Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33. Rumah
Kinara meneteskan air matanya, kini ia merasakan kasih sayang seorang kakek, kehangatan, kelembutan dan ketulusan seorang kakek yang selama ini ia rindukan. Meskipun sang kakek telah pergi meninggalkan dunia ini ternyata ia masih bisa merasakan kasih sayang seorang kakek.
"Nona, apakah anda baik-baik saja ?." tanya pria paruh baya itu tanpa melepaskan pelukannya.
"Aku baik-baik saja, aku hanya teringat kakek Abimanya. Selama ini hanya uncle Bram yang ada untuk ku." jawab Kinara dengan jujur.
Huff pria itu menghela nafasnya, ia ingat Bram mengatakan bahwa Kinara dikirim sang kakek untuk belajar diluar negeri.
Kesempatan itulah yang akan Bram gunakan untuk membunuhnya demi membalaskan dendam sang adik. Namun takdir berkata lain, tanpa sengaja ia menemukan bukti bahwa Kinara adalah anak kandung sang adik.
Dengan segala kemampuannya Bram mencari bukti dan melakukan tes DNA pada Kinara, dan hasilnya seratus persen Kinara adalah anak kandung Camelia.
Sejak saat itu, Bram mengubur semua dendam yang ia miliki kepada keluarga Abimanya. Bahkan ia menyerahkan semua yang ia miliki untuk menjaga dan merawat keponakannya itu.
"Nona yang sabar, jika saatnya sudah tiba, tuan Bram pasti akan memberikan sebuah keluarga yang sesungguhnya." jawab Pria itu dengan tulus.
"Kakek, dimana uncle Bram saat ini ?." tanya Kinara.
Ia begitu merindukan sosok bodyguard yang selama ini begitu menyayangi dirinya layaknya putri kandungnya sendiri.
Bahkan Bram tak pernah dekat dengan wanita manapun. Agar hanya Kinara yang menjadi prioritasnya.
"Tuan Muda pergi mencari anda. Ia tidak bisa kehilangan anda nona, bahkan ia sampai tidak tidur semalaman dan tidak makan seharian karena mengkhawatirkan anda." jelas pria itu dengan jujur.
Air mata Kinara semakin deras, rasa bersalah dan penyesalan karena ia tidak mengabari dimana ia saat itu. Ia begitu larut dalam kesedihan hingga ia lupa ada seseorang yang begitu terpuruk karena kehilangan dirinya.
"Maafkan Kinara uncle." ucap Kinara diantara Isak tangisnya.
"Yakinlah tuan muda pasti akan baik-baik saja. Bukankah anda bisa menghubungi tuan muda Bram ?." tanya pria paruh baya itu.
Kinara hanya menggelengkan kepalanya. Jangankan untuk menghubunginya dimana keberadaan Bram saat ini saja ia tidak bisa melacaknya.
Ting
Terdengar notifikasi pesan dari ponselnya. Kinara membaca pesan itu dan segera menghapus air matanya.
"Kakek aku harus pergi, aku akan menjemput uncle Bram. Doakan aku berhasil menyelamatkannya." ucap Kinara.
"Apakah sesuatu yang buruk terjadi ?." tanya Pria itu dengan khawatir.
"Uncle Bram baik-baik saja." jawab Kinara.
Tanpa sempat menjelaskan semuanya, Kinara segera menuju lokasi dari pesan yang ia terima.
Tak lupa Kinara memakai topeng wajah untuk menutupi jati dirinya. Dan dengan semua senjata yang sudah ia persiapkan sebelumnya untuk melakukan penyerangan.
"Nona jaga diri anda baik-baik, berjanjilah bahwa anda akan kembali dengan selamat dan membawa tuan Bram apapun yang terjadi." pria itu memohon sambil berlutut.
Kinara hanya menganggukkan kepalanya. Setelah semua siap Kinara segera turun dan mengemudikan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Bahkan ia berkelebat seperti sebuah bayangan.
"Anda ternyata mewarisi keahlian dua keluarga besar. Kakek anda pasti akan bangga jika tau bahwa cucunya masih hidup bahkan menjadi gadis yang sangat luar biasa."
