NovelToon NovelToon
Aku Wanita Pendukung Di Era 70

Aku Wanita Pendukung Di Era 70

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

menurutmu apa yang akan terjadi jika aku tau, dirimu hanya seorang wanita pendukung dalam sebuah kisah cinta yang fenomenal.

mungkin seseorang akan memiliki beberapa pendapat berbeda tapi bagi wanwan dia akan menjauhkan diri dari pahlawan dan pergi sejauh mungkin.
Hanya saja semakin dia jauh maka pahlawan pria semakin dekat dan..

Pahlawan pria baru akan mendekat.

Ada jari emas tapi hampir tidak berguna.

ini karena dia hanya lah sosok peran pendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Malam itu, halaman rumah keluarga Han terasa hangat dan nyaman. Nenek Han, Kakek Han, Ayah Han, serta Paman Pertama dan Paman Ketiga, semuanya duduk di bangku kayu, menikmati angin malam yang sepoi-sepoi setelah makan malam. Lampu minyak tergantung di dekat pintu rumah, menerangi halaman dengan cahaya temaram. Mereka berbincang santai, membicarakan tentang hasil kerja di ladang hari itu dan rencana untuk esok hari.

Namun, suasana tenang itu perlahan berubah. Dari kejauhan, terdengar suara riuh rendah seperti suara langkah kaki dan obrolan ramai. Nenek Han mengangkat alisnya, penasaran. “Apa itu?” gumamnya pelan.

Tak lama kemudian, sekelompok orang mulai muncul di jalan setapak menuju rumah mereka. Beberapa di antaranya menarik meja makan dengan penuh antusias, sementara yang lain membawa sumpit dan piring, seolah siap untuk mengadakan pesta. Ada yang bahkan membawa baki kayu berisi hidangan makan malam lengkap, meletakkannya di meja yang mereka bawa. Ketika kelompok itu semakin dekat, wajah-wajah mereka terlihat penuh kegembiraan.

"Nyonya Han!" seru seorang wanita tua yang pertama kali mendekat, senyum lebar di wajahnya. “Apakah Wanwan sudah selesai makan? Kami tak sabar ingin mendengar dia bernyanyi lagi! Kapan dia akan mulai?”

Nenek Han tertegun sejenak, tak tahu harus menjawab apa. Tadi siang, ia hanya bercanda tentang Wanwan yang akan bernyanyi lagi malam ini. Siapa yang menyangka warga desa akan benar-benar datang dan menganggap serius perkataannya? Kakek Han yang duduk di sebelahnya pun sama terkejutnya. Matanya menyipit sedikit, seolah mencoba memastikan apakah ini kenyataan atau hanya lelucon yang dibawa oleh malam.

Namun, sebelum mereka sempat mengatakan apapun, orang-orang terus berdatangan. Salah satu pria menarik sebuah meja kayu besar dan meletakkannya tepat di tengah halaman, lalu dengan bangga menata makan malam keluarganya di sana. "Kami datang untuk makan di sini sambil menunggu Wanwan bernyanyi," katanya sambil tertawa. “Kita bisa makan sambil mendengar suara emasnya!”

Ayah Han tertawa canggung, sementara Paman Pertama dan Paman Ketiga saling bertukar pandang. Mereka tidak menyangka antusiasme desa akan sebesar ini. Tawa kecil terdengar di antara keluarga, tetapi di balik tawa itu ada perasaan gugup yang mulai merayap perlahan. Apakah Wanwan bisa tampil sebagus malam sebelumnya?

Saat keramaian terus meningkat, Kepala Desa dan Kapten muncul di pintu gerbang, membawa buah tangan yang cukup mewah untuk ukuran desa yang sederhana. Kepala Desa membawa sekantong besar gula merah.Ini adalah barang yang begitu dihargai di desa sebagai hadiah.

Sementara Kapten dengan bangga menyerahkan sepuluh butir telur ayam segar. “Ini sebagai tanda penghargaan kami,” ujar Kepala Desa sambil tersenyum kepada keluarga Han. “Wanwan sungguh berbakat. Tak ada yang menyangka gadis desa seperti dia bisa bernyanyi dengan begitu indah.”

Kapten mengangguk setuju, “Saya sendiri tak sabar mendengarnya malam ini.”

Nenek Han tersenyum kaku, berusaha menyembunyikan keterkejutannya. “Oh, ini… Terima kasih. Wanwan hanya bernyanyi untuk bersenang-senang saja,” ucapnya, mencoba merendah meskipun di dalam hati sedikit gugup.

