NovelToon NovelToon
KESEDERHANAANMU LAH YANG MEMBUATKU JATUH CINTA

KESEDERHANAANMU LAH YANG MEMBUATKU JATUH CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Karir / Romansa
Popularitas:833
Nilai: 5
Nama Author: Jyoti_Pratibha

Bercerita tentang seorang pemuda yang ditinggal menikah oleh wanita pujaannya dengan sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya wanita yang disukainya itu pasangan sahabatnya sendiri. Ia menyukai wanita itu karena ada hal istimewa yang ada di dalam wanita itu.

Berbagai cara, dia lakukan untuk melupakan wanita itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah berusaha untuk melupakannya. Dan itu sulit baginya. Wanita itu terlalu membekas di hatinya.

Hingga akhirnya ia bertemu wanita lain yang membuatnya jatuh cinta. Wanita sederhana dan senyum manisnya, yang membuatnya jatuh cinta. Berbagai cara dia lakukan untuk menyatukan cintanya pada wanita itu. Namun lagi-lagi ada halangan besar yang menghalangi perbedaan mereka.

Lalu apa yang akan dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda itu tetap melanjutkan pilihan hatinya?
Atau dia akan menyerah dan merelakan wanita itu bersama dengan yang lain?
Ingin tahu lebih lanjut ceritanya, jangan lupa untuk membaca kisah selengkapnya....

Happy reading....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jyoti_Pratibha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

“Jadi kapan kamu balik ke kota?”

“Mungkin besok atau tidak lusa entahlah aku masih merindukan orangtuaku disini.”

“Pasti sulit untuk jauh dari orangtuamu bukan?”

“Tidak juga, awalnya memang berat sih. Tapi lama kelamaan jadi terbiasa, karena dengan begitu aku jadi bisa lebih mandiri. Yah setiap gajian memang harus dibagi dengan biaya hidup sehari-hari dan kos. Tapi itulah hal yang menyenangkan.”

“Berawal terpaksa hingga menjadi terbiasa karena sering melakukan itu.”

“Tepat sekali.”

Kebiasaan yang awalnya dilakukan terpaksa dan akhirnya menjadi terbiasa dengan hal itu, adalah hal yang bagus untuk memulai kebiasaan baik.

Dan itu adalah hal yang bagus untuk memulai kebiasaan baik.

Veronica yang memang ingin hidup mandiri karena tidak ingin orang tuanya menanggung beban.

Dia sudah cukup dewasa untuk hidup mandiri. Dan ia ingin melakukan suasana baru di tempat yang baru pastinya.

“Andra kalau boleh aku keseharian selain bekerja di kantor apa aja? Tidak mungkin kamu hanya bekerja di depan layar tanpa hiburan”canda Veronica dengan menyikut lengan Derandra.

Derandra menanggapinya dengan tertawa kecil. “Tentunya, banyak hal yang kulakukan selain bekerja di depan layar. Salah satunya adalah mencari tempat hiburan dan bercanda gurau di tempat itu.”

“Emh ternyata hiburan orang kota beda ya.”

“Beda? Memangnya di desa ini tidak ada tempat hiburan?”

“Maksud kamu seperti club? Tentunya tidak ada Andra ini desa bukan kota.”

“Lalu orang-orang sini hiburannya seperti apa? Tidak mungkin jika mereka bekerja terus kan?”

“Hiburan orang desa itu adalah nonton orkes kalau nggak karnaval, yah karnaval kecil lah yang diadakan setahun sekali. Kalau tidak? Ah nonton bola, digubuk seperti ini dekat rumah tentunya.”

“Apa mereka tidak bosan hiburan seperti itu, lalu orkes dengan penyanyi yang sama. Astaga aku jadi membayangkan betapa bosannya kehidupan disini Veron!”

Veronica yang mendengarnya tertawa lebar, Derandra benar-benar orang kota yang baru turun ke lapangan. Pikirnya.

“Tidak bosan, karena mereka melakukannya bersama-sama. Dan tentu ketika semua berkumpul, warga desa akan menceritakan kejadian menarik untuk topik pembicaraan. Semacam jokes bapak-bapak. Dan juga kegiatan itu akan dilakukan secara berulang tanpa bosan, tapi dengan cerita yang berbeda-beda tentunya.”

Menurut Derandra kegiatan berulang dengan orang yang sama, akan sama bosannya dengan kehidupannya yang bertemu dengan teman sengklek nya.

Dengan wajah yang sama dan sifat sama adalah hal membosankan jika dirinya berada disini.

Namun menurut Veronica ciri khas orang desa adalah mengobrol bersama ketika mendapat tugas jaga malam.

Bisa dibilang bersosialisasi dengan banyak orang dan berbagi cerita dengan tetangga adalah hal yang menyenangkan untuk hiburan.

