Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah
Malam itu Erina mengabarkan jika beberapa media mulai menyoroti kecerdasan Ratia. Wajah cantiknya dengan cepat mengundang atensi publik negara itu. Hal ini tentu saja sudah di duga oleh Kusuma.
"Bagaimana langkah kita kedepan tuan?"
"Seperti yang sudah kita rencanakan, Ratia sebentar lagi akan menjadi mahasiswi. Bawa dia kenegara itu. Dan untuk saat ini, kurangi aktifitas di luar rumah."
"Baik tuan."
Hanya tinggal beberapa bulan lagi Ratia akan masuk perguruan tinggi. Ratia sangat ingin menjadi seorang guru, namun Erina sejak awal sudah mengarahkan Ratia untuk menjadi seorang dokter.
"Tante Ratia akan kuliah di mana nanti?"
"Kita akan pindah ke suatu negara nanti, Nona akan kuliah kedokteran. Saya sudah mulai mengurus semuanya nona."
"Apa tidak bisa di sini saja kita tinggal?"
"Tidak bisa nona, sudah keputusan tuan Kusuma bahwa kita akan pindah."
"Apa selamanya trus seperti ini?"
"Nona, ini semua d..."
"Demi kebaikan ku?" Ratia memotong cepat, karna setiap dia menolak apapun yang sudah di putuskan Erina, dia pasti akan berkata seperti itu.
'maaf kan saya nona'.Erina
"Tante tau sendiri jika aku bercita-cita menjadi seorang guru?" Erina hanya mengangguk.
"Seharusnya tante tidak perlu membawaku ke sini. Tante tidak pernah mengerti keadaanku. Aku membenci mu!" Ratia mulai menangis.
"Sudah sebaiknya kita beristirahat ini sudah malam." Pak Muh tau bahwa Erina sudah semakin susah mengendalikan Ratia. Tanpa banyak bicara Ratia langsung masuk ke kamarnya.
"Pak, saya harus bagaimana?" Erina tertunduk mengingat akhir-akhir ini Ratia semakin sering membantahnya.
"Sudahlah, bukankah tidak mudah menjadi nona Ratia?, tidurlah." Erina dan pak Muh sebenarnya adalah paman dan keponakan yang harus menjaga Ratia selama di sembunyikan. Mereka selalu saling menguatkan.
Didalam kamar Ratia tidak langsung tidur, semakin dewasa ia semakin merasa bahwa kehidupan tidak adil baginya. Kebencian trus saja mengguasai pikiranya. Bayangan masa kecil yang begitu indah tiba-tiba hadir di ingatan Ratia.
"Nek nanti kalau sudah besar Ratia mau jadi guru TK ya," ucap Ratia pada neneknya kala itu. Setiap hari iya berjalan kaki di antar sang kakek atau neneknya tak jarang juga pak de Cipto yang mengantar menggunakan motor tua milik kekak untuk berangkat ke sekolah. Namun ternyata hal-hal buruk yang di alami sewaktu kecil juga trus mengusik memori Ratia. Beberapa kali ia hampir di tabrak motor, pernah juga mobil hampir menghantam tubuhnya untung saja saat itu salah satu guru dapat menarik Ratia dengan cepat. Pada puncaknya seorang pria menusuk dada Ratia dengan sebilah pisau. Hal itu membuat ia merasakan sakit yang tak dapat ia ungkapkan. Ia bahkan banyak kehilangan d*rah atas insiden itu. Pada akhirnya ia menerima kenyataan bahwa ia harus pergi sejauh mungkin. Meninggalkan orang-orang yang ia sayangi, dan menjalani hari-hari bersama dua orang yang tidak ia kenal. Setelah di sembunyikan pun tidak membuat ia bahagia, Erina dan pak Muh selalu mengawasi dan mengikuti kemana ia melangkah. Erina selalu melakukan dan mengarahkan Ratia sesuai apa yang dia inginkan.
Di umur Ratia yang sudah hampir dewasa saja, Erina tak pernah mengizinkan seorang pria pun mendekatinya. Ia selalu mengawasi tanpa memberi privasi.
Kebencian pun mulai tumbuh di hati Ratia, namun ia tak mampu untuk melakukan hal lebih dari sekedar membantah. Ia tahu jika tidak ada satu pun keluarga di mana ia tinggal, yang dia punya hanya Erina dan pak Muh.
"Sebenarnya ke mana tante Erina pak?" tanya Ratia, sudah beberapa hari tidak ada di rumah.
"Dia sedang ada urusan nona."
Kepergian Erina tanpa pamit dan belum kunjung pulang, membuat Ratia takut dan merasa bersalah
"Pak apa aku sudah keterlaluan sama tante Erina?, apa dia tidak akan kembali?"
