Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.
Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petualangan Baru
Kira bangun di pagi yang cerah, merasakan kehangatan sinar matahari menerpa wajahnya.
Setelah menyelesaikan sarapan ringan, dia teringat pada Hiroshi yang seharusnya sudah siap untuk pelajaran bahasa. Dia segera menuju kamar Hiroshi, tetapi pintu terbuka lebar dan ruangan itu kosong.
Kira: “Hiroshi? Kau di mana?” Suaranya memanggil, tetapi tidak ada jawaban. Rasa khawatir mulai menghampiri hatinya.
Merasa cemas, Kira memutuskan untuk mencari ke belakang rumah. Langkahnya terhenti saat melihat sebuah air terjun kecil yang memukau. Dari jauh, dia melihat sosok yang dikenalnya, Hiroshi, berdiri di tepi tebing.
Saat Kira mendekat, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya. Hiroshi, tanpa jubah militer yang biasanya menutupi tubuhnya, kini tampak jelas.
Tubuhnya berotot dan penuh luka, sayatan dan bekas tembakan menghiasi kulitnya. Dia sedang meditasi, memegang katana di depan, fokus pada ketenangan dalam dirinya.
Kira merasa cemas dan terharu melihat keadaan Hiroshi. Dia bisa merasakan aura ketenangan dan kekuatan yang mengalir dari sosoknya. Namun, pemandangan luka-luka itu membuatnya khawatir.
Setelah Hiroshi menyelesaikan meditasi, dia berdiri perlahan dan mengangkat katana miliknya yang bersinar lembut terkena sinar matahari pagi. Kira mengamati dari kejauhan, tidak ingin mengganggu konsentrasi Hiroshi, tetapi rasa ingin tahunya terus mendorongnya untuk memperhatikan.
Hiroshi mengambil posisi kuda-kuda, merasakan kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya. Dengan fokus yang mendalam, dia mulai melakukan gerakan lembut namun tegas.
Setiap ayunan katana diarahkan untuk membelah aliran air di depan, menciptakan percikan yang menari-nari di udara.
Hiroshi mengingat ajaran kakeknya tentang seni membelah air sebagai latihan untuk meningkatkan fokus dan ketepatan.
Setiap kali katana-nya bersentuhan dengan air, dia merasa terhubung dengan warisan samurainya.
Kira menahan napas saat melihat Hiroshi berlatih. Dia terpesona oleh ketangkasan dan keanggunan setiap gerakan, meskipun tidak sepenuhnya memahami makna di balik teknik itu.
Hiroshi berusaha membelah air dengan lebih bersih dan presisi, meningkatkan kecepatan seiring berjalannya waktu.
Hiroshi menciptakan tiruan dari serpihan air yang berkilau di bawah sinar matahari, dan Kira tidak bisa menahan diri untuk terpesona.
Dia menyaksikan saat Hiroshi menambahkan gerakan memutar yang dramatis, menciptakan spiral air di sekelilingnya. Momen itu mengingatkan Kira akan keindahan dalam setiap gerakan yang dilakukan dengan penuh dedikasi.
Meskipun Kira tidak ingin mengganggu, dia merasa terdorong untuk lebih memahami kemampuan Hiroshi.
Dia menyadari bahwa meskipun Hiroshi tidak mengerti bahasa dunia ini, dia memiliki cara unik untuk mengekspresikan dirinya—sebagai seorang petarung sekaligus seniman.
Setelah beberapa waktu berlatih, Hiroshi berhenti, napasnya terengah-engah, tetapi wajahnya bersinar dengan kepuasan.
Kira terus mengamati dari jauh, merasakan ikatan yang semakin kuat dengan Hiroshi, meskipun tidak ada kata-kata yang diucapkan. Dia tahu, suatu hari nanti, mereka akan menemukan cara untuk saling memahami.
Kira, yang mengamati dari jauh, merasa ada sesuatu yang berbeda pada Hiroshi. Dia mendekat dengan hati-hati.
Kira: “Hiroshi, kamu terlihat lebih kuat. Apa yang terjadi?”
Hiroshi tersenyum samar, lalu melanjutkan latihan dengan katana nya. Senjata itu terlihat berbeda dengan bentuk yang tidak panjang dan lurus seperti pedang yang biasa digunakan di dunia ini.
Kira mengerutkan dahi, bingung dengan bentuk pedang Hiroshi.
Kira: “Kenapa pedangmu seperti itu? Sepertinya… aneh.”
Hiroshi mengangkat pedangnya, memegangnya dengan erat, lalu melakukan beberapa gerakan memukau yang menunjukkan teknik samurai. Kira terkesima dengan ketangkasan dan keanggunan gerakan Hiroshi, tetapi rasa penasaran tentang pedangnya tetap ada.
Kira: “Bagaimana bisa kamu menggunakan senjata seperti itu? Apa itu pedang dari dunia lain?”
Setelah latihan, Hiroshi mengangguk, meskipun tidak mengerti sepenuhnya. Dia merasakan energi dalam gerakannya, sesuatu yang dalam dirinya telah terbangun. Kira melanjutkan pembicaraan.
Kira: “Ada kabar baru dari Jenderal Alaric. Beberapa bangsawan hilang, dan kita perlu menyelidiki. Mungkin ada yang tidak beres.”
