Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus Universitas Citra, Vano, seorang mahasiswa hukum yang cerdas dan karismatik, ditemukan tewas di ruang sidang saat persidangan penting berlangsung. Kematian misteriusnya mengguncang seluruh fakultas, terutama bagi sahabatnya, Clara, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang diam-diam menyimpan perasaan pada Vano.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadhisa A Ghaista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rahasia dibalik lukisan
Andra menatap layar laptop dengan penuh harapan saat Rizky membuka folder bernama Rai-Katolik. Dia ingin sekali tahu apa yang ada di dalamnya. Setiap detik terasa begitu menegangkan, dan Andra merasa seperti mereka berada di tepi jurang kegelapan yang siap menelan mereka.
Rizky mulai mengetik dengan cepat, mencoba berbagai kombinasi tanggal lahir dan tahun ulang tahun Rai. Andra merasa bingung, mempertanyakan bagaimana Rizky bisa tahu banyak tentang Rai.
“Eh, Rizky, bagaimana kamu bisa tahu tanggal ulang tahunnya?” tanya Andra, suaranya penuh rasa ingin tahu.
Rizky tersenyum miris. “Karena… gue pernah pacaran sama dia,” jawabnya, tak menampik masa lalu yang pahit. “Kita beda agama, dan Naya pernah bilang, ‘Gue pernah pacaran beda agama itu nggak boleh.’ Itu bikin Rai emosi, karena Naya tampak ikut campur dalam hubungan kita yang awalnya damai. Akhirnya, gue mutusin Rai.”
Andra terdiam sejenak, menyerap informasi itu. Dia tidak menyangka ada hubungan sedalam itu antara Rizky dan Rai. “Maaf, Riz. Gue nggak tahu…”
“Gak usah. Itu udah berlalu,” Rizky memotong, kembali fokus pada laptop.
Setelah beberapa percobaan, folder akhirnya terbuka. Namun, apa yang muncul di layar mengecewakan. Alih-alih foto atau informasi penting, folder itu penuh dengan lukisan-lukisan Rai. Semua lukisan tersebut tidak berwarna merah. Andra mencatat detail kecil itu; warna merah tampak hilang dari karya-karya Rai.
“Kenapa semua lukisan ini tanpa warna merah?” tanya Andra, bingung dengan apa yang dilihatnya. “Apa artinya?”
Rizky menggelengkan kepala. “Gak tahu. Tapi ini aneh.”
Mereka mulai menjelajahi lukisan-lukisan tersebut, mencatat detail-detailnya. Banyak dari lukisan itu menunjukkan wajah-wajah yang tampak muram dan ekspresi emosional yang mendalam. Seolah-olah lukisan-lukisan itu menggambarkan suasana hati dan perasaan yang terpendam dalam diri Rai.
Kemudian, Rizky menemukan foto yang diambil pada hari ketika Rai dan Vano cekcok. Dalam foto itu, terlihat Rai sedang berdiri di luar studio seni, wajahnya merah padam, sementara Vano tampak tidak sabar dengan tangan terlipat di depan dada.
“Lihat ini,” Rizky menunjuk foto tersebut. “Mereka berdua terlihat sangat emosional. Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka?”
Andra mengamati foto itu dengan seksama. “Sepertinya ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pertengkaran biasa. Coba kita telusuri lebih jauh. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan kematian Vano?”
Setelah mengamati lebih banyak lukisan, Andra mendapati satu lukisan yang tampak berbeda dari yang lain. Itu adalah lukisan dengan latar belakang gelap, di mana seorang figur yang tampak gelisah berdiri di depan pintu. Di sudut kanan lukisan, terdapat titik merah kecil yang terlihat mencolok.
“Riz, lihat ini!” Andra menunjuk lukisan tersebut. “Kenapa ada titik merah ini? Apa ini simbol?”
Rizky mendekat, memperhatikan lukisan itu. “Mungkin. Bisa jadi ini adalah cara Rai mengekspresikan sesuatu yang dalam. Mungkin rasa sakit atau kemarahan?”
Andra menggeleng. “Tapi, kenapa tidak ada merah di lukisan-lukisan lain? Apakah ini menunjukkan bahwa dia menyimpan sesuatu yang lebih dalam atau ada kejadian tertentu yang menyebabkan dia menggambarkan perasaannya dengan cara ini?”
Rizky mengangguk, menunjukkan bahwa dia setuju dengan pemikiran Andra. “Kita perlu bicara dengan Rai. Dia mungkin tahu lebih banyak tentang pertengkaran mereka dan apa yang dia rasakan.”
Sebelum mereka bisa melanjutkan diskusi, Andra merasakan ponselnya bergetar di saku. Ketika dia mengeluarkannya, dia melihat pesan dari Naya.
“Andra, kita perlu berbicara. Ada sesuatu yang penting tentang Rai.”
Andra menatap Rizky dengan penuh kekhawatiran. “Naya bilang ada yang penting tentang Rai. Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Rizky menarik napas dalam-dalam, tampak serius. “Kita harus mencari Rai. Dia bisa jadi kunci untuk mengungkap semua ini. Tapi hati-hati, Andra. Jika ada yang tidak beres, kita harus bersiap-siap.”
Dengan tekad yang menguat, Andra tahu mereka harus bergerak cepat. Dalam pencarian mereka akan kebenaran, setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke kegelapan yang mungkin tidak ingin mereka temui.