Demi kehidupan keluarganya yang layak, Vania menerima permintaan sang Ayah untuk bersedia menikah dengan putra dari bosnya.
David, pria matang berusia 32 tahun terpaksa menyetujui permintaan sang Ibunda untuk menikah kedua kalinya dengan wanita pilihan Ibunda-Larissa.
Tak ada sedikit cinta dari David untuk Vania. Hingga suatu saat Vania mengetahui fakta mengejutkan dan mengancam rumah tangga mereka berdua. Dan disaat bersamaan, David juga mengetahui kebenaran yang membuatnya sakit hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PutrieRose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 INGIN MENGAKHIRI
Pelayan tersebut gugup dan saling pandang satu sama lain.
"Hem. Kami disuruh bersih-bersih di atas, Nyonya," jawab salah satu dari mereka.
Karina terdiam sejenak dan tak berapa lama masuk ke dalam kamar.
Helaan nafas mereka terdengar bersamaan. Hampir saja mereka ketahuan. Mereka harus menyembunyikan keberadaan Vania.
"Beib, aku sepertinya akan pulang besok," ujar Karina dengan raut wajah sedihnya. Ia memeluk tubuh kekar suaminya yang kala itu habis mandi.
"Kenapa mendadak, Sayang?" Entah kenapa hati David seketika lega. Karna memang sedari tadi ia sedang memikirkan tentang rencana besok bulan madu. Tadinya ia akan berbohong ada urusan di luar kota dan akan menginap di sana. Tapi malah Karina tiba-tiba akan kembali ke luar negeri besok. "Kenapa?" tanyanya lagi karna istrinya tak kunjung menjawab.
"Aku khawatir keadaan kantor dan bisnisku di sana. Rasanya kurang puas kalau tidak mengontrol sendiri." Jiwa pengusaha Karina memang sangat kuat. Dia merupakan wanita yang sangat mandiri dan pekerja keras.
"Sampai kapan kamu akan terus memprioritaskan bisnis kamu dibanding aku?" Lama-lama David merasa bahwa ia selalu dinomorduakan. Segalanya hanya tentang bisnis dan bisnis yang ada di otaknya.
"Sayang, ini tentang amanah. Ini amanah dari mendiang orang tuaku. Aku harus menjaganya," ujar Karina membela diri sendiri.
"Ada paman mu di sana. Apa yang perlu dikhawatirkan? Kamu hanya harus belajar membangun kepercayaan terhadap mereka. Kamu harus berusaha memercayainya, Sayang. Lihat lah pernikahan kita sudah jalan berapa tahun? Aku juga masih sanggup membiayai kehidupan kamu, aku masih bisa—"
"Stop! Yang ingin kamu bahas soal keturunan, kan? Intinya tentang anak, kan? Tentang cucu untuk orang tuamu? Iya? Hah?" Suara Karina meninggi. Sudah sering mereka berdebat seperti ini. Apalagi sifat Karina yang selalu saja ingin menang sendiri. Tak pernah dirinya mau mengalah.
"Aku berbicara apa adanya, Karina. Turunkan ego mu sedikit. Kamu harus memikirkan tentang masa depan pernikahan kita. Kamu—"
"Aku kurang menurunkan ego ku gimana? Aku sudah mengalah dan mengijinkan kamu menikah lagi. Apa itu kurang? Apa itu gak dianggap? Sakit hati aku! Aku sakit sekali. Tapi aku berusaha kuat, berusaha tegar! Istri mana yang mau berbagi suami dengan wanita lain? Orang tuamu saja tak pernah memikirkan perasaan aku, dan kamu—"
PLAKKKK!!!
"CUKUP, KARINA!!! Jangan bawa-bawa orang tuaku!"
Sebuah tamparan keras mendarat dengan tegas di pipinya yang putih. Karina meringis menahan rasa sakit akibat tamparan itu. David bukan pria yang kasar, tapi kali ini tangannya yang selalu membelainya dengan lembut sudah berani bermain kasar. Matanya seketika memerah dan menatap David yang wajahnya langsung berubah menjadi penyesalan.
"Sa-sayang, maaf." David ingin menyentuhnya tapi ditepis kasar oleh Karina. "Sayang, jangan pergi!" David menarik tangannya dan segera mengunci pintu kamar agar istrinya tidak pergi. Dia benar-benar diluar kendali, semua terjadi begitu saja. Ini seperti bukan dirinya sendiri, pikirannya sedang berantakan. Ditambah Karina yang selalu memotong ucapannya sedari tadi. Hingga sesuatu yang tak pernah ia lakukan malah terjadi secepat kilat.
