Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25. Ingat Mbak Mira
Senja mengerti dengan penjelasan Arsen, mungkin Mbak nya yang bernama Amira sedang ada masalah dengan suaminya, Arsen sengaja tidak memberitahu Amira karena tidak mau Amira bertambah kepikiran.
Pak Handoko memakan sup ayam buatan Bik Inah dengan lahap, semua sup ayam yang di suapi Mama Ratih ludes tak tersisa. Masakan Bik Inah memang enak semua.
Setelah menyuapi suaminya dan membantu suaminya minum obat. Mama Ratih berjalan menghampiri kedua Anak dan menantunya.
"Senja, Arkan ,kalian pulang saja dan istirahat di rumah biar Mama yang menjaga Papa, lagi pula Kakak mu dan Mbak mu mereka juga menginap di sini. Jadi disini bukan hanya ada Mama tapi ada Kakak dan Mbak mu." Ujar Mama Ratih agar Senja mau pulang ber istirahat di rumah karena sudah sejak tadi Senja dan Arkan berada di rumah sakit.
"Benar Senja, kalian pulanglah, biar kami aja yang jaga disini. Kalian pasti kelelahan karena sudah sejak tadi siang kalian di sini menjaga Papa, sekarang biarkan kami yang mengganti kalian." Timpal Arsen meyakin kan Senja agar mau pulang dan istirahat.
Senja melirik Papanya.meminta persetujuan.
Pak Handoko mengangguk tanda setuju dengan usul Mama Ratih dan Arsen.
"Baiklah kalau begitu, Kami akan pulang, tapi tolong kabari kami, kasih tau perkembangan Papa," Akhirnya Senja memilih pulang, kasihan juga suaminya Arkan sudah nampak sangat kelelahan.
"Iya Nak kami pasti mengabari kamu," jawab Mama Ratih.
"Kami pulang dulu ya." Ucap Senja pamit pada kedua orang tua nya dan juga Kakak serta Kakak iparnya itu, Arkan juga pamit dan keluar dari ruangan itu dengan menggandeng tangan istrinya.
Kini di ruangan yang bagus dan mahal itu hanya tinggal empat orang saja. Pak Handoko yang sejak tadi penasaran dengan pembicaraan Arsen tentang Amira dia berinsiatif ingin menanyakan Amira pada Anak sulungnya.
"Arsen, apa sebenarnya yang terjadi pada Amira?" tanya Pak Handoko agar tidak penasaran lagi, dan sekaligus ingin tau kabar Putri keduanya itu.
Arsen mendekati ranjang Papanya, setelah itu dia mulai bercerita tentang Amira menurut yang dia tau.
Sementara Amira yang sudah berada di rumah, diantar oleh Damar tadi, wanita cantik itu sekarang terbaring lemah di tempat tidurnya. Tadi siang dia hanya kelelahan dan terlalu berpikiran karena masalah dengan suaminya, makanya Amira sempat lemas dan pucat.
Amira kini sudah mengambil keputusan yang pasti, dia tidak mau lagi menangisi dan mengulang kesalahan seperti yang sudah di lakukan pada Senja, Amira ingin menjadi Kakak seperti dulu yang selalu melindungi adiknya.
Di Rumah sakit Senja dan Arkan menyusuri koridor rumah sakit hingga sampai di mana mobil Arkan di parkir. Arkan membuka pintu mobil di sebelah kiri untuk istrinya. Setelah istrinya masuk dia mengitari mobilnya lalu masuk langsung dia duduk di belakang kemudi. Sebelum Arkan menjalankan mobil nya dia bertanya terlebih dahulu pada istrinya.
"Sayang, apa ada sesuatu yang ingin kamu belikan?" tanya Arkan pada istrinya, siapa tau Senja menginginkan sesuatu.
"Tidak mas, kita langsung pulang aja, aku mau mandi." Jawab Senja, dia ingin cepat sampai di rumah karena tubuhnya sudah sangat gerah.
"Baik lah kita pulang sekarang." Ujar Arkan sembari mengusap pucuk kepala Senja. Kemudian Arkan langsung menjalankan mobil nya meninggalkan pekarangan rumah sakit.
