NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Clareance

Takdir Cinta Clareance

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa
Popularitas:58.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Budi Asih

Sejak kecil Rea seorang anak tunggal terlalu bergantung pada Jayden. Laki-laki sok jagoan yang selalu ingin melindunginya. Meskipun sok jagoan dan kadang menyebalkan, tapi Jayden adalah orang yang tidak pernah meninggalkan Rea dalam keadaan apapun. Jayden selalu ada di kehidupan Rea. Hingga saat Altan Bagaskara tidak datang di hari pernikahannya dengan Rea, Jayden dengan jiwa heroiknya tiba-tiba menawarkan diri untuk menjadi pengganti mempelai pria. Lalu, mampukah mereka berdua mempertahankan biduk rumah tangga, di saat orang-orang dari masa lalu hadir dan mengusik pernikahan mereka?



Selamat Membaca ya!


Semoga suka. 🤩🤩🤩

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Budi Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 10

"Jadi kamu sudah mendengar dari Rea, tentang rencana Mama."

"Rencana perjodohan? jangan becanda, Ma. Jayden belum mau menikah. Apalagi dengan Brigita. Bertemu dengannya saja baru sekali."

Amaya tersenyum, lalu menepuk pundak putranya.

"Ya sudah, temuilah dia. Kamu nggak tahu kan, kalau dia sering sekali ke sini, bawa macam-macam makanan buat Mama. Brigita itu calon menantu idaman loh, Jayden. Anaknya cantik, baik, dan yang paling penting, dia jago masak. Jadi, Mama bisa tenang karna dia pasti bisa mengurusmu dengan baik."

"Jayden bisa mengurus diri sendiri, Ma."

"Sudahlah, sekali-sekali nurut sama Mama. Sampai kapan kamu mau bersikap keras kepala seperti ini, Jayden?"

Jayden menghembuskan napas panjangnya resah. Bayangan Rea dan Altan yang tempo hari baru saja dilihatnya, belum juga hilang dari benak. Kini, di tambah lagi dengan rencana perjodohan antara dirinya dan Brigita.

"Clareance saja sudah menemukan calon suaminya. Masa kamu kalah sama dia."

"Ini bukan perkara kalah atau menang, Ma. Lagian, Rea juga belum tentu menikah sama pria itu."

"Oh, ya? Tapi, sepertinya keluarga pak Benyamin Handoko Aldinaya sudah merestui hubungan mereka berdua," sahut Amaya, menatap putranya yang berwajah mendung.

"Jangan kaget kalau sebentar lagi akan mengirim undangan."

"Mama ngomong apa, sih?" Jayden tiba-tiba merasa kesal saat mendengar ibunya membicarakan masalah undangan pernikahan. Seolah-olah Rea dan Altan akan menikah besok.

Sejenak Amaya terdiam, hanya menatap Jayden yang menyadarkan punggungnya di sofa. Lalu, sesaat kemudian, Amaya meraih tangan Jayden dan mengusapnya lembut.

"Maafin Mama ya, Jayden," lirihnya tiba-tiba.

Pria berwajah tampan itu menoleh, menegakkan punggung dan membalas genggaman tangan Mamanya.

"Kamu bersikap seperti ini pasti karna pernikahan Mama dan papa berakhir buruk, kan?"

"Maa ...."

"Jayden, Mama tahu perasaan kamu. Mungkin sampai sekarang kamu masih menyimpan amarah dan kekecewaan karna perpisahan Mama dan papa. Tapi, hal itu tidak boleh kamu jadikan alasan untuk tetap hidup sendiri dan menghindari pernikahan."

Jayden tertunduk lesu. Awan mendung menggelayuti wajah tampannya.

"Jayden takut, Ma. Jayden takut nggak bisa menjadi suami yang baik seperti papa."

Amaya menghela napas sedih, wanita yang masih terlihat bugar dan cantik itu melepaskan tangan Jayden, dan menangkup wajah putranya. Ia tatap lekat Jayden dan tersenyum manis padanya.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu, Jayden? Mama tahu, kamu pria yang baik. Betapa beruntungnya perempuan yang bisa menikah denganmu betapa beruntungnya perempuan yang bisa menghabiskan hidup dengan laki-laki penuh perhatian seperti kamu. Jadi, berhentilah berpikir jelek tentang dirimu sendiri. Kamu adalah seorang laki-laki yang sangat berharga, Jayden."

