NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu Demam, Mas

🌻🌻🌻

Getaran kasur terasa dan membuatku terbangun, mataku terbuka lebar dan langsung menemukan Mas Lintang merangkak mengungkung tubuhku dari bawah. Sudah aku bayangkan adegan yang akan terjadi berikutnya, semua sudah ada di benak yang kotor ini. Perlahan pria itu mendekatkan wajahnya ke wajahku sampai aku tidak sanggup menatapnya dan memejamkan mata.

Kedua bola mataku terbuka dan melihat langit-langit kamar, wujud Mas Lintang tidak ada karena itu hanya mimpi. Ini pasti efek memikirkan tubuhnya yang sispek itu. Memikirkan pria itu terlalu dalam membawaku memasukkannya ke dalam mimpi.

Kepala aku tolehkan ke kanan dan menemukan Mas Lintang tidur menyamping ke arahku. Jika diperhatikan, memang tampak dan tidak rugi juga menikah dengannya meksipun usianya dua belas tahun lebih tua dariku.

Tanganku mulai nakal, aku tidak bisa mengontrolnya saat ingin menyentuh hidung mancung pria itu.

"Nayla," igau Mas Lintang sambil menggenggam tanganku.

Nayla? Mungkinkah itu nama mendiang istrinya? Bisa jadi. Raut sedih langsung tergambar di wajahnya dan itu menarik rasa prihatin. Tangan Mas Lintang menggenggam begitu erat dan menaruhnya ke dadanya. Bibirnya yang kudapati kering mulai membuatku merasa sesuatu yang aneh. Telapak tangan kiri aku tempelkan di dahinya yang ternyata dugaanku benar, suamiku itu demam.

"Mas ...!" panggilku.

Mas Lintang membuka mata dan menatapku beberapa saat.

"Kamu demam, Mas. Tunggu, aku ambil obat."

Ketika hendak duduk, pria itu menarik tanganku, tidak membiarkanku pergi. Tubuhnya malah beringsut mendekat dan memelukku. Itu membuat tubuhku mematung dalam diam melihat tingkah tersebut. Yang membuatku penasaran, pandangannya saat ini melihatku sebagai mendiang istrinya atau aku?

Sedikit dramatis. Kujalani adegan itu, diam di posisiku sambil membelai rambut pria itu dan jujur ini romansa pertamaku dalam menjalin hubungan. Jujur, sepertinya aku mulai merasakan hal yang aneh dalam hatiku, rasa tertarik itu berubah menjadi rasa kagum, di tambah lagi ketika aku mengingat cara pria itu bersikap kepada ibu dan anak-anaknya. Jarang bisa menemukan laki-laki yang begitu tanggung jawab dan karakternya itu salah satu tipe pria idamanku.

***

Pagi-pagi sekali kami ke kediaman Bu Sulis, akan mengantar anak-ke sekolah sekaligus. Cukup merepotkan, tapi aku tidak bisa meninggalkan ibu di rumah sendiri. Jika aku membawa anak-anak itu ke rumah ibu, mala Bu Sulis yang akan sendiri. Jika kami tidak bersama, itu juga tidak mungkin, rumah manapun tidak bisa menampung orang yang begitu banyak, baik di rumah Bu Sulis maupun rumahku.

"Ibu ...!" Delia berlari ke arahku setelah melihat mobil kami berhenti di depan gerbang rumah.

Tiga lainnya menyalam tangan Bu Sulis, pamit. Sebelum meninggalkan rumah itu, aku menghampiri ini mertuaku itu, di mana aku akhirnya berpapasan dengan ketiga anak Mas Lintang yang melirik tajam dengan ekspresi menggertak. Seketika aku merasa seperti anak baru yang dibuly oleh teman-temanku.

"Bu," sapaku sambil menyalam tangan Bu Sulis.

"Iya. Kalian pasti kesulitan sana-sini mengurus anak-anak. Maafkan Ibu."

"Tidak perlu minta maaf. Tidak ada yang salah, juga tidak ada yang merasa kesulitan. Kalau begitu, Fina dan anak-anak pamit."

"Hati-hati." Wanita itu menepiskan kedua tangan ke bahuku.

Kembali aku ke mobil, duduk di bangku depan, di posisi awal. Mas Lintang menyalakan klakson dan menjalankan mobil setelah kami semua berada di dalam mobil.

"Sepertinya ibumu benar, Mas. Kita maupun anak-anak kesulitan sana-sini mengurus mereka. Sebenarnya aku punya satu ide, tapi aku harus membicarakannya dulu bersama ibuku."

"Ide apa?"

"Kakakku akan aku suruh tinggal bersama Ibu. Jika tidak, Ibu yang akan tinggal di rumah mereka. Jika kita seperti ini setiap harinya, aku rasa tidak bagus. Jadi, setelah itu aku bisa tinggal di rumahmu bersama anak-anak."

"Tidak perlu," sahut Shani dari belakang.

"Rumah tidak menampung orang baru," tambah Zien.

"Kenapa? Kalau Ibu tinggal bersama kita, Delia bisa lebih banyak bermain bersama Ibu. Bu, tinggal di rumah Nenek, ya? Ibu ...," bujuk gadis kecil itu.

"Tolong jaga mulut kalian saat berbicara. Fina lebih tua dari kalian," tegur Mas Lintang kepada anak-anaknya sambil menyetir mobil.

"Sudah ...! Biarkan saja," ucapku dengan suara kecil kepada pria itu dan tersenyum agar tidak menjadi beban pikiran untuknya.

Pandanganku mengarah ke cermin yang ada di di hadapan kami, memperhatikan ekspresi ketiga anak di belakang yang kesal. Sabar ... jangan membalas mereka dengan hal yang sama karena aku yakin lama-kelamaan mereka akan luluh.

Satu persatu anak Mas Lintang kami antar ke sekolah mereka masing-masing, dan terkahir aku dan Shani yang di antara suamiku itu.

Setelah mendapatkan uang jajan dari sang ayah, Shani bergegas masuk ke dalam gerbang. Kelihatan gadis itu berusaha menjaga jarak denganku, tidak ingin siapapun tahu mengenai hubungan kami.

"Maafkan sikap Shani," ucap Mas Lintang, pria itu menatapku, mungkin sejak aku memperhatikan Shani.

"Tidak apa-apa, Mas." Kusalami tangan Mas Lintang dan keluar dari mobil.

Tangan aku lambaikan ke arah pria itu. Tingkah Mas Lintang langsung tampak berbeda, terlihat tidak nyaman aku memperlakukannya begitu. Namun, aku tidak boleh mengubah tingkah itu yang akan aku jadikan sebagai kebiasaan demi menjalin hubungan baik dengannya.

Aku berdiri di tepi jalan sampai mobil yang dikemudikan Mas Lintang sudah tidak terlihat lagi di indra penglihatanku. Tujuan aku lanjutkan, memasuki pekarangan sekolah dengan beberapa murid menyapa seperti biasa.

Dua anak gadis yang kemarin memeras Shani berjalan di sisi kanan dan kiri Shani, mereka tampak tengah memacu anak tiriku itu. Kecepatan langkah kakiku bertambah, mengimbangi mereka dan kedua gadis itu berhenti berjalan setelah aku menatap mereka dengan sorot mata cukup dalam.

"Jangan ikuti aku," ucap Shani dengan suara kecil tanpa memberhentikan kaki berjalan.

"Mereka ingin memerasmu lagi?"

Shani berhenti berjalan, berdiri menatapku dengan sorot mata menahan rasa kesal.

"Jangan ikut campur urusanku," balas Shani.

"Bagaimana aku bisa diam kalau mereka ingin berbuat jahat padamu. Tidak bisa," balasku.

"Kamu bukan siapa-siapa."

"Bukan siapa-siapa? Aku ibumu. Bukankah aku sudah menikah dengan ayahmu? Jadi, aku adalah ibumu dan kamu harus mendengarkanku. Selain itu, aku juga gurumu di sekolah ini yang harus kamu hormati. Jadi, panggil aku Ibu atau Kakak," terangku dengan sedikit pemaksaan.

"Aku-tidak-mau." Shani lanjut berjalan.

"Kalau begitu, aku akan ungkapkan hubungan kita," ucapku sebelum gadis itu berjalan cukup jauh dari keberadaan sehingga kami masih bisa berbicara dengan suara kecil.

Gadis itu langsung berhenti berjalan dan memutar badan ke arahku, menatapku dengan mata tajam, dan kedua tangannya terlihat mencengkeram kuat.

"Awas saja kalau kamu sampai mengatakannya ke orang-orang di sekolah," ucapnya.

"Ingat, aku bilang apa tadi?" Mengingatkannya untuk sopan memanggilku.

"Iya, Kak," ketusnya dan melanjutkan langkah dengan kesal.

Kepergiannya meninggalkan senyuman di bibirku. Menurutku, meluluhkan gadis ini tidak terlalu sulit.

1
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!