Hiroshi memandang Kira, lalu menekuk lutut dan melakukan gerakan samurai, menegaskan tekadnya untuk terlibat
Kira menatap Hiroshi dengan serius, memastikan bahwa dia memahami pentingnya misi yang akan dihadapi.
Kira: “Hiroshi, kamu akan memiliki misi penting. Beberapa bangsawan dari kerajaan tetangga telah ditawan, dan mereka menunggu untuk diselamatkan. Tugasmu adalah membawa mereka kembali.”
Hiroshi mengangkat alisnya, tampak bingung. Kira segera mengeluarkan peta dan membentangkannya di depan Hiroshi.
Kira: “Ini adalah rute yang harus kamu ambil. Mereka ditahan di sini, dekat istana kerajaan tetangga. Kamu perlu bergerak cepat dan hati-hati, agar tidak menarik perhatian musuh.”
Dia menunjuk lokasi di peta dengan jari, menjelaskan dengan jelas.
Kira: “Begitu kamu sampai di sana, cari cara untuk menyusup ke dalam istana. Ingat, jangan beritahu siapa dirimu. Jika mereka curiga, misi ini bisa gagal.”
Hiroshi mengangguk, berusaha mencerna semua informasi. Dia mengamati rute yang ditunjukkan Kira, mengingat setiap detail.
Kira: “Setelah menyelamatkan mereka, bawa mereka kembali ke kerajaan ini. Kami akan menunggu di tempat aman jika kamu perlu bantuan.”
Hiroshi merasa tekadnya semakin kuat. Meskipun tidak sepenuhnya mengerti bahasa yang digunakan, ia merasakan urgensi dari kata-kata Kira. Dengan rute dan misi yang jelas, dia merasa siap untuk menghadapi tantangan.
Hiroshi: Dalam hati "Aku akan melakukan ini. Untuk mereka yang membutuhkan."
Kira memberikan peta itu kepada Hiroshi, memastikan dia mengingat semua detailnya. Saat Hiroshi mempersiapkan diri untuk pergi, Kira memperhatikan dengan cermat.
Kira: “Ingat, Hiroshi. Keselamatanmu yang paling penting. Jangan ambil risiko yang tidak perlu.”
Dia tahu bahwa kali ini, dia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi untuk menyelamatkan orang lain. Sebuah misi yang akan menguji semua keterampilan samurai dan pelatihan militernya.
Setelah mempersiapkan diri, Hiroshi melangkah keluar dari rumah Kira dengan penampilan yang mencolok. Ia mengenakan seragam militer hitam lengkap dengan topi militer yang kokoh di kepalanya, dihiasi emblem yang menunjukkan pangkatnya.
Mantel panjangnya menjuntai di belakang, dihiasi medali dan lencana di dada, serta tali dekoratif yang melilit bahunya. Sabuk tebal di pinggangnya membawa berbagai perlengkapan, termasuk sarung untuk katana yang terikat rapi di sisi tubuhnya.
Di punggungnya, senapan Kar98k dengan popor kayu tergantung rapi dengan tali pengikat. Penampilannya membuatnya tampak seperti pejuang berpengalaman dan berwibawa, menambah aura otoritas di sekelilingnya.
Kira berdiri di depan gerobak kuda, menatap Hiroshi dengan kagum. “Kau benar-benar terlihat seperti seorang jenderal, Hiroshi. Semua itu cocok sekali denganmu.”
Hiroshi hanya tersenyum sambil meraih katana yang terikat di pinggangnya, merasakan beratnya senjata yang menjadi simbol dari dua dunia yang berbeda.
Setelah memastikan semua perlengkapannya siap, dia melangkah menuju gerobak, bergabung dengan beberapa penumpang lainnya.
Di dalam gerobak, Hiroshi berbaur dengan penumpang lain. Meskipun dia merasa sedikit canggung, kehadiran orang-orang di sekitarnya membuatnya merasa lebih tenang.
Mereka tampak terlibat dalam percakapan hangat, berbagi cerita dan tawa di sepanjang perjalanan.
Seorang pria berambut panjang yang duduk di sebelah Hiroshi menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.
“Seragammu terlihat sangat mengesankan. Dari mana kau mendapatkan semuanya?”
Hiroshi, yang masih belum sepenuhnya mengerti bahasa di dunia ini, hanya bisa tersenyum sambil menunjukkan medali di dadanya.
Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang memiliki banyak cerita, meskipun kata-katanya tidak dapat terucap.
Dengan gerobak yang bergerak lebih jauh ke dalam hutan, pemandangan di luar jendela semakin indah, menciptakan suasana petualangan yang mendebarkan.
Hiroshi merasakan ketegangan dan semangat yang meluap-luap di dalam dirinya, mengetahui bahwa perjalanan ini akan membawanya ke hal-hal yang tidak terduga.
Kira, yang mengikuti dari belakang, memandangi Hiroshi dengan bangga. Dia tahu Hiroshi sedang mencari jati dirinya di dunia baru ini, dan melihatnya berbaur dengan orang lain membuatnya merasa tenang.
Saat mereka melintasi perbatasan menuju kerajaan tetangga, hati Hiroshi berdegup lebih kencang, mengingatkan dirinya bahwa ini adalah langkah awal menuju petualangan baru yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya.