Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Abiii.. Aku kangen.." ujar Bella memeluk pinggang Abi dan menenggelamkan kepalanya di dada Abimana.
Aisyah yang melihat itu spontan matanya membola. Jantungnya berdebar dan merasa ada yang menusuk di relung hatinya. Sakit kini yang dirasakan Aisyah, bagaimana tidak ? Seorang wanita yang jelas-jelas bukan mahramnya memeluk suaminya di depan matanya sendiri.
"Kenapa mas Abi diam saja di peluk olehnya ? Apa dia kekasih mas Abi ? " kata Aisyah dalam hati.
"Jangan seperti ini Bel, aku udah punya istri. Jangan sembarangan memeluk." Abi berusaha melepaskan tangan Bella dengan kasar.
Mama Vina yang spontan melihat perlakuan seperti itu juga tidak suka melihatnya.
"Bella ! Jangan bikin tante malu ! Ingat Bella ! Tante ijinkan kamu nginap dirumah Tante bukan berarti kamu bisa seenaknya dengan Abi ! Abi sudah menikah. Kau hanya bersahabat dengannya, bukan sedang menjalin kasih ! Paham Bella !" bentak mama Vina menekan di setiap ucapannya.
Mama Vina kemudian menatap Aisyah karena merasa tidak enak. Mama Vina kemudian menggandeng tangan Aisyah dan mengusap punggung Aisyah dengan lembut.
"Ayo Aisyah.." ajak mama Vina menggiring Aisyah ke dalam mobilnya. "Maafin mama ya sayang, mama nggak nyangka Bella akan seperti itu.." kata mama Vina lagi yang masih berjalan menuju mobilnya, dan hanya di angguki oleh Aisyah.
Abimana yang masih saja di cegah oleh Bella merasa geram tidak sabar dan akhirnya mendorong Bella dengan kuat.
"Awas minggir Bella ! Aku sudah peringatkan padamu ya, bahwa aku itu nggak pernah cinta sama kamu ! Aku mencintai istriku ! Jika kau melakukan hal seperti ini lagi, nggak segan-segan aku akan mempermalukanmu di depan umum ! Paham !" Pekik Abi membuat semua orang yang ada di sekitarnya mendengar dan melihatnya.
Mama Vina dan Aisyah yang mendengar teriakan Abimana juga menoleh ke sumber suara. Dan keduanya juga melihat Abi yang sedang memarahi Bella di depan umum.
Abi kemudian meninggalkan Bella begitu saja di sana. Mama Vina juga terus berusaha mengusap bahu dan kepala Aisyah dengan lembut agar Aisyah tidak terlalu memikirkan tingkah Bella.
Kini Abi, mama Vina dan Aisyah sudah masuk ke dalam mobil. Bella juga berusaha untuk ikut masuk ke dalam mobil. Saat akan masuk, ia merasa enggan jika bersebelahan dengan Aisyah.
"Tante Bella duduk dimana ? Kan nggak muat.." manja Bella seperti anak kecil.
Mama Vina yang melihat tingkah manja Bella merasa tidak suka dan menjawabnya dengan ketus.
"Kalau kamu nggak mau duduk di sini, duduk saja sana di atap mobil." kesal mama Vina membuat Aisyah tertawa di dalam hatinya.
"Loh kok gitu sih tan.. Dia saja yang duduk di atap mobil." sahut Bella menunjuk Aisyah agar duduk di atas mobil.
Mama Vina yang akan kembali menjawab di cegah oleh Abimana. "Biarkan saja mah, nggak usah di jawab lagi. Ais, tutup pintunya !" ujar Abi yang tak ingin berbelit-belit
Abimana yang duduk di samping supir segera menyuruh nya untuk menjalankan mobil.
"Jalan pak, tinggalkan saja wanita gila itu." tegas Abi pada supir dan langsung di angguki olehnya.
Mama Vina dan Aisyah yang mendengar juga tidak protes dengan kemauan Abi. Setelah melihat mobil itu jalan Bella terkejut.
"Loh, loh, kok jalan.. Heeey jangan tinggalin akuu.. tanteee.. berhentii.. tanteee.." Bella menggebrak mobil dan terus berlari berteriak agar mobil itu berhenti namun tak dipedulikan oleh mereka dan segera meninggalkannya begitu saja.
***
Di pondok pesantren..
Ibrahim berjalan tegap dengan langkah lebar untuk menuju kantornya, tak tahu ini sebuah keberuntungan atau apa, saat melewati kelas dimana Fatimah berada, Ibrahim terpaksa berhenti kala mendengar kelas tersebut berisik ditelinganya karena keterlambatan pengajar yang belum juga datang di kelas itu.
"Assalamualaikum.." ucap salam Ibrahim dengan suara tegasnya di ambang pintu.
"Waalaikumsalaam.." sahut semuanya serentak dikelas itu.
"Jangan berisik ! Kemana pengajar kalian ?" ujar Ibrahim dengan suara tegasnya.
"Ustadzah Rani belum datang Gus." sahut salah satu santri disana.
Semua yang ada disana menunduk tidak ada yang berani bersuara apalagi menatapnya. Bahkan mereka semua rela melewatkan ketampanan Gus Ibra karena terlalu takut menatap Gus nya disana.
Namun setelah melihat semuanya terdiam, tak sengaja matanya melihat sosok yang ia rindukan selama ini. Beberapa hari tak melihatnya membuat hatinya berbunga-bunga.
"Subhanallah, cantik sekali dia.." kata Ibrahim dalam hati.
Matanya sulit terlepas dari gadis yang berwajah ayu, dan terlihat anggun juga menyejukkan, sangat enak di lihat. Wajahnya nampak putih bersih dan cerah, secerah matahari pagi.
"Astaghfirullah hal'adzim.." Ibrahim yang tersadar segera beristighfar karena sudah melakukan kesalahan.
Jantungnya terus berdetak kencang seperti gendang benderang yang ditabuh sekeras-kerasnya. Ada desiran aneh yang muncul di dalam tubuhnya. Ibrahim merasa tubuhnya tersengat listrik membuatnya lemas sulit untuk melangkah pergi dari kelas itu.
Ibrahim yang kini sudah masuk ke dalam kelas tersebut terus beristighfar untuk menetralkan jantungnya yang berdetak kencang tak beraturan. Ia memberi tugas pada murid di kelas itu sebelum dirinya pergi.
"Sebelum pengajar kalian datang, hafalkan kitab halaman dua puluh tiga. Besok saya akan kembali untuk menagih hafalan kalian. Jika ada yang belum hafal, saya pastikan akan ada hukuman." jelas Ibrahim dan berlalu pergi setelah mengucapkan salam.
***
Dirumah Keluarga Atmaja..
Mama Vina tak henti-hentinya mengoceh jika sudah di hadapkan dengan Aisyah menantu kesayangannya. Setelah mobilnya sampai dihalaman rumahnya, mama Vina tak ingin melepaskan gandengan tangannya dengan Aisyah. Saat turun dari mobil, mereka sudah di sambut para pelayan dirumah itu.
"Selamat sore Den, selamat sore Non.." sambut pelayan disana.
"Assalamualaikum Bi," sahut Aisyah dengan salam.
"Waalaikumsalam Non.."
"Bi, tolong bawakan barang-barang Abi dan Aisyah ya.. jangan sampai ada yang tertinggal." titah mama Vina.
"Iya Nyah.."
Mama Vina kemudian berlalu pergi dengan memeluk bahu Aisyah meninggalkan para pelayan yang sibuk mengambil barang milik anak menantunya. Ponsel mama Vina terus berdering tak di pedulikan olehnya. Karena mama Vina tahu siapa yang terus menghubunginya. Aisyah yang merasa berisik terus menyuruh mama Vina mengangkat telfonnya.
"Angkat saja dulu mah, siapa tahu penting." kata Aisyah membuat mama Vina menyerah dan mau tidak mau mengangkatnya.
Mama Vina berhenti sejenak merogoh tas nya dan mengambil ponselnya. Setelah melihat ponselnya, tertera nama Bella di sana. Akhirnya mama Vina menekan tombol hijau dan menempelkannya di telinga.
"Hallo Bel, ada apa ?" tanya mama Vina seakan tak terjadi masalah.
"Ada apa kata Tante ? Tante ninggalin Bella begitu saja di Bandara ! Bella harus pulang naik apa ? Tas Bella ada di mobil tante !" teriak Bella membuat mama Vina melirik Aisyah di sampingnya.
"Nggak usah drama Bel, banyak taksi di Bandara. Tinggal naik taksi saja dan kau bisa bayar dirumah tante. Sesimpel itu saja kamu nggak bisa." sahut mama Vina kesal dengan Bella kemudian mematikan ponselnya secara sepihak.
"Huft.. Dasar anak manja." gerutu mama Vina kemudian menekan daya mati pada ponselnya agar Bella tak mengganggunya lagi.
Mama Vina kemudian kembali berjalan memeluk bahu Aisyah di sampingnya. Aisyah yang melihat mama Vina sedang kesal kemudian menurut saja apa yang mama Vina inginkan.
Mama Vina yang setelah melihat kelakuan Bella memeluk Abimana di hadapan Aisyah, kini tak bersimpati lagi padanya. Jangankan melihat wajahnya, melihat bayangannya saja mama Vina sudah merasa enggan.
...----------------...
Bersambung...
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma