Takdir Cinta Clareance
Assalamu'alaikum. Kembali lagi dengan karya terbaru othor Dewi di sini. Selamat datang dengan cerita baru Dewi, ya. Kalian pecinta romansa jangan lupa baca, ya. Like juga, kasih bintang juga, Vote, terus komen jangan Unflw terus Flw, ya. dan dukung othor dengan membaca cerita novel percintaan ini hingga tamat. Hehehe😊
✨✨✨
Clareance Nuansa Aldinaya biasa di panggil Rea terpejam tubuhnya gemetar, gadis belia itu menahan rasa takut dan juga nyeri di punggung karena tubuhnya baru saja terhempas jatuh membentur lantai keramik.
Beberapa perempuan yang membawanya ke gudang sedang tertawa puas di hadapan Rea. Menertawakan gadis yang jatuh terjerembab tanpa perlawanan. Bukan sekali dua kali Rea mendapatkan perlakuan semacam ini di sekolah. Tubuhnya yang ramping, rambutnya setengah ikal tergerai indah dan wajah yang cantik juga manis menjalin keakraban dengan salah satu siswa yang paling populer di sekolah, membuat beberapa siswa perempuan cemburu dan akhirnya menjadikan Rea sasaran bully.
Tak ada yang mau berteman dengan gadis malang itu, kecuali ...
"Hei! Ngapain kalian di sana!" Seorang siswa laki-laki dengan tubuh tinggi tegap dengan tatapan tajam menghampiri. Menyibak kerumunan yang menutupi keberadaan Rea. Suaranya yang tegas dan lantang sontak membuat beberapa siswa yang tadinya tertawa seketika diam tak berkutik. Bahkan, salah satu dari mereka yang menjadi ketua segera berjongkok di depan Rea dan pura-pura menolong.
"Sorry ya, Rea. Kita tak sengaja, kamu nggak apa-apa, kan?" Katanya sambil mengusap wajah Rea yang berpeluh dan pucat pasi.
Sementara yang lain sibuk berkasak kusuk dan merapikan penampilan mereka. tak heran mereka bersikap seperti itu karena yang baru saja datang adalah Jayden biru Atmaga. Ketua OSIS yang pintar dan tampan.
Hampir semua siswa di sekolah Cipta Bangsa Nusantara segan padanya, karena Jayden adalah seorang siswa yang pendiam dan tidak banyak tingkah, juga salah satu siswa paling populer dikalangan banyak murid perempuan.
"Jangan ada yang pergi dari sini, sebelum kalian minta maaf pada Rea!" Teriaknya lagi, tatapannya mengedar seolah sedang menandai siapa saja yang terlibat dalam aksi bully sore itu di gudang sekolah.
Usai memperhatikan satu persatu pelaku yang menyakiti sahabatnya itu meminta maaf secara bergiliran. Jayden berlutut dan memeriksa keadaan Rea yang masih tertunduk lesu dengan tubuh gemetar. Pemuda itu beberapa kali membuang napas kasar saat menemukan bekas luka di wajah dan juga lengan Rea.
Tak tinggal diam Jayden segera bangkit dan membawa Rea pergi. Bukan cara menuntunnya melainkan menggendong gadis itu di punggung, dan hal itu sukses membuat para siswa yang melihatnya semakin murka.
"Gadis bodoh," geram Jayden lirih. Tapi Rea masih bisa cukup jelas mendengarnya. Gadis itu hanya bisa pasrah saja saat Jayden membawanya ke UKS dan mengobati lukanya. Tentu saja setelah melapor kejadian itu pada salah seorang guru bimbingan konseling yang kebetulan masih berada di sekolah.
"Ngapain kamu repot-repot nolongin gadis bodoh kayak aku," gerutu Rea merasa tersinggung karena di sebut 'gadis bodoh' oleh Jayden.
"Karena kamu nggak bisa nolongin dirimu sendiri," sahut Jayden ketus. Dia selalu begitu, tak pernah berkata manis pada Rea. Tapi Rea cukup tahu kalau Jayden selalu perhatian padanya.
Pemuda belasan tahun itu menghela napas lalu mengangkat dagu Rea dan menatap gadis itu lekat-lekat.
"Lain kali kamu harus melawan balik jangan takut sama mereka. Masa punya badan besar tapi penakut."
Rea terdiam ia tepis lengan Jayden yang masih menempel di dagunya.
"Lain kali nggak usah ikut campur. Mereka marah karena tahu kamu dekat sama aku," katanya.
Gadis itu bangkit hendak keluar dari ruang UKS yang sepi. Berada di ruangan bersama cowok paling tampan di sekolah membuat Rea merasa gugup.
"Rea, mau kemana? Lukamu belum diobati semua," panggil Jayden menghentikan langkah Rea yang hampir mencapai pintu.
"Kamu naksir, sama aku ya?" Jawab Rea tiba-tiba membuat Jayden membelalak kaget.
"Nggak usah sok baik, nanti aku jadi salah paham," sambungnya lagi sambil mendorong pintu UKS dan pergi begitu saja.
"Dasar gadis bodoh," gumam Jayden. perlahan ia meraba dadanya yang tiba-tiba bergetar, entah karena apa.
÷÷÷÷÷
Lima tahun kemudian ....
"Here we go again," keluh Jayden sambil melonggarkan kancing kemejanya, saat ia menemukan Rea duduk telungkup di meja bartender.
Gadis itu pasti sudah mabuk atau mungkin sudah pingsan karena Jayden datang terlambat. Beruntung tidak ada lelaki hidung belang yang menggodanya. Apa boleh buat, Jayden terlambat karena ia harus menghadiri pertemuan penting dengan rekan kerja di law firm tempatnya bekerja.
Alhasil, Jayden datang satu jam setelah menerima pesan singkat dari Rea yang bernada memerintah selalu saja begitu. Jayden sudah seperti supir bagi gadis yang sudah menganggap dirinya princess itu.
"Rea ..." Jayden mengusap pundak Rea dan gadis itu hanya menggeliat malas.
"It's enough, ayo kita pulang." Pria itu sedikit menarik lengan Rea, namun gadis itu menepisnya.
Wajah cantik yang sedang tipsy itu mendongak dan menatap Jayden dengan mata yang sedikit menyipit, lalu jari telunjuknya terangkat tepat di depan wajah tampan Jayden.
"Who - are - you?" Racau Rea dengan mata sayu, yang dibalas helaan napas berat oleh Jayden.
"Rea, Please ... besok aku ada meeting sama klien jam tujuh tepat, kalau kamu nggak bisa di atur aku tinggalin kamu disini," ancamannya.
Rea hanya tersenyum miring, lalu menjatuhkan jari jemarinya yang lentik pada dada bidang Jayden yang tertutup kemeja slim fit.
"It's you Jayden biru Atmaga. I know you ... tapi aku nggak mau pulang. aku belum mabuk, see?" Rea meringis menunjukkan deretan giginya yang putih.
Jayden memutar bola matanya dengan jengah. Sepertinya dia harus melakukan hal ekstrim pada Rea. Sebelum gadis itu membuatnya emosi.
Dengan gerakan cepat Jayden meraih tubuh langsing Rea dan menggendongnya di pundak. Hal serupa yang pernah dia lakukan dulu di sekolah, menggendong Rea meskipun kini berat badannya yang sekarang sudah jauh berbeda.
Sebenarnya Rea bukan pecandu alkohol, dia benci minuman keras. Tapi seminggu terakhir ini tak ada tempat lain untuk membuang semua rasa penatnya.
Semenjak Ghavin kekasihnya memutuskan hubungannya dengan Rea. Semenjak itulah Rea menjadi sedikit tidak waras dan lagi-lagi Jayden yang kerepotan mengurusnya. Selalu seperti itu setiap kali Rea putus cinta. Jayden harus siap-siap menghadapi tingkah Rea, yang lebih merepotkan dari pada bayi!
"I've told you, Ghavin itu cowok brengsek," ucap Jayden sehari setelah hubungan Rea dan Ghavin putus.
"Semua cowok brengsek di mata kamu, Jayden."
"Lain kali pakai otak kalau pilih cowok, jangan cuma pakai nafsu dan asal comot saja." Jayden menghela napas lalu menatap Rea lekat.
"Ghavin itu bukan cowok asal comot, Jay. He's a nice guy. Tampan, populer, kaya raya dan ..."
"Dan Playboy, kamu nggak tahu kalau ceweknya ada dimana-mana!" potong Jayden geram.
"Apa bedanya sama kamu!" balas Rea tak kalah sengit.
"Tapi setidaknya aku nggak pernah menyakiti hati perempuan."
"Dih! Siapa bilang?"
Jayden terdiam.
"Apa kamu lupa? Sudah berapa cewek yang nangis-nangis ke aku setelah mereka kamu PHP-in?"
"Aku nggak pernah PHP-in cewek." Jayden membela diri.
"Mereka saja yang baper, sama kayak kamu gampang baper sama cowok."
"Shut up! I hate you, Jayden!" Teriak Rea mulai emosi.
"Aku doain suatu hari nanti kamu akan jatuh cinta sama perempuan sampai rasanya mau mati. Baru setelah itu kamu bisa tahu, bagaimana rasanya menjadi aku!"
Rea tak pernah mau mengalah, apalagi kalau lawan bicaranya adalah Jayden. Lelaki itu harus berada satu level di bawahnya.
Sesampainya di rumah Rea, pelan dan hati-hati. Jayden meletakkan tubuh gadis itu di atas ranjang.
Asisten rumah tangga yang tadi membukakan pintu langsung pergi entah kemana. Karena Jayden sudah terbiasa dengan keluarga Rea sejak kecil, jadi semua orang di rumah besar itu sudah mengenalnya dengan baik.
Rea sudah tertidur beberapa saat setelah masuk ke dalam mobil milik Jayden yang membawanya pulang ke rumah orang tuanya. Namun, saat punggung Rea menyentuh permukaan seprei, tubuhnya menggeliat. Gadis itu tiba-tiba duduk dengan mata setengah terbuka dan sesuatu yang terjadi setelah itu benar-benar membuat Jayden terkejut.
Tanpa sadar bibirnya terbuka saat melihat Rea melepaskan pakaian satu persatu persis di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments