Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
...*...
Kamila menatap tak berkedip layar ponsel milik Fika. Video berdurasi dua menit, mempertontonkan Zando bernyanyi menghibur para tamu undangan di pernikahan Hakan sahabatnya. Ada perasaan yang dia sendiripun tidak tahu bagaimana menyikapinya.
Kamila menyeka airmata yang memenuhi pelupuk matanya. Lalu menunduk dan mengelus perutnya.
"Ayah di sini, Dik! Apakah Ayah akan menemukan kita? Apa Adik akan merasa bahagia jika bertemu Ayah?" Tawa kecil terbit di bibir Kamila, meski matanya kini penuh oleh airmata yang siap menumpahkan diri.
Fika mengambil hapenya kembali, lalu memeluk kakak angkatnya dari samping, mencoba memberi kekuatan. Ia tahu Kamila sedang rapuh, walaupun wanita itu tampak selalu kuat di hadapan orang lain.
"Aku harus lakukan sesuatu supaya mereka bisa secepatnya bersatu. Tapi ... kalau Kak Milky bertemu dengan Zando, itu artinya Kak Milky bakalan pergi dari sini dan ikut sama Zando, dong?" batin Fika dalam hati.
"Tapi tidak apa-apa, semua demi adik bayi. Dia membutuhkan ayahnya," lanjutnya.
Fika melerai pelukannya, menatap Kamila mengusap airmata yang membasahi kedua pipinya. Mata dan hidungnya tampak memerah.
"Maafkan Fika ya, Kak. Sudah membuat Kak Milky sedih." Fika berkata dengan penuh penyesalan.
"Tidak kok, Fik. Memang kakak yang salah dan memilih pergi menjauhinya. Tapi entahlah, sekarang kakak justru sering merasa rindu padanya." Kamila lalu terdiam airmatanya kian deras berlinangan.
"Sabar ya, Kak! Fika doakan semoga Kak Milky dan Zando segera dipertemukan. Aamiin."
Kamila semakin sesenggukan. Semenjak hamil ia menjadi gampang sekali tersentuh. Hatinya begitu sensitif. Apa mungkin bawaan orok? Entahlah, dia tidak tahu.
.
.
.
Zando sampai kediaman keluarganya. Dia memang memutuskan untuk menginap di rumah orangtuanya daripada harus menyewa hotel. Lagipula dia sudah kangen dengan rumah yang ia tinggali bersama keluarga sejak usianya lima tahun itu.
Nino tidak ikut turun, dia berpamitan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Mumpung sekarang berada di kampung, jadi ia pun menyempatkan diri untuk bertemu dengan keluarganya. Karena kesibukannya sebagai manager Zando yang bekerja gila-gilaan ketika banyak job, membuatnya terkadang harus menahan rindu kepada orangtuanya.
Malam hari Zando berada di rooftop rumahnya. Dia merebahkan dirinya pada kursi kayu dan termenung seorang diri. Berteman gelapnya malam serta menatap langit yang berhiaskan bintang.
Hawa dingin disertai hembusan angin malam yang menerpa kulitnya, tak membuatnya beranjak dari tempat itu. Justru dia semakin larut dan menikmati kesendiriannya di tengah kesunyian.
Pikirannya melayang jauh mengingat kembali saat-saat di mana untuk pertama kalinya dia bertemu dengan Kamila, gadis manis yang sederhana namun berhasil memikat hatinya.
Flashback on
Siang itu selepas jam pulang sekolah, Zando berniat mengikuti ekskul musik. Namun sebelum itu dia pergi ke mushola untuk menunaikan sholat dzuhur terlebih dahulu. Usai sholat dia memilih lewat jalan belakang gedung sekolah, agar cepat sampai ke gedung club seni. Karena terburu-buru dan tidak memperhatikan sekitar, saat tiba di tikungan dia menabrak seorang gadis, hingga jatuh berantakan buku-buku yang dibawa olehnya.
"Maaf, saya tidak sengaja," ucap Zando saat itu. Dan ucapan yang sama juga dia dengar dari seseorang yang ditabraknya. Akan tetapi karena wajahnya tertunduk, Zando tidak bisa melihat siapa gadis itu.
Sebagai seorang yang bertanggungjawab, Zando tentu membantu memunguti buku-buku itu. Hingga akhirnya ucapan terimakasih terlontar dari bibir gadis itu seraya mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Zando.
"Terimakasih, maaf merepotkan." Gadis itu berkata sambil tersenyum tipis.
Saat itulah Zando terpana untuk pertama kalinya pada wajah yang berhiaskan senyuman manis meski hanya tipis. Tatapan mata yang meneduhkan dari gadis itu mampu menghipnotis seorang Zando yang dikenal cuek pada seorang gadis. Baginya wanita cantik hanya Mama Zeya dan Adzana kakaknya serta Azura sang adik. Yang lain cuma numpang lewat.
Sejak pertemuan itu, Zando berusaha mencari tahu tentang siapa gadis itu, yang ternyata dia beda kelas dengannya dan yang lebih mengejutkan gadis itu bekerja di kafe milik papanya. Dan Hakan lah sang sahabat yang menjadi mak comblang mendekatkan mereka. Sampai akhirnya keduanya berkenalan.
Singkat cerita setelah perkenalan itu, setiap hari Zando meminta Mama Zeya untuk membuatkannya bekal, yang nantinya pas jam istirahat pertama akan dia berikan pada gadis pujaan hatinya di perpustakaan tempat Kamila biasa menghabiskan waktunya di jam istirahat sekolah.
Tidak ada pernyataan cinta di antara mereka, tapi keduanya selalu menunjukkannya lewat sikap dan perbuatan. Bahkan Zando sampai harus memohon pada Kakek Bastian, untuk memberikan beasiswa pada Kamila agar gadis itu bisa kuliah.
Hingga waktu berlalu, hubungan keduanya bisa dikatakan sangat dekat. Zando juga membelikan satu unit apartemen untuk Kamila, agar gadis itu tidak tinggal ditempat kost. Namun baik Zando dan Kamila tidak ingin berpacaran, mereka hanya berkomitmen untuk saling menjaga hati.
Flashback off
Zando tenggelam dalam lamunannya, sehingga tidak menyadari kedatangan Nino yang sejak tadi memperhatikannya dengan kening berkerut. Pemuda itu melihat sahabatnya nampak tersenyum namun matanya terpejam.
Nino tidak menginap di rumah orangtuanya, mengingat Zando hanya sendirian di rumah sebesar itu, jadi dia memutuskan untuk menemani sahabatnya dan bermalam di rumah orangtua Zando.
"Do ... Zando! Bangun, Do!" Nino membangunkan Zando sambil mengoyangkan tubuh sahabatnya itu.
"Memangnya kamu tidak kedinginan apa?" tanya Nino ketika melihat Zando membuka mata, dan Zando terlihat kaget melihat Nino berada di dekatnya.
"Kamu ke sini sama siapa, No? Kalau sudah malam kenapa tidak menginap saja di sana?" tanya Zando.
"Aku diantar sama kakakku, dan dia ada di bawah. Lagian mana tega aku sama kamu di sini di rumah segede ini sendirian? Kamu juga pasti belum makan, kan? Ayo turun, aku sudah beli makanan buat kamu!" Selesai berkata Nino melangkahkan kakinya menuju tangga.
Sedangkan Zando, dia segera bangun dari posisi rebahannya, lalu berdiri dan berjalan mengikuti Nino dari belakang.
Sampai di bawah Zando bersalaman dengan kakaknya Nino, berbasa basi sebentar lalu dia menuju meja makan untuk menyantap makanan yang dibelikan Nino.
Selesai makan, Zando bergabung dengan Nino dan kakaknya. Mereka berbincang sebentar, lalu memutuskan untuk tidur karena malam telah larut.
.
.
.
Keesokan harinya saat adzan subuh berkumandang, Zando sudah terbangun dari tidurnya. Perutnya seperti diaduk-aduk. Dia langsung menuju kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya. Setelah merasa lebih baik, ia segera mengambil air wudhu mesti pagi itu air terasa sedingin es.
Zando lalu menunaikan sholat subuh, setelah terdengar iqomah. Selesai sholat, dia memutuskan untuk tidur kembali karena masih mengantuk.
Pukul delapan pagi Zando terbangun kembali. Samar-samar pendengarannya menangkap pembicaraan dari luar. Dia segera bangkit dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Usai membersihkan diri, Zando keluar dari kamarnya. Dia nampak tertegun begitu tahu siapa yang datang ke rumahnya pagi-pagi. Dia segera menghampiri kedua orang tersebut.
"Loh kalian ... pagi-pagi datang kemari, ada apa?" tanya Zando.
"Nah, berhubung orangnya sudah bangun, lebih baik kalian beritahukan saja kepada yang bersangkutan," ucap Nino.
"Memang ada perlu apa, Kan?" tanya Zando pada Hakan.
"Begini,... coba Yang, kamu saja yang cerita!" pinta Hakan pada Riyanti istrinya.
"Emmm ... sebenarnya Kamila kemarin itu datang ke acara pernikahan kami." Riyanti terdiam sesaat, ia tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya.
Sementara nampak Zando begitu terkejut dengan pernyataan istri sahabatnya itu.
"Katakan sejujurnya jangan ada yang kalian sembunyikan!" ucap Zando serius.
"Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan Kamila."
"Apa...? Kamu ketemu di mana? Terus bagaimana keadaan dia? Apakah dia dalam keadaan sehat-sehat saja?" tanya Zando begitu antusias.
"Do ...satu-satu kalau nanya!" ucap Nino.
"Maaf," sahut Zando.
"Lanjutkan," imbuhnya kemudian.
"Aku bertemu dengannya di rumah sakit bersalin."
Zando terkesiap mendengar Kamila mendatangi rumah sakit bersalin. Berbagai spekulasi memenuhi pikirannya.
"Apakah mungkin Kamila benar-benar hamil? Ya Allah, ampunilah hambaMu ini!"
...*...
.
.
.
.
.
absen saja..😁😁
jederrr... Ikhsan menjatuhkan minunan dan makanan yg berada di tangannya.. syok berat🤣🤣🤣
.. aahhh... lama lama aku demo beneran ini/Scream//Scream/