SUKSES SETELAH BERPISAH

   Jika awalnya Pak Dani hanya ingin membuat istrinya sadar dari sifat egoisnya,namun kini keinginan itu sudah terlupakan. Semakin hari Pak Dani semakin terjerat akan pesona Danti yang terus menggoda dan memberikan perhatian padanya.

    Jangan di tanya keadaan Bu Nani. Saat pertama mengetahui sang suami ingin bercerai,dirinya memang merasa hancur dan menangis tersedu-sedu. Akan tetapi setelah beberapa hari,dirinya kembali pada sifat egoisnya. Merasa bisa mencari dan memiliki uang sendiri,ia tak lagi perduli pada suaminya. Namun dalam pikirannya tak terlintas sedikitpun bahwa sang suami telah memiliki istri lain. Ia hanya berpikir sang suami mungkin akan kembali padanya setelah lama tak bertemu.

     Saat ini Bu Nani disibukkan dengan persiapan pernikahan Fadly dan menantu idamannya yaitu Lia. Wanita karier dan berkelas yang menurutnya sangat pantas menjadi istri anaknya,dan selalu ia bangga-banggakan di depan keluarga maupun pada para tetangga yang kepo.

     Di rumah Bu Nani,sudah berkumpul sanak keluarga dan para tetangga yang datang membantu mempersiapkan pernikahan Fadly yang akan digelar keesokan harinya. Seperti biasa,ada saja tetangga kepo yang tak bisa menahan dirinya untuk bertanya langsung guna mengorek informasi dari yang bersangkutan.

    "Bu,kok aku penasaran ya sama mantan istrinya Fadly ? Gimana dia sekarang apa makin sukses atau sebaliknya ?" Bu Dina yang terkenal paling kepo diantara ibu-ibu yang lain mulai membuka pembicaraan sambil tangannya sibuk mengupas bawang.

   "Udah nggak kerja lagi Bu,setelah pisah sama Fadly dirinya langsung berhenti dari tempat ia bekerja." Tanpa menunggu lama pertanyaan Bu Dina tadi langsung dijawab oleh Bu Nani yang saat itu baru saja ingin memantau persiapan di dapur. Ia sangat bersemangat jika akan membicarakan kekurangan mantan menantunya.

    "Owalah,kasihan ya." Sahut beberapa ibu-ibu yang bersimpati.

     "Tapi beruntung ya Fadly,sekarang malah dapat yang cantik serta wanita karir pula."Celetuk Bu Dina lagi.

Bu Nani yang mendengar itu tersenyum bangga karena para tetangganya secara tidak langsung lewat perkataan Bu Dina,mereka mengagumi calon menantu pilihannya.

     "Iya Bu,bersyukur Fadly bisa pisah dari wanita seperti Kiara itu,kerjaan biasa aja,nggak bisa ngurus diri apalagi ngurus suaminya." Sungut Bu Nani memojokkan mantan menantunya itu.

    " iya ya,kalo aku lihat,si Kiara itu kusam banget. Kayak orang yang ngga sempat mengurus dirinya. Aku pikir mungkin saja ia sangat sibuk bekerja." Tambah seseorang ibu bertubuh kurus yang sedang membantu Bu Dina mempersiapkan bumbu.

   "Bu Nani,bumbunya harus kita beli tambah lagi." Bu Lidia seorang wanita berpembawaan kalem memotong pembicaraan.

    "Oh oke Bu,catat aja apa yang harus ditambahin biar nanti dibeli lagi." sahut Bu Nani dan langsung berbalik meninggalkan dapur. Dan para ibu-ibu kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing melupakan bahan ghibah yang sudah dibahas tadi.

Keesokan harinya,pernikahan Fadly dan Lia digelar dengan sangat mewah. Namun,ada satu hal yang membuat para tetangga dan sanak saudara bertanya-tanya. Pak Dani tak ikut hadir padahal ia adalah orang yang harus ada saat acara sakral tersebut dilangsungkan. Bu Nani sudah menyiapkan jawaban untuk hal ini. Dengan beralasan bahwa Pak Dani sedang berobat ke luar negeri,akhirnya mampu membungkam beberapa mulut julid.