Tanpa mengeluarkan biaya banyak untuk menyewa tempat.

Kedua orang itu memiliki persepsi masing-masing tentang menghibur diri.

Terkadang banyak orang yang menghibur diri dengan mengeluarkan biaya banyak dan menyewa orang untuk menemani.

Namun ketika ada yang lebih murah dalam menghibur diri tentunya orang-orang akan memilih opsi kedua.

Setiap hiburan yang dijalani keduanya memang memiliki selera berbeda. Dan juga hiburan diri bukan bertujuan untuk berfoya-foya, namun tujuan menghibur diri dalam untuk melepaskan kepenatan bekerja.

Kecuali jika berfoya-foya dengan maksud lain. Tentu maknanya sudah berbeda.

“Ndra mau pentol nggak?”tanya Veronica.

“Pentol memang ada disini?”tanya balik Derandra.

“Ada itu”tunjuk Veronica. Derandra melihat ke arah yang ditunjuk Veronica, ia melihat seorang penjual keliling dengan gerobak yang ada di motornya.

“Pakde!”panggil Veronica dengan melambaikan tangannya. Pedagang itu berjalan menuju ke arah mereka berdua.

“Pakde 5 ribu dua ya.”

“Siap Ron. Pedes nggak?”

“Ndra kamu mau pedes apa nggak?”

“Terserah kamu aja.”

“Satunya pedes satunya biasa aja pakde.”

“Oke.”

Penjual itu memasukkan pentol dan tahu secara bergantian di kedua plastik. Setelah itu, penjual itu meracik bumbu yang dipesan Veronica tadi.

Berbagai persaosan dimasukkan ke dalam plastik secara bergantian. Tak lupa kecap serta bawang goreng sebagai pelengkap.

Setelah itu penjual itu memasukkan kuah pentol sedikit untuk membanjiri pentol yang ada di dalam plastik.

“Ni Ron.”

“Makasih pakde.”

Veronica kembali ke gubuk tempat mereka duduk tadi meninggalkan penjual pentol yang akan berjalan lagi.

“Nih”beri Veronica.

Derandra menerima pentol itu, ia pun langsung menusukkan lidi pada pentol itu.

Ia langsung memasukkan pentol itu ke dalam mulutnya, dan lagi-lagi dia menemukan experience di dalam makanan itu.

“Kamu beli berapa pentol ini?”tanya Derandra sambil mengunyah pentolnya.

“5 ribu kenapa kebanyakan ya?”tanya balik Veronica.

“Makanan seenak ini dihargai dengan murah? Kamu nggak salah?”tanya Derandra dengan nada terkejut.

Veronica yang mendengarnya hanya terkekeh. “Nggak usah kaget kayak gitu, kamu tahukan ini di desa. Dimana surganya makanan enak dihargai murah? Itu udah hal biasa tau disini.”

“Tapi masak iya 5 ribu dengan porsi sebanyak ini dan juga enak?”

“Yah namanya juga jualan di desa Andra kalau mahal siapa yang mau beli nantinya?”

“Apa penjual itu nggak rugi dijual semurah ini?”

“Namanya juga dagang pasti ada untung ruginya, bedanya kalau di desa bahan-bahan masakan nggak semahal di kota. Dan mungkin pakde Pur sekalian sedekah kali kalau jualannya murah.”

“Pakde Pur?”

“Heeh pakde Pur, penjual pentol yang sudah kukenal semasa kecil hingga sekarang_”

Veronica menceritakan tentang pakde Pur penjual pentol tadi. Pakde Pur adalah langganan Veronica sejak kecil, biasanya pakde Pur akan mangkal di sekolah-sekolah.

Dan tentu pakde Pur adalah langganan anak-anak sekolah dulu hingga sekarang.

Mereka bercerita tanpa kenal lelah, dan tanpa disadari keduanya bahwa pentol yang mereka sudah habis termakan. Juga waktu yang semakin gelap.

Setelah selesai bercerita mereka berdua memutuskan untuk pulang. Mengingat keberadaan mereka di tengah sawah, dan juga minim penerangan.

Membuat mereka harus kembali lebih awal untuk sampai di tempat tinggal masing-masing.

“Aku jadi penasaran dengan resep yang dibuat pakde Pur.”

“Kalau kata pakde Pur, meskipun resepnya sama tapi pembuatan tangannya berbeda maka rasanya juga tidak akan sama.”

“Benarkah?! Memangnya kamu pernah menanyai resepnya?”

“Pernah pakde Pur juga bilang cara pembuatannya. Tapi ya gitu rasanya tentu berbeda dengan yang dibuat pakde Pur.”

“Dan kamu mencoba resepnya?”

“Tentu.”