Pria itu balas tersenyum. Entah mengapa, hatinya menghangat setelah mendengar ucapan Mamanya. Selama ini dia selalu merasa tidak percaya diri, karna punya keluarga yang tidak utuh.

"Cobalah mengenal Brigita lebih dekat. Mama yakin, dia perempuan baik-baik. Sudah saatnya kamu menjalin hubungan serius dengan seorang perempuan, Jayden. Mama nggak mau kamu hanya fokus pada pekerjaan dan mengabaikan kehidupan pribadimu. Mama juga mau kamu bahagia," ucap Amaya dengan tatapan tulus.

Jayden mengangguk patuh. Lalu, lengannya yang kokoh menarik Mamanya ke dalam pelukannya. Mungkin benar kata Mamanya, dia harus mencoba untuk menjalin hubungan serius. seperti Rea yang sudah memutuskan untuk menjalin hubungan serius dengan Altan Bagaskara.

Ah, Clareance. Jayden kembali teringat lagi pada sahabatnya itu. Mungkinkah Rea akan benar-benar menikah dengan Altan? Apakah pria itu bisa benar-benar membuat Rea bahagia? Entah mengapa, Jayden masih saja khawatir.

Sesampainya di apartemen usai bertemu Mamanya, Jayden masih saja kepikiran tentang Clareance. Karna sejak pertemuan di restoran waktu itu, keduanya belum bertemu lagi. Gadis itu seperti sengaja menghindar dari Jayden.

Mungkin Rea marah dan Jayden terlalu gengsi untuk menghubunginya duluan. Tapi, tak bisa di pungkiri, situasi ini benar-benar membuat Jayden menjadi gelisah. Dia tak pernah bisa terlalu lama menjaga jarak dengan Rea, mengingat betapa dekatnya mereka sejak dulu. Bahkan, satu-satunya gadis yang tahu kode apartemennya hanyalah Clareance.

Gadis itu bebas keluar masuk ke dalam unit Jayden kapan pun dia mau. Karna Jayden tidak pernah menyembunyikan apapun dari Rea. Bahkan pernah sesekali Rea memergoki Jayden sedang bermesraan dengan seorang perempuan yang sedang berkencan dengannya. Teman kencan yang tak pernah bertahan lebih dari satu bulan.

Mungkin, sudah saatnya dia menghubungi Rea. Jayden merasa tidak tahan kalau harus menanggung perasaan tidak nyaman karna tak mengetahui kabar Rea. Apalagi, saat gadis itu sedang dekat dengan seorang pria. Jayden khawatir, Altan tidak cukup baik untuk mendampingi Clareance.

Pria bertubuh atletis itu meraih ponsel yang tadi ia letakkan di nakas, lalu merebahkan diri di atas ranjang. Sebelah tangannya menggulir layar ponsel, mencari nomer kontak Clareance.

Belum sempat ia menekan tombol untuk menghubungi gadis itu, tiba-tiba saja nomer Rea sudah melakukan panggilan padanya. Gadis itu menelepon, sebelum Jayden sempat menghubunginya.

"Halo, Rea," sapa Jayden, dengan nada suara yang dibuat senormal mungkin. Meskipun di dalam hatinya, Jayden bersorak bahagia saat melihat nomer Rea muncul di layar ponselnya.

"Jayden kamu marah sama aku?"

"Seharusnya aku yang bertanya ke kamu," balas Jayden.

"Kamu marah sama aku?"

"Marah? Sama kamu? Enggak, kok. Kupikir kamu yang marah, karna kejadian di restoran waktu itu," ucap Rea lega.

"Waktu itu aku memang marah," dengus Jayden.

"Tapi sekarang, sudah nggak kan?"

"Sedikit." Tawa Rea terdengar menggema di telinga Jayden, membuat pria itu ikut tersenyum. Semudah itu mereka berbaikan lagi.

