Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya berubah semenjak kematian sang ayah, membuat dirinya berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Beberapa bulan berlalu dari semenjak kejadian itu, Puteri resign dari tempat kerjanya, ia sudah mulai jenuh dan memutuskan untuk mencoba pengalaman baru.
Berbekal keterampilannya yang otodidak, Puteri melamar disebuah perusahaan konsultan. Mengalahkan ratusan pelamar dengan berbagai latar belakang pendidikan yang lebih darinya.
********************
Flash back on
Kala itu, Puteri dan keluarganya masih tinggal dikontrakan, namun karena kematian ayahnya berada ditempat kerja, beliau mendapatkan tunjangan kematian dari perusahaan, ditambah dengan asuransi kematian, akhirnya menghasilkan nominal yang cukup banyak, sehingga bisa membeli rumah yang minimalis untuk mereka tinggali.
Sehari sebelum kematiannya, ayah sempat mengobrol dengan mamah, hanya sekedar bincang-bincang ringan saja, namun bermakna dalam.
Malam itu sehabis shalat isya, mamah dan ayah lalu tiduran dikamar, mereka asyik mengobrol, hingga mengabaikan pesan dan panggilan dari Puteri.
"Bu, kita menikah sudah berapa lama??" Tanya ayah memulai obrolan.
" 20 tahun!!" Jawab mamah dengan singkat.
"20 tahun menikah, punya apa??" Tanya ayahku lagi.
" Ya punya anak aja 2" Jawab mamahku lagi dengan polosnya.
Ketika itu ayah sempat terdiam, mata nya yang sendu seolah menjadi pertanda bahwa ia masih ingin lebih lama bersama keluarganya ini, namun diamnya beliau terusik dengan panggilan dari Puteri yang berkali-kali tak terangkat di hp mama, karena kebetulan Puteri saat itu tinggal terpisah dari rumah orang tuanya. Puteri menumpang dikostan tantenya, yang hanya terhalang 2 rumah saja.
Puteri meminta mamahnya untuk menemaninya dikostan, entah mengapa Puteri sedikit manja malam itu. Setelah ditunggu-tunggu mamah tak kunjung datang juga, akhirnya Puteri memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tuanya.
Tok.. Tok.. Tok.. "Assalamualaikum mah"
"Waalaikumsalam" Jawab mamah, kemudian Puteri masuk dan duduk didepan tv.
"Kamu tuh ganggu aja deh, orang tua lagi ngobrol, malah nelepon terus!!!" Jawab Ayah yang keluar dari kamar dan ikut duduk disebelahnya.
"Hehehehe" Puteri menjawab hanya dengan terkekeh.
Kemudian Puteri beranjak dari duduknya hendak ke dapur untuk membuat slimming teh yang dicampur dengan 2 sachet gula jagung, karena menurutnya slimming teh itu begitu pahit rasanya, sehingga untuk menambah sedikit rasa manis, maka ia menambahkan 2 sachet gula jagung.
Ayah yang melihat itu lantas meminta tolong kepada Puteri agar dibuatkan juga, tetapi permintaannya terbalik, beliau ingin 2 slimming teh dengan 1 sachet gula jagung yang diseduh menggunakan gelas besar.
Puteri yang sedikit heran, kemudian tetap membuatkan pesanan ayahnya itu, sambil memberikan minuman itu kepada beliau, Puteri pun melayangkan protesnya.
"Kalo slimming teh nya 2, itu lebih pahit yah, apalagi gula jagungnya hanya 1 sachet, gak berasa manisnya lah!!!" Protes Puteri sambil kembali duduk.
" Biarin, orang ayah yang mau minum kok kamu yang sewot!!!" Jawab beliau sambil meminum teh yang sudah dibuatkan.
Puteri tidak menjawab, ia hanya terdiam sambil merasa aneh dengan sikap ayahnya yang sedikit sensi, tidak seperti biasanya.
Kemudian ayah mengambil 1 batang rokok dan hendak menyalakannya. Namun dengan spontan Puteri langsung mengomel, karena memang saat itu kondisi ayah sedang kurang fit.
"Lagi sakit aja masih ngerokok!!!" Protesnya lagi.
" Gak apa-apa teh, terakhir!!!" Jawab beliau dengan sendu, karena setelah itu tidak ada percakapan lagi.
Setelah menghabiskan tehnya, Puteri pun kembali kekamarnya kemudian, pintu di kunci oleh ayah.