Memang benar yang diucapkan Veronica tentang masakan. Jika pun memakai resep yang sama dengan yang sudah diketahui, tapi belum tentu rasa masakan akan tetap sama.

Tiap tangan pembuat selalu memiliki ciri khas masing-masing dalam memasak makanan.

“Seharusnya aku yang mengantarmu ke rumah, bukan malah sebaliknya”ucap Derandra.

“Tidak masalah, lagi pun kamu bukan penduduk asli sini. Jadi kamu mana tahu jalan daerah sini, gelap dan tidak ada penerangan. Mengutamakan keberanian, memangnya kamu berani melewati jalan di depan sana?”tanya Veronica dengan menunjuk jalan depannya.

“Berani jika siang tapi”ujarnya dengan senyuman lebar memperlihatkan giginya.

Veronica yang melihat itu berdecih. Sifat Derandra sangat persis dengan temannya yang ada dikota, sok berani nyatanya penakut.

“Terima kasih mbak Veron sudah mengantarkan saya sampai di penginapan dengan gratis. Ah juga pentolnya makasih”ucapnya dengan dramatis.

“Ya sama-sama kalau begitu aku pulang dulu permisi ndoro”jawab Veronica dengan dramatis juga.

Veronica meninggalkan Derandra yang terkikik sendirian dengan kelakuannya tadi. Mungkin dirinya sedang tertular kewarasan wanita itu. Pikirnya.

“Astaga Andra sadarkan dirimu kalau kamu belum masuk ke kamar.”

ΩΩΩΩ

“Astaga iya mah Andra lagi masukin baju Andra ke dalam tas ini.”

“Iya iya sekarang Andra pulang.”

“Iyaaa mah, yaudah telponnya dimatiin dulu Andra berangkat sekarang nih.”

“Iya, sayang mamah.”

Teleponnya telah mati. Di pagi hari yang sangat sejuk ini, Andra diharuskan untuk pergi dan kembali ke kota karena permintaan mamahnya tercinta.

Kalau boleh jujur Andra sama sekali belum menginginkan pergi dari sini.

Masih banyak tempat dan juga kehidupan yang harus ia telusuri di tempat ini. Makna kehidupan yang sebenarnya.

Andra masih ingin mengelilingi setiap sudut tempat ini untuk mencari makna hidup itu.

Andra masih ingin mencari makna hidup di desa ini, banyak hal yang harus ia cari di tempat ini.

Namun lagi-lagi semesta seperti belum menginginkannya untuk mencari makna hidup itu.

Pencipta seolah mengatakan bahwa ia harus mencari makna itu lain kali. Penciptanya seakan belum mengizinkannya mencari makna kehidupan itu disini.

“Apa boleh buat, kalau memang belum waktunya.”

Andra memasukkan bajunya di dalam tas dengan rapi. Tas yang dipakainya ini memang tidaklah besar, karena niatnya dulu kesini untuk melihat pembangunan setelah itu pulang.

Namun karena banyak hal yang belum pernah dilalui di hidupnya, membuatnya memilih lebih lama dari rencananya.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari tempat ini, dan juga banyak hal yang harus ia lakukan bersama dengan temannya yang ada disini. Yaitu Veronica.

“Mungkin aku harus berpamitan terlebih dahulu pada wanita itu”ucapnya dengan menyunggingkan senyum tipis.

Entah kenapa setiap kali mengingat Veronica hati Derandra merasakan hal yang sama ketika dia melabuhkan hatinya pada Tamara.

Derandra tersenyum simpul ketika mengingat kebersamaan mereka beberapa hari ini.

Setelah selesai berkemas, Derandra keluar dari tempat penginapannya dan memberikan kunci kamar inapnya pada pemiliknya.

Dia pun memasuki mobilnya dan menjalankannya menuju ke bangunan restorannya.

Ia akan mengatakan pada Yukti asistennya bahwa dia tidak bisa berlama-lama disini.

Sepanjang perjalanan ia benar-benar melihat kehidupan pedesaan yang tenang dan indah.

Hamparan sawah yang mengelilingi setiap jalan dan hutan alami yang dijaga dengan baik. Serta orang-orangnya yang bersenda gurau ketika pergi ke sawah.

Tak lupa dirinya juga menyapa warga sekitar dengan ramah.

Suatu saat nanti dirinya akan merindukan suasana seperti ini. Sangat damai dan tenang serta orang-orangnya.

Derandra menjalankan mobilnya dengan pelan untuk menikmati perjalanannya. Dia akan merindukan suasana seperti ini nantinya.

Entah kapan ia akan kembali lagi ke tempat ini. Jika pun bisa kembali, dia akan menanti hari itu.

“Apa masa tuaku berada di sini saja ya? Pasti menyenangkan berada disini bersama pasangan di masa tua”gumamnya.