"Dia pasti kembali, hanya belum pasti kapan,"
'maaf nona saya tidak bisa cerita apa yang sebenarnya terjadi pada Erina'
Sejak kepergian Erina, Ratia sedikit pendiam tidak ada lagi bantahan yang dia lakukan, termasuk pindah ke sebuah negara untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Setelah menyelesaikan pendidikan di sana, mereka sudah bersiap untuk pindah dari jauh-jauh hari. Meski beberapa Fakultas sudah menawari Ratia untuk melanjutkan pendidikan di sana, tidak membuat pak Muh mengubah rencana.
"Pak apa ini tempat tinggal kita?" tanya Ratia setelah sampai di sebuah apartemen.
"Ia nona, kita akan tinggal di sini sampai nona menyelesaikan pendidikan." ucap pak Muh.
Di kota ini, di negara yang di kenal dengan negara Gingseng ini, Ratia hanya tinggal berdua saja dengan pak Muh. Kepergian Erina yang entah kemana tentu membuat perbedaan besar di hidup Ratia. Erina yang biasanya selalu mengawasi dan mengontrol segala sesuatunya, kini sudah tidak ada. Kebebasan perlahan dia dapatkan. Namun demikian tugas-tugas di rumah juga harus mulai terbiasa Ratia kerjakan, tak sampai hati jika semua di serahkan pada Pak Muh saja.
Dengan sedikit kebebasan yang di berikan padanya, membuat Ratia memiliki cukup banyak teman di tempat baru ini. Bahkan, dia juga sudah punya teman dekat seorang mahasiswa laki-laki. Pak Muh tentu tau akan hal ini, namun dia tidak mau membuat Ratia sedih. Pak Muh trus memantau dalam diam.
Kehadiran seseorang yang mengisi hatinya tentu membuat sedikit kebahagian hadir di hati yang penuh luka itu.
"Pak nanti boleh aku sedikit pulang terlambat?" tanya Ratia pagi itu sembari menghabiskan sarapan di meja.
"Saya akan menemani Nona hari ini, jika kemungkinan Nona terlambat untuk pulang."
'maaf nona saya tidak bisa memberi lebih banyak kebebasan pada anda' pak Muh.
"Tapi Pak, saya akan menjaga diri dengan baik!"
"Nona, apa perlu pengganti Erina kita bawa ke sini. Atau Erina saya suruh cepat kembali?"
'apa, tidak aku tidak mau di kekang lagi, berdua saja lebih baik' Ratia.
"Ya Pak, nanti bapak ikut saja." Ratia hanya pasrah dia tau, jika Erina kembali bisa-bisa dia tidak bisa dekat lagi dengan teman specialnya itu. Meski jauh di lubuk hatinya, dia begitu merindukan sosok Erina.
Pada akhirnya pak Muh benar-benar mengikuti Ratia berkencan dengan sesorang, meski memperhatikan dari kejauhan saja.
"Nona kita harus langsung pulang kerumah yah?, ini sudah sangat malam." Ratia hanya mengangguk. Sesampainya di rumah Ratia bercerita tentang laki-laki yang di temuinya tadi.
"Bagaimana Pak, Hans itu tampan bukan?" ucapnya sambil tersenyum.
"Apa yang sudah Hans katakan pada Nona, apa dia sudah menyatakan cinta?" pak Muh langsung bertanya pada intinya saja, ya namanya orang tua.
"Belum Pak, apa aku saja yang ngomong ya?"
"Apa, jangan Nona tunggu saja dulu."
"Tapi Pak, jangan kasih tau kakek ya. Hanya kita berdua yang tau."
Pak Muh hanya menganguk seolah setujuh.
maaf nona saya sudah menceritakannya pada tuan Hanghoro.pak Muh.
Ditengah obrolan yang penuh keakraban antara pak Muh dan Ratia, tiba-tiba Hp pak Muh berdering.
Erina ada apa dia menelpon?.pak Muh.
"Nona masuklah kekamar dan bersihkan diri!" tanpa melihat Ratia pak Muh, langsung berlalu ke kamarnya.
"Hallo Erina bagaimana keadaan mu, apa sudah bisa berjalan?''
Tanpa di ketahui oleh pak Muh, Ratia yang belum memasuki kamarnya dapat mendengar dengan jelas.
'apa, apa yang terjadi dengan tante Erina?' Ratia.
Ratia begitu terkejut, dia mematung trus berusaha mendengarkan pembicaraan pak Muh di telpon. Dia trus berdiri di depan pintu kamar.
double up