Awalnya Fadly sudah menghubungi sang ayah tentang pernikahannya yang akan segera dilangsungkan. Namun dengan tegas Pak Dani mengatakan bahwa tak akan hadir karena dirinya tak merestui hubungan Fadly dan Lia yang belum lama terjalin. Apalagi setelah mengetahui bahwa Lia adalah anak dari rekan bisnisnya yang terkenal serakah,Pak Dani semakin tak ingin Fadly menikah. Namun bagaiman pun dijelaskan,sama seperti sang ibu,Fadly tidak akan pernah mau mendengarkan. Akhirnya Pak Dani hanya bisa pasrah dan membiarkan anak dan isterinya melaksanakan keinginan mereka.

Sesuai dengan aturan di mana-mana,setelah menikah suami istri akan tinggal serumah. Dan,disinilah di rumah yang dulu pernah ditempati Olah Fadly bersama sang mantan istri,Lia diboyong untuk hidup bersama.

Pukul 10.00 pagi,Fadly terbangun karena merasakan perutnya lapar. Dilihatnya,sang istri masih tertidur sangat pulas tanpa merasa terusik sedikitpun saat Fadly bergerak turun dari tempat tidur.

"Huftt... Lapar sekali."Gumam Fadly pelan dan langsung menuju dapur. Sampai di sana ia tersadar,

"Astaga,aku lupa selama ini tak pernah beli bahan makanan." Fadly memukul keningnya pelan,merutuki kebodohannya yang tak pernah menyetok makanan. selama Kiara sudah tak bersamanya,dapur tak pernah digunakan dan tak terurus

Karena rasa lapar yang sudah tak tertahankan,Fadly memilih untuk keluar dan membeli makan. Dengan menggunakan mobil,dirinya bergegas keluar mencari warung makan terdekat.

Beberapa menit kemudian,Fadly pulang ke rumah dan menenteng dua bungkus nasi yang ia beli untuk dirinya bersama sang istri.

"Yang bangun." Panggil Fadly pelan sambil sedikit menggoyangkan tangan Dianri.

Dianri menggeliat tanpa berniat membuka mata.

"Bentar lagi Yang,masih ngantuk aku." Ucap Lia sambil kembali mencari posisi tidur yang nyaman.

Melihat itu, Fadly hanya bisa menghela nafasnya panjang. Beruntung selama tiga hari Lia sedang cuti. Jadi Fadly tak perlu ekstra membangunkan nya. Ia pun kembali menuju meja makan tanpa sang isteri dan mulai makan dengan lahap.

Dalam keheningan di meja makan,Fadly kembali teringat akan pernikahannya bersama Kiara. Awal menikah saat ia memboyong mantan istrinya itu di rumah,hari pertama dirinya sangat dimanjakan dengan pagi-pagi sekali sudah tersedia berbagai hidang di atas meja. Kiara sangat pandai memasak dan tak pernah gagal membuat Fadly menuju masakannya yang selalu enak.

"Hah,ada-ada saja diriku ini,menikah sama Lia tapi Kiara yang aku pikirkan." Gerutu Fadly dalam hati. Dirinya segera menyelesaikan aktivitas makannya dan kembali ke kamar.

Di kamar,Lia terlihat masih tertidur dengan nyenyak dibalik selimut. Fadly melirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 11.00.

"Yang,ayok bangun,udah jam sebelas. Kamu nggak lapar ?" Tanya Fadly keheranan melihat Lia masih tak ingin bangun. Dirinya merasa risih dengan penampakan istri nya yang awut-awutan karena semalam tidur tanpa membersihkan make-up. Padahal dulu ia tak pernah melihat Kiara seperti ini. Mantan istrinya itu,meskipun kusam namun tak pernah sekalipun tidur dengan masih membiarkan sisa riasan di wajah. Kiara selalu terlihat bersih meskipun sibuk dengan pekerjaan.

Jauh sekali dari angan-angan Fadly yang menginginkan hari pertama bersama sang istri akan dilalui dengan penuh kebahagiaan layaknya pengantin baru. Dihidangkan makanan enak oleh istri yang berpenampilan cantik nan segar adalah impiannya.Namun impian nya itu digantikan dengan kesendirian. Bangun sendiri,menyiapkan makanan sendiri dan saat ini termenung sendiri memikirkan nasibnya ke depan akan seperti apa dengan istri pilihannya ini.