Dan ternyata itu memang benar. Ucapan ayah terakhir itu seolah pertanda, bahwa rokok yang ia hisap adalah rokok terakhirnya, karena kemudian esok hari belau pergi untuk selama-lamanya.
Pembicaraan ayah dan mamah itupun seolah pertanda, karena begitu ayah meninggal beliau memberikan mereka sebuah rumah.
Namun suasana dirumah itu tidak sehangat saat ada Ayah, ibarat kata, mereka punya rumah namun harus kehilangan sosok hebat dalam hidup mereka. Jelas tidak adil, seandainya bisa memilih, lebih baik mereka hidup mengontrak rumah namun bisa berkumpul sama-sama lagi, tidak seperti sekarang, punya rumah sendiri namun tidak ada lagi sosok ayah yang hebat didalamnya.
Flash back off
**********************
Rumah lama yang dibeli dari peninggalan ayah sudah dijual, dan mereka membeli rumah baru yang jauh lebih besar, kehidupan Puteri dan keluarganya semakin membaik, hubungan mereka pun mulai terjalin harmonis.
Sampai akhirnya Puteri menikah dengan seseorang bernama Hermawan, mereka dikaruniai 2 orang anak laki-laki yang hanya beda 1 tahun usianya, bernama Satria dan Surya.
Setelah Puteri menikah, ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, berharap ia bisa memiliki keluarga kecil yang bahagia seperti ia dulu dengan orang tua dan adiknya.
Ya Puteri memang subur, tidak lama dari pernikahannya ia langsung dikaruniai anak, namun sayang, pernikahannya diterpa masalah yang rumit, bukan karena ada pria/wanita lain dalam hidup mereka, melainkan keluarga si pria yang selalu ikut campur dalam pernikahan mereka.
Setelah perceraiannya dengan Hermawan, hubungan mereka masih baik-baik saja, bahkan mereka kompak mengantar jemput Putera bungsu mereka sekolah TK.
Namun hal yang tak diduga terjadi setelah 2 tahun perceraiannya. Kala itu Puteri mendapat pekerjaan di Yogyakarta, ia meninggalkan Surya dengan sang mamah, sedangkan Satria masih tetap bersama mimih.
Puteri memang selalu totalitas dengan pekerjaannya, sehingga dimanapun ia bekerja, bosnya selalu merasa puas dengan hasil kerja Puteri.
Ia mendapatkan teman baru bernama Azkia, Kia panggilannya, berusia 2 tahun lebih muda darinya, mereka sama-sana berasal dari Bandung.
Ada banyak kesamaan antara Puteri dengan Kia, sehingga kedekatan mereka lebih dari sekedar partner kerja. Salah satunya adalah postur tubuh mereka, Puteri mempunyai berat 58kg, dengan tinggi 168cm membuatnya telihat semok, dengan kulit putih dan rambut panjang lurusnya, sedangkan Kia dengan berat 55 kg, dengan tinggi 169cm terlihat lebih ramping, namun kulitnya yang sedikit gelap dari Puteri, serta rambut tebal yang agak bergelombang.
Sifat mereka saling melengkapi, Puteri dengan wataknya yang keras, tegas, namun penyayang dan pengertian. berbanding terbalik dengan Kia, yang sangat penyabar, egois dan lemah. Tak jarang orang yang melihat mereka akan menganggap bahwa mereka adik kakak bahkan tak sedikit juga yang selalu tertukar kala memanggil nama.
Puteri kembali beraktifitas seperti biasa, ia bertemu kembali dengan sahabat nya Kia, kini mereka sudah kembali menetap di Bandung, mereka sering menghabiskan waktu bersama karena Kia juga bekerja bersama Puteri.
Puteri dan Kia selalu bekerja keluar kota, mereka mengambil pekerjaan sampingan sebangai freelance. Kedekatan mereka sudah lebih dari teman biasa, mereka sudah seperti kakak dan adik.
Hingga suatu hari, Puteri dan Kia harus berpisah, karena Kia mempunyai masalah rumah tangga yang rumit, pasalnya suami Kia mengajak mereka untuk tinggal di Pulau Sumatera. Kia yang dilema sebenarnya tidak ingin ikut, namun Puteri mengatakan jika seharusnya sebagai seorang istri, harus mengikuti kemanapun suaminya pergi.