"Nona Camelia lihatlah, putri anda bisa mewujudkan keinginan kedua orang tua anda, meskipun anda tidak bisa mewujudkannya. Tapi anda memberikan yang terbaik untuk keluarga besar Dewantara." ucap pria paruh baya itu sambil mengusap air matanya.
Sementara Kinara sudah mendekati lokasi yang dikirimkan oleh Black. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat sebuah rumah sederhana di tengah-tengah perkebunan Teh.
"Ternyata kau punya markas yang ada di wilayah ini, pantas saja kau bisa menemukan keberadaan Uncle Bram." ucap Kinara dengan tangan mengepal.
Kinara berjalan mendekati rumah itu, ia berjalan dengan tenang tanpa mengeluarkan senjata.
Tok Tok Tok
Kinara mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Perlahan ia membuka pintu dan masuk ke dalam rumah itu.
"Segera pindahkan Bram dari sini, bawa ia sejauh yang kalian bisa. Jika ia tetap tidak mau mengatakan dimana gadis jalang itu berada maka bunuh saja dia !."
"Tapi ingat jangan meninggalkan jejak apapun lakukan seperti kalian membunuh Dirga. Dan pastikan anak buah kalian melakukan pencarian menyeluruh untuk mencari Kinara."
"Aku butuh tanda tangannya. Untuk menguasainya seluruh harta peninggalan Abimanya." perintah lelaki bertopeng itu dengan tegas.
Kinara membeku di tempatnya, jadi mereka yang telah membunuh Dirgaganta Abimanya ayah kandungnya.
Lalu siapa orang yang berperan sebagai Dirga selama ini mansion Abimanya ?. Dan inikah alasan Kakeknya Abimanya mewariskan semua yang ia miliki untuk kedua cucu kembarnya ?.
Kinara tak pernah menyangka bahwa orang tuanya telah dibunuh dan digantikan oleh orang lain yang ingin menguasai harta keluarganya.
"Siapa disana ?." tanya salah satu anak buah pria bertopeng itu.
Tanpa sengaja Kinara menginjak sebuah kaleng bekas dan menimbulkan sebuah bunyi yang mampu mengalihkan perhatian mereka kepada Kinara.
Tanpa menjawab pertanyaan orang tersebut, Kinara dengan cepat melepaskan sebuah belati kecil untuk membungkam mulut pria itu.
Bug tubuh pria itu langsung jatuh kelantai tanpa sempat mengerang sedikitpun. Karena begitu pisau itu mengenai tubuhnya ia langsung kaku tak bisa bergerak dan berkata, bahkan hanya untuk merintih saja ia tidak mampu.
"Siapa kau gadis sialan ? Berani-beraninya kau masuk ke rumah orang lain tanpa permisi." ucap pria bertopeng itu sambil mendelik menatap wajah Kinara.
Tanpa menjawab Kinara langsung menghabisi orang-orang yang mengepungnya. Dengan pedang tajam kesayangannya ia mencincang tubuh manusia-manusia dihadapannya.
Sementara tangan lainnya ia gunakan untuk menembak musuh yang tidak bisa ia jangkau dengan pedangnya.
Hanya beberapa detik saja seluruh anak buah pria bertopeng itu dibantai oleh Kinara. Sedangkan pria bertopeng itu segera kabur meninggalkan tempat itu untuk menyelamatkan diri.
Saat ia ok ingin mengejar pria bertopeng itu, ia mendengar suara rintihan seseorang dari dalam sebuah lemari.
Dengan cepat Kinara membuka pintu Lemari yang ada didalam sebuah kamar yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Alangkah terkejutnya Kinara saat melihat isi didalamnya. Seseorang diikat dalam posisi meringkuk dengan ikatan yang sangat kuat dan ditempatkan didalam lemari, wajahnya di tutup dengan kain berwarna hitam.
Kinara segera menarik tubuh yang tak berdaya itu dan segera melepaskan tali yang mengikat tubuh lemah itu, terlihat bekas tali yang membentuk garis berdarah di tubuh lemah itu.
Kinara langsung membuka penutup wajah itu dan alangkah terkejutnya ia saat melihat wajah lebab penuh luka dengan mulut yang tertutup lakban. Sementara luka di sekujur tubuh tampak mulai membengkak.