“Bersenang-senang atau tidak, itu tetap bakat, Nyonya Han!” sahut salah satu tetangga yang ikut datang, sambil menaruh baki berisi makanan di meja. “Dan bakat seperti itu tidak bisa disia-siakan, meskipun tidak menghasilkan uang. Kalian sungguh beruntung memiliki cucu yang berbakat!”

Ayah Han mengangguk dengan senyum canggung, menggaruk kepalanya yang mulai terasa panas karena pujian bertubi-tubi. “Ya, kami beruntung,” gumamnya, meskipun di dalam hati dia sedikit khawatir, sama seperti yang lain. Apakah Wanwan bisa mengulang penampilan yang luar biasa seperti sebelumnya?

Sementara itu, Paman Ketiga menatap ke arah pintu rumah dengan gelisah. Tiga anak-anaknya juga duduk di sampingnya dengan pandangan heran karena mereka tidak tahu ada yang sedang terjadi.

Mereka jelas ingin bertanya kepada ayah apa yang sedang terjadi tapi ayahnya sendiri pikirannya sedang berkecamuk. Apa yang akan terjadi jika malam ini suara Wanwan tidak seindah yang diharapkan?

Mereka sudah mendapat pujian begitu banyak, bahkan dari Kepala Desa dan Kapten. Jika Wanwan tidak tampil dengan baik, semua orang mungkin akan kecewa dan keluarganya akan merasa malu. Namun semua itu tidak terucap hanya disimpan dalam hati dan diam-diam dirasakan oleh seluruh anggota keluarga.

Di tengah kegugupan itu, suara tawa dan obrolan riang warga desa terus mengisi halaman. Meja-meja mulai penuh dengan makanan dan piring, dan semakin banyak orang datang bergabung, membawa bangku kecil dan makanan ringan. Ada yang bahkan membawa teko teh dan camilan, siap untuk menikmati malam sambil mendengarkan nyanyian Wanwan.

Melihat semangat dan kegembiraan warga desa, Nenek Han akhirnya memaksakan senyumnya menjadi lebih hangat. “Baiklah, kita lihat nanti. Wanwan sedang bersiap-siap,” katanya.

Nenek Han yang tadinya duduk dengan canggung di halaman, akhirnya tidak tahan lagi. Melihat semakin banyak orang yang datang dan semua mata tertuju ke arah rumahnya, dia bergegas bangkit dan masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat. Setibanya di dapur, Wanwan terlihat sedang sibuk mencuci piring dengan tenang, tak tahu bahwa di luar sana seluruh desa sudah menunggunya.

"Wanwan!" Nenek Han langsung memanggilnya dengan nada tegas. Wanwan menoleh, agak terkejut melihat neneknya yang tampak terburu-buru.

"Nenek, ada apa?" tanyanya sambil melanjutkan mencuci.

Nenek Han mendekat dan menarik tangan Wanwan dengan keras. "Lupakan piring-piring ini! Kau harus bersiap untuk bernyanyi lagi malam ini. Seluruh desa sudah berkumpul di halaman kita! kau harus menyanyi sebagus semalam mengerti. Kau tidak boleh mempermalukan keluarga Han. Ayo, cepat!"

Wanwan tertegun bukannya dia khawatir tidak tampil bagus tapi dia khawatir karena dia belum siap "Tapi... Aku tidak siap, Nek. Aku bahkan tidak tahu harus menyanyi apa..." jawabnya ragu.

Nenek Han tidak mau mendengar alasan. "Tidak ada waktu untuk ragu! Pakailah pakaian terbaikmu dan buat kami bangga. Ini demi keluarga kita!" Dengan berkata begitu, dia menggiring Wanwan menuju kamar.

Di kamar, Ibu Han sedang merapikan tempat tidur ketika Nenek Han masuk sambil menyeret Wanwan. “Wanwan harus bersiap untuk bernyanyi. Cari pakaian terbaik untuknya,” perintah Nenek Han.

Ibu Han tersenyum kikuk tapi dia tidak bergerak untuk mengambil sehelai pakaian yang menurutnya adalah pakaian . “ibu mertua, pakaian terbaik Wanwan itu... ya hanya ini, pakaian bekas kakaknya. Dia tak punya baju yang lebih bagus,” jawabnya.

