak, sebaiknya kamu istirahat. Mas akan menjagamu."

"Ara tidak mau, Ara bukan anak kecil. Elzan juga harus disuapin sama dimandiin juga." Rengeknya karena ia harus mengurus anaknya.

"Elzan sudah makan sama oma, mandi juga sudah sama bibik. Mama sebaiknya istirahat."

Kaluna meneteskan air mata nya, ia menggantikan raga Tifara juga tidak becus mengurus anak.

"Kenapa menangis sayang?"

"Ara tidak becus jadi ibu, harusnya Ara yang melakukan semuanya sejak dulu. Makanya sekarang Elzan tidak membutuhkan ku."

Aryan menatap mama nya, mama nya juga mengedikkan bahunya.

"Elzan masih butuh mama, tapi bukannya harus belajar agar tidak selalu bergantung sama mama."

"Kata siapa? Elzan boleh bergantung sama mama dan papa, agar mama bermanfaat buat Elzan." Mata Tifara masih berarir, Aryan memeluk istrinya, entah apa yang dirasakan istrinya hingga seperti ini.

"Sudah ya jangan nangis, nanti kepala kamu makin pusing." Aryan menepuk-nepuk punggung istrinya. Elzan tertawa dengan itu.

"Elzan masih mau kok sama mama dan papa, tapi jika Elzan terus bersama kalian bagaimana kalian akan memberikan Elzan adik."

Aryan dan Tifara langsung melepas pelukannya mendengar ucapan dari wajah polos gembul anaknya.

"Kata siapa seperti itu?" Mama Aryan bertanya.

"Kata opa, kalau Elzan bareng mama dan papa terus, gak bisa punya adik kayak teman-teman yang lain." Ternyata semua yang Elzan ketahui tentang adik dari papa nya.

"Orang tua itu mengajarkan hal seperti ini pada cucuku." Mama Aryan hanya menggelengkan kepalanya geram karena suaminya mengatakan hal itu pada Elzan.

"Memangnya kenapa kalau Elzan tidur dengan mama dan papa? Apa adiknya tidak mau muncul?" Tanya nya polos.

Mama Aryan menatap anak dan menantunya, pertanyaan apa ini pikirnya.

"Bukan tidak mau muncul sayang, tapi jika Elzan bersama mama dan papa itu sama saja menghalangi hadirnya adik." Tifara langsung menatap tajam suaminya, bagaimana bisa ucapan itu keluar dari mulut nya.

"Mas! Astaga, kenapa seperti itu."

"Benar kan? Kita susah melakukan-

Tifara menutup mulut suaminya, lagi-lagi Aryan akan menjelaskan tentang hubungan suami istri di depan anaknya yang masih 3tahun.

"Elzan, menghadirkan adik itu tidak segampang seperti membuat kue langsung jadi, mama harus mengandung selama 9 bulan dulu di perut nya baru adik nya Elzan bisa hadir." Mama Aryan mensejajarkan tubuhnya karena melihat anaknya sama saja seperti papa nya.

"Jadi sangat lama oma? Apa di perut mama sudah ada adik?" Tanya nya langsung kembali menatap mama nya.

'Bagaimana bisa hamil, gue belum disentuh dan ini akan menjadi yang pertama. Tolong, takut banget.' Tentu saja pertama karena jiwa Kaluna adalah perawan yang belum pernah melakukan itu.

"Akan segera hadir, iya kan sayang?" Ucap Aryan sambil tersenyum mengelus perut rata Tifara.

Tifara hanya menelan ludahnya sambil mengangguk pelan.

"Yeayyy, Elzan akan punya adik oma." Elzan sangat bahagia mendengar itu dari papanya, mama Aryan hanya tertawa melihat cucunya sesenang itu dan untuk Tifara sendiri masih mematung dengan yang di katakan suaminya.

'Melihat Elzan sebahagia itu bagaimana cara mengabulkan nya.' Berdua bersama suaminya saja dia serasa akan jantungan dan mati berdiri, apalagi membuatnya.

Yang jelas jangan tanya othor atau readers.

"Ayo kita keluar dulu sayang, mama biar istirahat." Mama Aryan juga sengaja akan meninggalkan mereka berdua, karena yakin jika menantunya akan berbicara pada Aryan.

Setelah mertua dan anaknya pergi, Tifara memukul lengan suaminya cukup kuat.

"Kenapa kamu berjanji seperti itu? Bagaimana jika Elzan terus saja menagihnya?"

"Tinggal kita tepati saja janji itu, apa yang susah sayang?"

Blusssshh..

Kaluna jiwa jomblo dan belum menikah, dengan kata sayang saja membuatnya sudah memerah, apalagi membahas hal intim.

"Ta tapi tidak secepat itu menghadirkan nya."

"Maka kita akan berusaha sampai mendapatkan nya." Aryan semakin jahil karena tau jika istrinya malu, ia sengaja menggodanya bukan juga karena iseng, namun memang itu juga keinginan hati yang sudah lama tidak mendapatkan nya dari Tifara.

Aryan mendekat pada wajah Tifara yang menatapnya, deru nafas sudah berat dari Aryan dan itu bisa di rasakan oleh Tifara.

Namun ketika hendak mendekatkan bibirnya pada bibir Tifara suara pintu mengagetkan mereka dan membuat mereka salah tingkah dan saling menjauh.

Brakkkkk...

Begitu saja suaranya. Dua orang di dalam kamar itu seperti orang yang masih baru pacaran atau baru menikah kemarin masih malu-malu.

Aryan : bilang aja iri.

Othor : tidak sama sekali, tapi dikit.

Wleeee

Selalu dukung othor bebu sayang, annyeong love...

Baca juga cerita bebu yang lain.

IG : @istimariellaahmad98

See you...

1
Isti Mariella Ahmad
luar biasa dengan pemikiran yang kubuat menurut ku sudah sempurna saja, walaupun memang tulisan ku tidak begitu bagus.
Asmarni Marni
Buruk
Isti Mariella Ahmad: Setidaknya jika tidak suka jangan memberi rating yang buruk, tinggal di skip saja kakak. Tapi Terima kasih juga, saya akan lebih memperbaiki tulisan, dan semoga kakak nya sehat selalu.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!