Kia pun akhirnya pergi mengikuti suaminya, hingga setahun kemudian, Kia mengabarkan jika ia sudah mempunyai anak kedua dari pernikahannya, Puteri pun sangat bahagia mendengar itu, namun sayang jarak mereka yang berjauhan tidak bisa membuat mereka saling bertemu secara langsung.
******************
Kesibukan Puteri membuat ia banyak bertemu dengan orang baru, salah satunya seorang pria bernama Ramdani, atau biasa di panggil Dani. Dani adalah juniornya, pekerjaan yang padat membuat mereka sering bertemu, dan intens berkomunikasi.
Kala itu Puteri mempunyai kekasih bernama Valdino, atau biasa ia memanggilnya papih. Valdino adalah duda anak 1, setahu Puteri!!. Awal mereka bertemu karena sama-sama terlibat dalam sebuah pekerjaan, namun karena kesibukan masing-masing membuatnya jarang bertemu.
Dani yang kala itu juga mempunyai kekasih bernama Indri, sering curhat kepada Puteri soal kekasihnya, pasalnya kekasih Dani ternyata ketahuan berselingkuh dengan temannya sendiri. Puteri yang memang lebih dewasa dari Dani, lantas memberinya nasihat, bahwa cinta itu ibarat pasir, semakin kau genggam erat, semakin banyak pasir yang terbuang.
Mendengar nasihat Puteri, Dani pun berpikir, bahwa apa yang dikatakannya itu benar, pasalnya Dani memang terkadang terlalu mengekang Indri, namun justru karena hal itu membuat Indri tidak nyaman sampai akhirnya berpaling ke yang lain.
Setelah pekerjaan selesai, Puteri dan Dani tetap berteman akrab, bahkan bisa dibilang kini mereka adalah sahabat. Hingga suatu hari Puteri curhat kepada Dani, bahwa ia dan Valdino sudah putus, karena Valdino merasa Puteri tidak mempunyai waktu untuknya.
Padahal sejak awal pun Valdino tau, jika Puteri itu adalah orang yang gila kerja, ketika ia sudah fokus akan satu hal, maka ia harus segera menuntaskannya sampai selesai.
Dani yang mendengar curhatan Puteri pun ia ikut curhat, pasalnya baru beberapa menit yang lalu ia pun diputuskan oleh Indri, dengan alasan yang sama.
Kedua sahabat itu justru malah saling menghibur satu sama lain, mereka berpikir untuk fokus pada pekerjaan saja, karena apabila sudah jodohnya pasti tak akan kemana.
*******************
Saat itu Puteri baru tertidur, namun harus terbangun karena mendengar suara ponselnya berdering, dan ternyata itu dari Kia. Puteri yang merasa keheranan, sempat berpikir sejenak, pasalnya tidak biasa Kia menghubunginya malam-malam.
Puteri pun lalu mengangkat teleponnya.
"Halo Ki, ada apa??
"Put, kamu dimana??" Tanya Kia sambil menangis.
" Aku dirumah, kamu kenapa nangis???"
"A-aku di bandung Put!!!" Jawabnya yang masih terisak.
Mendengar jawaban Kia, Puteri terkejut lalu bangkit dari tidurnya.
"Hah kok bisa diBandung?? Terus kamu kenapa nangis, coba cerita??
"Kamu bisa jemput aku gak, nanti aku kirim alamatnya" jawabnya lagi sambil mengirimkan lokasi.
Tanpa menunggu lama Puteri pun segera bangkit dan mengganti pakaiannya, sampai teleponnya berdering lagi, ternyata kali ini dari Dani.
"Iya, ada apa Dan??"
"Put, kamu dimana??" Terdengar suara keramaian diujung telepon.
"Dirumah, tapi aku mau nyusul temen aku, sepertinya dia lagi ada masalah!!!" Jawabnya sambil berganti baju.
"Mau aku anter??, kebetulan aku masih diluar!!!"
Puteri yang merasa beruntung, lantas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
"Apa gak ngerepotin??"
"Enggak, yaudah kamu tunggu, aku otewe ya!!!" Dani pun meluncurkan mobilnya ke rumah Puteri.
Ya, hubungan mereka memang sudah sedekat itu, dulu pun saat Kia di Bandung, ia sering menginap atau hanya bermain di rumah Puteri, begitupun Dani, ia sering main bahkan sudah Puteri anggap seperti adik sendiri.