Di dalam mobil Arkan sekali-kali menatap wajah istri nya yang sangat dia cintai itu.
Wajah yang tampak sangat lelah namun masih memberi pesona yang begitu memikat.
"Mas, kalau nyetir lihat tu ke depan bukan ke arah ku, nanti kalau kita celaka gimana?" celetuk Senja agar Arkan melihat dan fokus pada jalan bukan pada dirinya.
"Memang ada larangan kalau aku tidak boleh menatap wajah istri ku sendiri yang sangat cantik ini." Ujar Arkan menggoda istrinya.
"Mas jangan gombal deh, fokus ke jalan." Senja takut kalau terjadi kecelakaan karena suami nya tidak fokus mengemudi.
"Iya, iya , ini aku udah fokus," timpal Arkan. Namun dalam hatinya berkata lain.
"Lihat aja nanti sampai di rumah,aku tidak akan memberi kamu ruang sedikitpun, akan ku gempur habis-habisan." Gumam Arkan tentu saja tidak bisa di dengar oleh istrinya.
Setelah keheningan beberapa saat, kini Senja mulai membuka obrolan lagi.
"Mas, kok aku jadi teringat sama Kak Mira, apa Kak Mira baik-baik saja." Senja tidak pernah membenci Kakak nya itu, dia sangat menyayangi Amira.
"Mas tidak tau sayang, nanti kalau ada waktu kita temui dia." Ujar Arkan, dia ingin istrinya tenang tidak khawatir dengan Amira Kakak nya.
"Iya mas." Jawab Senja singkat.
Tidak terasa karena asyik berbincang mereka tidak menyadari kalau sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Di belakang mobil Arkan ternyata ada mobil Ferdy yang kebetulan juga pulang ke rumah Arkan.
Saat mobilnya sudah dekat di belakang mobil Arkan, Ferdy menyerempet dengan bunyi klakson yang panjang.
Akibat suara klakson panjang itu ternyata membuat pengemudi mobil di depan nya tersentak sadar, Arkan reflek menginjak rem mendadak hingga membuat Senja berjingkrak, untung saja istrinya memakai sabuk pengaman, kalau tidak mungkin Senja sudah babak belur.
Sedangkan Ferdy juga menginjak Rem mobilnya mendadak agar tidak menabrak mobil bos nya di depan yang tadi dia serempet.
Akhirnya kedua pengemudi mobil itu keluar.
"Hei..sialan, kamu membuat aku kaget tau? untung saja istri ku tidak apa-apa." Kesal Arkan memarahi Ferdy.
"Maaf Bos, tadi aku lihat mobil kamu sudah melewati pintu gerbang rumah, makanya aku bunyikan klakson dengan keras." Jawab Ferdy membela dirinya dari amukan singa jantan yang sedang kesal padanya.
Arkan melihat ke sekeliling dan juga ke mobilnya, ternyata benar yang di katakan Ferdy, dia tidak menyadari kalau dia sudah melewati pintu gerbang rumah, mungkin karena asyik mengobrol dengan istrinya tadi. Arkan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia malu karena ke Tahuan Ferdy.
Kemudian dia tidak mengatakan apa-apa lagi, dia langsung kembali masuk kedalam mobilnya lagi karena tidak mau Ferdy meledek nya nanti.
Sedangkan Ferdy hanya geleng kepala melihat tingkah bosnya sekaligus sahabatnya itu.
Tidak lama kemudian kedua mobil itu masuk ke pekarangan rumah Arkan setelah pintu gerbang di buka oleh Pak Danang.
Pak Danang dari tadi sudah membuka pintu gerbang karena mendengar suara klakson mobil yang begitu keras.
Pak Danang berpikir ada tabrakan makanya dia langsung melihat di luar gerbang, ternyata itu mobil majikan dia sendiri.
Setelah mobil terparkir, Arkan dan Senja turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam rumahnya di ikuti oleh Ferdy di belakang.
Ferdy ke rumah Arkan untuk membicarakan masalah perusahaan.
Bersambung.