Wajah Nenek Han mengernyit, dia mengangkat pakaian itu sedikit dan melihat beberapa tambalan di sana. setelah melihat berkali-kali dia jelas tidak puas.

 “Ah, masa begini jelek,is kau mau dia pakai baju lama? Apa kata orang nanti? Ini soal wajah keluarga kita!” serunya.

Tidak ini hanya masalah 10 telur dan sekantong gula merah.Uh belum lagi ada beberapa yang mengirimkan semangkuk sup ketika mereka datang membawa meja dan berpikir untuk makan malam ketika mendengarkan suara merdu wanwan.

Tanpa berpikir panjang, Nenek Han keluar kamar dengan tekad bulat. Dia menuju kamar Paman Pertama, mengetuk pintu dengan keras dan langsung masuk tanpa menunggu jawaban. Di sana, Bibi Pertama yang sedang membereskan pakaian, menoleh dengan ekspresi kaget.

“ibu mertua? Ada apa ?” tanya Bibi Pertama heran. Ibu mertuanya ini tidak pernah masuk ke dalam kamarnya sendiri karena itu ada privasi setiap keluarga.

Tapi yang terjadi hari ini adalah hal yang sangat membingungkan.

Nenek Han mendekati lemari pakaian dan mulai membuka pintunya. "Aku butuh pakaian terbaik Aying untuk Wanwan," katanya tegas.

Tiba-tiba saja mata yang menangkap sebuah pakaian yang masih terlihat baru. Wanwan dan aying memiliki sosok tubuh yang hampir mirip jadi dia pikir pakaian ini masih cocok untuk wanwan tampil.

"Nah yang ingin cocok"serunya.

Tapi Bibi Pertama segera menolak. “Ibu mertua ,ini pakaian Aying yang baru dipakai dua kali! Dia masih sekolah di kota dan pakaian ini harus dijaga baik-baik,” protesnya mencoba menghalangi Nenek Han.

Putrinya adalah gadis yang menjanjikan dan pakaiannya tidak boleh sama dengan gadis desa bendera merah terutama dengan wanwan.Jika wanwan memakainya satu kali bukankah artinya putrinya akan memakai pakaian bekas.

Tidak ini tidak bisa dilakukan.

Namun Nenek Han tak mau kalah. “Ini demi keluarga kita dan demi Wanwan! Kau tak dengar? Seluruh desa sudah menunggu di luar! Kalau Wanwan menyanyi malam ini, itu akan jadi kebanggaan untuk kita semua. Jangan berpikir kecil, ini soal kehormatan keluarga kita!”

Dengan berat hati, Bibi Pertama akhirnya menyerah, meskipun wajahnya masih tampak tidak puas. Dia merelakan pakaian baru milik Aying, pakaian yang berwarna cerah dan terlihat lebih mewah dibandingkan pakaian-pakaian lainnya. “Hanya kali ini, ya,” gumamnya, menyerahkan pakaian itu dengan enggan.

Nenek Han tersenyum puas, lalu segera kembali ke kamar Wanwan dan menyerahkan pakaian tersebut. "Pakai ini. Kita harus memberi kesan baik kepada semua orang!" tegasnya.

Wanwan memandang pakaian itu dengan sedikit ragu. "Ini pakaian sepupu Aying..." bisiknya pelan.Bukan apa apa, wanwan ragu, Apakah pakaian ini pernah dicuci sebelumnya.

Iyuhh...

Ibu Han menepuk bahunya dengan keras karena berpikir putrinya ini tidak patuh lagi“Tak apa, Wanwan. Kau pakai saja,” ujarnya.

Dengan wajah enggan yang di buat buat.Wanwan akhirnya mengenakan pakaian itu. Sementara itu, di halaman, orang-orang mulai gelisah. Suara obrolan semakin ramai, dan mereka tak sabar menunggu. Beberapa anak kecil berlarian di antara orang dewasa, sementara beberapa pria sudah duduk santai dengan gelas teh di tangan.

Di sisi lain halaman, sekelompok pemuda pendidikan baru saja tiba. Yuna, Ding Tao, Gu Mila, dan Song An berdiri di sudut, sedikit menjauh dari keramaian. Selain song an, mereka semua memandang warga desa dengan pandangan skeptis dan tak berminat untuk bergabung

Mereka datang hanya untuk menyaksikan lelucon penduduk desa yang menurut mereka tak mungkin sepadan dengan bakat seni orang kota.

Yuna menatap ke arah warga desa yang sedang bercanda dan tertawa, lalu mengangkat alisnya. “Benar-benar tidak mungkin seorang gadis desa bisa menyanyi sebaik yang mereka katakan,” ujarnya dengan nada merendahkan. “Kalau dia berbakat, pasti dia sudah direkrut ke departemen seni atau propaganda, bukan?”

Ding Tao dan Gu Mila mengangguk setuju, sambil melirik ke arah orang-orang yang terus berdatangan. “Desa Bendera merah terkenal miskin. Apa mungkin ada yang berbakat di sini?” Ding Tao menambahkan dengan tawa kecil.

Benar-benar lucu.

Song An yang berdiri agak jauh dari mereka, mendengarkan dengan wajah tak senang.

“Kalau kalian tidak percaya, diam saja dan dengar sendiri?” tantang Song An tiba-tiba, suaranya terdengar tegas. “Tidak ada salahnya kalian lihat secara langsung kan?”

Yuna melirik Song An, ekspresinya sedikit berubah. Ada rasa cemburu yang terselip di matanya. Apakah Song An mulai tertarik pada gadis desa itu? Pikiran itu membuat hatinya tak nyaman, apalagi sejak insiden tenggelamnya Song An kemarin, Yuna masih belum tahu siapa yang menyelamatkannya. Apakah mungkin gadis desa itu?

Sebelum dia sempat menjawab, seorang wanita tua dari desa lewat di depan mereka, membawa piring besar penuh camilan. Melihat pemuda pendidikan berdiri di sudut dengan wajah acuh, wanita itu tersenyum sinis dan menyindir, “ Mau bergabung dengan kami? Paling-paling nanti kalian cuma ingin nonton gratis kan?”

Wanita tua mengejek karena tidak melihat pemuda pendidikan membawa sesuatu di tangan alias dengan tangan kosong. Jadi artinya mereka datang untuk menyaksikan kegembiraan secara gratis.

Sama seperti pemuda pendidikan yang meremehkan warga desa, wanita tua ini juga meremehkan mereka.

Para pemuda pendidikan hanya membalas dengan tatapan dingin, tak peduli dengan sindiran itu. Mereka memang datang bukan untuk bergabung, melainkan untuk menyaksikan lelucon besar.

Tidak ada apa-apa di desa kecil ini yang bisa membuat mereka terkesan.

Sementara itu, di dalam rumah, Wanwan sudah bersiap dengan pakaian aying.

Nenek Han menyaksikan dia dari ujung kaki sampai ujung rambut dan setelah dia puas barulah dia berkata "bagus seperti inilah, tapi ingat kau harus bernyanyi dengan bagus jangan memalukan wajah tuaku oke"

Wanwan tidak menjawab tepat waktu karena dia sedang berpikir sebenarnya lagu Apa yang harus dibawakan malam ini.

Jika kamu menyebutnya Dia sedang gugup itu salah. Tidak mungkin mantan artis papan atas gugup dengan jumlah mata yang sebenarnya tidak banyak ini.

Dulu ada ribuan mata yang melihatnya secara langsung di pentas .Begitu juga dengan mata penonton yang ada di dunia maya.

Dia tidak pernah gugup sama sekali namun saat ini dia dihadapkan dengan sebuah masalah.

Mau menyanyikan lagu apa.

1
Salsabila Arman
lanjut
Lala Kusumah
double up atau crazy up dong... kereeeeeeeennnn kan Wan Wan..... lanjuuuuuuuuuuutttt
Dewiendahsetiowati
crazy up thor
Naffa Laita
othor kok up selanjutnya belum ada ya thor?? /Bye-Bye/
Aisyah Suyuti
menarik
🍄NOFA🍄
han wan pasti terkejut
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Salsabila Arman
lanjut
Lala Kusumah
crazy up dong, atau double up 🤭✌️😂
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Salsabila Arman
lanjut
palupi
wanwan... habis nyanyi ntar tau tau jadi juragan beras 😂😂😂
Lala Kusumah
wah wanwan ada yg lamar duh... lanjuuuuuuuuuuutttt
🍄NOFA🍄
Wah karir menyanyi di departemen seni kemiliteran
Slovlya✯
lanjut lanjut
Salsabila Arman
lanjut
🍄NOFA🍄
tidak menyenangkan pastinya
🍄NOFA🍄
kesalahannya adalah kamu tidak peduli pada masa depan anak perempuanmu
Dewiendahsetiowati
up lagi thor
Salsabila Arman
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!