"Sayang ...." David langsung memeluknya, ia menangis merasa sangat bersalah. Karina pun tak bisa menahan air matanya, ia begitu sakit hati.
"Kamu jahat! Kamu jahat!" Karina memukuli dada bidang suaminya. "Kamu sudah berubah!" isaknya masih menangis di pelukannya.
"Sayang, maaf. Aku kehilangan kendali." David begitu sangat menyesal. Bisa-bisanya ia melukai wanita yang amat ia cintai.
***
Keesokan harinya, sesuai dengan perkataannya kemarin, Karina akan kembali ke luar negeri lagi. Demi bisa mengontrol beberapa usahanya.
"Minggu depan aku akan menyusul kamu ke sana," janji David pada Karina. Wanita itu mengangguk dan memeluk suaminya sekali lagi. Sebenarnya ia khawatir jika harus berjauhan dengan suaminya. Apalagi David yang kini sudah memiliki istri lain. Walaupun janjinya yang tak mungkin mau menyentuhnya, tapi Karina belum bisa tenang.
"Tolong tepati janjimu," ujar Karina sembari menangis. Tiba-tiba saja hatinya mendadak sakit dan merasa tidak nyaman. Seolah hatinya menolak untuk ia pergi sekarang.
David menatap kedua manik mata milik Karina, ia merasa sangat bersalah. Andai Karina tahu bahwa setelah ini ia akan pergi bulan madu dengan Vania, mungkin wanita itu akan mengamuk.
"Iya, Sayang. Kamu gak percaya sama aku? Setelah semuanya aku turuti. Kamu belum percaya? Kamu minta apa lagi?" tanya David beruntun. Karna semua yang Karina minta, telah ia kabulkan semua. Karna David tak ingin kehilangan wanita yang telah menemaninya dari nol hingga sekarang. "Kamu wanita yang istimewa, Sayang. Kamu satu-satunya wanita yang dulu mau menemani aku saat masih dibawah. Saat aku masih belum memiliki apa-apa. Aku tak mungkin menyia-nyiakan kamu."
Teringat kembali momen dimana mereka masih pacaran dan David mulai berbisnis. Karina yang saat itu sudah sukses dengan kemandiriannya menjadi pengelola sebuah cafe sejak masih kuliah, membuatnya sering membantu David dalam urusan modal. Bukan hanya Marshel yang membantu, tapi Karina juga.
Bahkan mereka menikah pun perusahaan David masih tergolong dalam perusahaan kecil. Dan mulai saat baru menikah, usahanya pun semakin maju. Apalagi berkat orang tua Karina yang dulu sempat mengenalkan kepadanya beberapa pebisnis terkenal.
Perjuangan dia dan Karina hingga saat titik ini tidaklah mudah. Banyak rintangan dan beberapa kendala. Apalagi saat itu orang tua Karina sempat meragukan penghasilan David. Takut jika anaknya akan hidup susah nantinya. Tapi selang beberapa bulan orang tuanya meninggal karna kecelakaan. Dan membuat Karina harus mengelola semua usaha orang tuanya.
Karina sudah yatim piatu. David sangat menyayanginya. Tak ingin membuatnya sakit hati atau kecewa. Dan sekarang tanpa sadar ia telah menyakiti hati Karina dengan menikah lagi.
"Sayang, maafkan aku." David masih memandangi Karina yang sudah berjalan menjauh. Ia lihat punggungnya yang tegak berjalan dengan anggunnya. Dia wanita kuat dan mandiri.
"Tuan, Anda harus berangkat sekarang. Pesawatnya akan berangkat sebentar lagi." Tak ada pergerakan dari David, Reno langsung menariknya dan membuat David berjalan terseret-seret.
"Bisakah aku membatalkan pernikahan ku dengan Vania?"
DEG.
DEG.
DEG.
Langkah kakinya seketika berhenti, Reno dengan nafas yang memburu menatap bosnya dengan tatapan heran.
"Tuan, jangan bercanda sekarang," ujarnya dengan dahi berkerut.
"Aku tidak bercanda. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Aku ingin pisah saja!" teriaknya.
BUGH.
Seorang wanita berpakaian biru muda nampak shock. Dia menjatuhkan koper di sebelahnya.
David terkejut saat melihat Vania ada di belakangnya. Pandangan mereka bertemu dan bertahan cukup lama.
"Nyonya biar saya bawakan." Pelayan datang dan langsung mengambil alih koper tersebut.
Ia pikir Vania akan mengatakan sesuatu, tapi wanita itu malah pergi bersama pelayan.
"Tuan, ayo!!!!" seru Reno tak bisa lagi bersikap lembut. Ia langsung menarik bosnya dengan kasar karna pesawat akan lepas landas.