"Anyway, kamu serius mau menikah dengan Altan?"

Rea tiba-tiba terdiam cukup lama, hingga membuat Jayden mengernyit curiga.

"Kenapa, Rea? Ada masalah? Dia macam-macam sama kamu?"

"Enggak, aku cuma ragu," jawab Rea setelah terdiam cukup lama.

"Ragu? Kenapa? Bukannya waktu itu kamu bilang sudah yakin sama dia?"

"Entahlah, Jayden. Aku memang suka sama Altan. Dia baik, pengertian, sikapnya juga lemah lembut, dan yang pasti sangat tampan, tapi ...."

"Tapi?" Jayden menunggu dengan jantung berdebar, entah jawaban apa yang ia harapkan dari Rea.

"Aku masih butuh waktu untuk menyakinkan diriku sendiri, bahwa dialah pria yang tepat. Walaupun mungkin pada akhirnya, aku tetap akan memilih dia sebagai calon suamiku," ucap Rea, membuat Jayden tertunduk lemas.

Dia pikir, Rea akan mengubah keputusannya untuk menikah dengan Altan. Tapi, nyatanya tidak. Rea hanya butuh waktu untuk mengenal Altan lebih dekat sebelum mereka merencanakan pernikahan.

Entah mengapa, hati Jayden mendadak sakit. Rasanya seperti ada sesuatu yang pekat menghalangi jalan napasnya, membuatnya sedikit sesak.

"Jayden? Halo? Kamu masih dengerin aku kan?"

"Hm, iya."

"Kupikir kamu ketiduran," celetuk Rea sebelum melanjutkan ceritanya.

"Jadi, beberapa hari terakhir, Altan sering mampir ke rumah, ketemu sama papi dan mami. Tahu nggak? Mereka langsung akrab, loh. Padahal awalnya Altan kelihatan canggung banget. Apalagi waktu dia ngobrol sama papi soal kerjaan, benar-benar nyambung begitu, loh. Ya Tuhan, aku senang banget, sih. Sepertinya, Altan memang jodoh yang dikirim Tuhan buat aku. Setelah beberapa kali aku dikhianati sama cowok-cowok brengsek itu."

Jayden hanya diam, merespon ocehan Rea dengan gumaman tak jelas. Karna sejujurnya, dia sama sekali tidak tertarik dengan kisah Altan. Dia membenci lelaki itu. Seperti ia membenci pria-pria lain yang pernah dekat dengan Rea sebelumnya.

÷÷÷÷÷

"Jadi, kamu akan menikahinya?!" Teriak Zika dengan mata membelalak marah. Baru saja dia melempar vas bunga yang ada di apartemennya, sebagai protes bahwa dia tidak bisa menerima keputusan Altan yang akan menikahi Clareance dalam waktu dekat.

"Calm down, baby," bujuk Altan, berusaha menenangkan amarah kekasihnya. Kita bisa bicara baik-baik, okay."

"Bicara baik-baik katamu? Omong kosong! Sebaiknya kamu bicara baik-baik sama orang tuamu yang sombong itu kalau kita menjalin hubungan, bukannya kamu malah turuti apa kata mereka, Altan!"

"Kamu tahu posisiku kan? Aku sama sekali tak punya celah untuk melawan mereka, Zika."

"Kamu bukannya nggak punya celah, Al. Kamu hanya tak cukup berani mengambil resiko. Iya, kan?" Cecar Zika yang masih dikuasai amarah.

"Iya, aku memang tak cukup berani mengambil resiko. Aku nggak sanggup melihat perusahaan orang tuaku jatuh ke tangan orang lain, di saat aku tahu akulah pewaris tunggalnya."

1
EMBER/FIGHT
Hormat senior /Smirk/
Dewi_risman25: semoga suka dan menghibur, jangan sampai di skip/loncat babnya ya, selamat membaca 😊
total 1 replies
Dewi_risman25
Semoga Suka jangan di lompat-lompat baca Babnya ya, dan ikuti terus ceritanya hingga tamat 😘🙂
Renesme
Bagus ceritanya bisa menghibur 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!