Membayangkan masa tuanya dengan kehidupan sederhana adalah hal yang menyenangkan dan juga impian semua orang.

Bekerja di kota dengan kesibukan yang membuat kepala pusing, serta ketenangan hati yang membutuhkan kebahagiaan akan sangat sulit jika terus berada di lingkungan seperti itu.

Dirinya membutuhkan ketenangan dan damai untuk kehidupannya.

Sesampainya di tempat pembangunan, ia melihat asistennya yang sedang mengawasi pekerja.

Sebagai pemilik restoran itu, dirinya tidak akan melepaskan pembangunannya. Meskipun itu dari vendor terpercaya, dirinya tidak akan melepaskan tanggung jawabnya pada apa yang dilakukannya saat ini.

Cukup mengawasi dan melihat pekerja mengerjakan tugasnya. Dan asistennya adalah orang yang akan disuruhnya untuk mengawasi mereka.

Dia akan memantau dari jauh, atau tidak sesekali menengoknya.

“Yukti”panggil Derandra pada asistennya.

Yukti yang mendengar namanya dipanggil pun menolehkan kepalanya dan melihat orang itu.

Dia melihat Derandra yang berdiri di samping mobilnya dengan pakaian khasnya. Yukti mendekati keberadaan Derandra berdiri dengan sedikit berlari.

“Ada apa bos?”tanyanya setelah sampai di depan Derandra.

“Hari ini aku akan balik ke kota, jadi semua pembangunan ini kamu yang mengawasi. Tapi jangan lupa untuk memfoto setiap prosesnya”ucap Derandra pada asistennya untuk mengingatkan semua hal tentang pembangunan ini.

“Baik bos, tapi kalau boleh tau kenapa bos baliknya cepet? Katanya masih dua hari lagi balik ke kota?”

“Kanjeng mami lagi kangen anaknya, makanya disuruh pulang cepet.”

“Ah pantes, anak mami emang gak boleh lama kalau pergi”gumam Yukti.

“Apa?!”tanya Derandra dengan memelototkan matanya.

“Nggak ada nggak ada”elak Yukti dengan melambaikan tangannya.

Derandra mendengar hal itu hanya mendenguskan napasnya. Dirinya di kantor terkenal dengan bos anak mami, karena sifat mamanya yang begitu protektif terhadapnya.

Firanda selalu mengunjungi nya ketika dirinya berada di kantor. Entah itu untuk menyapa atau mengantarkan makanan pada dirinya.

Dan para stafnya selalu membercandainya dengan sebutan anak mami karena sifat ibunya. Berulang kali dirinya selalu bilang pada mamahnya bahwa tidak perlu mengantarkan makanan ataupun menjenguknya.

Namun yang namanya Firanda dengan keprotektifan nya tidak akan mendengar ucapannya.

Firanda selalu bilang padanya bahwa akan berhenti ketika Derandra sudah berkeluarga. Atau paling tidak dirinya mempunyai pasangan.

“Pergi sana awasi mereka!”perintah Derandra pada Yukti dengan nada tegas bercampur kesal.

Derandra memutuskan meninggalkan Yukti yang masih berdiri dengan duduk di dekat pos mobilnya berada.

Dia duduk disana dan menunggu seseorang untuk berpamitan sebelum balik ke kota.

Mungkin ini akan menjadi perpisahan pertamanya dengan seorang perempuan yang baru dikenalnya.

Bersama dengan wanita itu Derandra seperti merasakan hal baik di dalam hatinya.

Patah hati karena ditinggal nikah oleh wanita pujaannya adalah hal tersakit yang pernah dirasakannya. Namun ketika berada disini dan bertemu dengan wanita itu, patah hatinya seakan sembuh perlahan.

Mengingat waktu yang mereka habiskan bersama serta pembicaraan dan candaan mereka. Sangatlah berkesan bagi seorang Derandra anak dari Firanda dan Mallory itu.

Mengingat itu semua Derandra jadi salah tingkah sendiri. Ia berharap akan bertemu dengan wanita itu cepat-cepat dan mengucapkan terima kasih.

Namun setelah 1 jam lamanya wanita itu tidak kunjung datang ke sini. Derandra bolak-balik melihat jam tangannya dan melihat ke arah jalanan.

Biasanya wanita itu akan pergi ke sawah melewati jalan ini. Namun sampai sekarang ia tidak melihat tanda-tanda munculnya wanita itu.

“Ya sudahlah jika memang tidak bisa bertemu, aku akan mengusahakan bertemu dengannya di kota.”

Derandra memutuskan untuk pergi dari tempat pembangunan restorannya dan menaiki mobilnya. Ia harus segera berangkat agar tidak terkendala macet nantinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!