Azzura memilih meninggalkan kota yang ia tinggali beberapa tahun terakhir. Menjauh dari laki-laki yang menjadi cinta pertamanya sekaligus laki-laki yang selalu memandangnya buruk. Laki-laki itu adalah Abizar.
Di kota yang baru, ia bertemu Dokter Fatur yang akan membantunya untuk sembuh dari kelumpuhan yang ia terima karena sebuah kecelakaan. Seorang duda dua anak dimana anak bungsunya mengalami sakit berat.
Freya, putri bungsu Dokter Fatur itu menarik hati Azzura. Keduanya menjadi akrab saat sering bertemu di rumah sakit hingga gadis kecil itu memohon agar bisa memanggil Azzura dengan panggilan Mami.
" Jadilah Mami Freya sesungguhnya. Menikahlah denganku," pinta Dokter Fatur pada Azzura.
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSIS 10 Penolakan
Bukan Sebatas Istri Status (10)
"Masih memikirkan Zura?," tanya Ilham melihat Abizar hanya menatap keluar. Mereka sedang ada di Yayasan.
" Apa kesempatan itu tidak akan pernah ada?,"
"Bukan tidak ada. Kamu yang tidak pernah memanfaatkannya,"
Abizar melihat pada kakak sepupunya. "Aku hanya ingin menebus semua kesalahanku,"
" Tebuslah dengan tidak mengganggunya lagi."
" Apa Zura benar akan menikah dalam waktu dekat?,"
Abizar selalu ingin menolak apa yang di katakan oleh Ilham saat ia menahannya untuk tidak menemui Azzura. Padahal kesempatan untuk bertemu Azzura itu kesempatan langka.
" Hmm. Dia bilang begitu. Dia minta kamu tidak usah berusaha menemuinya lagi untuk sekedar minta maaf karena dia sudah memaafkanmu,"
" Apa mungkin dia mengatakan itu hanya agar aku tidak berusaha menemuinya?,"
" Dia bukan Hafiza yang suka berbohong,"
Deg
Ilham hanya mengedikkan bahunya saat Ilham melihat ke arahnya.
Sampai detik ini, ia masih kecewa pada sepupunya itu.
" Ya, Abang benar. Aku saja yang bod0h. Bisa-bisanya sepercaya itu pada Fiza,"
"Ya, sudahlah. Sekarang kamu tahu apa yang sebenarnya. Abang harap kamu tidak lagi mudah di profokasi oleh siapapun.
Saat mendapatkan informasi apapun, tabayun dulu. Jangan langsung percaya,"
Ilham mengangguk. Hanya keledai yang akan terperosok pada lubang yang sama.
" Ngomong-ngomong soal Fiza, dia masih berusaha mendekatimu kan?"
" Ya. Dia bahkan meminta orangtuanya untuk memintaku untuk meminangnya."
Ilham terkekeh. Ia jadi ingat dulu, saat Kenan meminta Abizar untuk menjadi suami dari Azzura.
" Jawabanmu?,"
" Aku tolak. Mana mau aku dengan perempuan seperti dia. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan,"
" Berbanding terbalik dengan Zura yang mengikhlaskan kamu untuk wanita yang kamu cintai kan?,"
" Aku menyesal sekarang. Tapi, semua sudah terlambat,"
" Begitulah. Yang namanya penyesalan memang selalu datang terlambat,"
Keduanya terdiam. Hingga ketukan pintu membuat keduanya melihat ke arah pintu masuk.
Tok.. Tok... Tok...
" Masuk," terjak Ilham
" Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam ," jawab keduanya serempak
Sesosok gadis berhijab yang baru saja mereka bicarakan masuk dengan senyuman manisnya.
Abizar hanya menghela nafas sementara Ilham menggelengkan kepalanya.
"Kak, aku mencari mu. Kenapa teleponku tidak di angkat. Pesan ku juga tidak di balas,"
" Aku sedang tidak ingin di ganggu," jawab Abizar datar.
Hafiza langsung duduk di sofa Single tanpa peduli jika dua laki-laki di dalam ruangan itu terganggu akan kehadirannya.
" Ada perlu apa? Cepat katakan! Kami masih harus membahas beberapa hal," ketus Abizar. Kini ia merasa enggan berdekatan dengan Hafiza.
" Kak, soal permintaan Ayah..."
" Aku sudah menolaknya. Aku tidak berniat untuk meminang mu," Abizar memotong ucapan Hafiza.
" Tapi, kak..."
" Aku tidak pernah mau memulai hubungan yang di awali dari kebohongan. Harusnya kamu tahu itu."
" Maaf," ucapnya sendu. Berharap Abizar luluh dengan wajah sendunya.
" Aku sudah memaafkan. Tapi, tidak berniat melanjutkan lagi. Jadi, tolong sampaikan pada ayahmu, tidak perlu meminta pada Abah lagi. Aku sudah menolak. Abah juga sudah tahu,"
" Kak, kenapa hanya Karena Zura, kita...."
" Semua bukan karena Zura. Tapi karena kebohongan yang kamu lakukan,"
" Kak..."
" Pergilah jika tidak ada hal lain yang ingin di bicarakan,"
Hafiza berdiri dan menghentakkan kakinya. Kesal dengan penolakan demi penolakan yang dilakukan Abizar padanya.
Brakkk
Tanpa salam, Hafiza langsung keluar ruangan dan membanting pintu dengan keras.
" Mantan calon istri pilihanmu ternyata adab nya sangat bagus ya..." ucap Ilham dengan nada mengejek.
Abizar hanya memutar bola matanya malas.
...******...
" Besok Mommy akan menjemputmu,"
" Jangan besok, Mom. Aku dan ayah akan ada acara," tolak Daisy.
Freya sudah di perbolehkan pulang. Ia bahkan tampak jauh lebih sehat apalagi saat Fatur mengatakan akan menjadikan Azzura sebagai Mami yang sesungguhnya.
Daisy senang. Ia berjanji tidak akan bersikap egois lagi.
" Kalian akan pergi? Sekeluarga?,"
" Ya."
" Kemana?,"
"Ke..." Daisy tiba-tiba bungkam. Ia ingat jika beberapa saat lalu pernah mendengar ibunya yang ingin kembali pada ayahnya.
" Acara keluarga saja. Yaya baru pulang dari rumah sakit."
"Oh." Dara tidak antusias jika itu berhubungan dengan Freya.
"Jadi, kapan kamu akan meningap di tempat Mom?,"
" Sabtu depan saja ya,"
"Ok, Ya sudah, Mom harus segera pergi."
"Hmm,"
Klik
Daisy menghembuskan nafasnya. Bukan berniat berbohong. Namun, ia tak mau ibunya mengacaukan acara lamaran nanti.
Daisy tidak mau Freya sedih jika semuanya berantakan.
" Kak, lihat. Gamisnya bagus yang mana?," tanya Freya yang masuk ke kamarnya dengan membawa dua buah gamis.
Gamis bermotif bunga dan polos. Sangat lucu untuk dipakai anak seusianya.
" Untuk acara besok?," Daisy menaikkan alisnya.
bBasanya jika ada acara, Freya suka memakai gaun dengan lengan pendek. Ini malah gamis.
" Iya. Mau seperti Mami. Mami cantik kalau pakai gamis dan kerudung. Aku juga mau." jelasnya antusias mengemukakan alasan kenapa pilihannya jatuh pada gamis bukan gaun seperti biasanya.
" Tapi, dua-duanya warna biru?,"
Daisy lagi-lagi mengerutkan keningnya. Warna biru bukan warna kesukaan Freya.
"Mami bilang, besok Mami mau pakai gamis warna biru. Warna kesukaan Mami. Daddy juga pakai kemeja biru. Yaya mau juga, biar matching,"
Daisy tertawa. " Anak kecil tahu matching,"
Freya hanya tertawa juga.
"Jadi kita pakai warna biru untuk acara besok?,"
"Iya."
"Ya, sudah. Ini aja." tunjuk Daisy pada gamis bermotif.
" Kerudungnya polos," tambah Daisy.
" Ok. Makasih, kak," Freya kembali ke kamarnya.
Sementara di ruang tengah ada keluarga yang sedang sibuk membuat hantaran.
" bagaimana?," tanya Husna, adik dari ibu Fatur.
" Bagus, Tan. Maaf ya jadi merepotkan,"
" Tidak. Tante malah senang kamu mau melibatkan Tante,"
Fatur tersenyum. Ia bahagia tantenya tidak memandang buruk calon istrinya.
" Kalau saja Mama bisa menerima Zura seperti Tante, aku pasti lebih senang." ada perasaan sedih. Ibunya sangat terlihat menolak acara lamaran ini.
Bahkan tidak mau ikut ambil bagian dalam menyiapkan hantaran.
" Yang sabar ya."
Fatur mengangguk. "Apa aku salah jika tetap melanjutkan acara lamaran ini?,"
" Tidak. Kamu sudah benar. Tidak banyak perempuan yang bisa menerima anak bawaan suaminya."
" Tante benar."
"Azzura satu dari sekian perempuan yang menerima anak sambungnya dengan baik. Jangan sia-siakan."
Fatur mengangguk.
"Ibumu lambat laun juga pasti akan menerimanya. Dia hanya tidak mau kamu menikah sekarang-sekarang kan? karena ingin menunggu calon menantunya sembuh?,"
" Iya."
"Tidak perlu khawatir ya. Hanya saja kamu harus menceritakan masalah ini pada Zura. Jangan sampai ia kaget dengan sikap Mama mau,"
"Tante benar. Mama sedikit ketus jika tidak suka dengan seseorang,"
" Tapi, kamu tidak berbohong kan soal kondisi Azzura?,"
" Soal dia yang pasti bisa sembuh?,"
"Iya,"
"Tidak. Hanya memang waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan kaki Zura cukup lama."
" Syukurlah."
.
.
.
TBC
Tp sneng krna akhrnya bhgia....
d tnggu crta yg lain'ny y....smngttt.....
di tunggu karya terbaru nya
mngkn nnti bayu jg mlai mnrima ibunya....
Nah loohh....spa yg dtng???
yg baik,akhrnya bhgia...yg jht,mndrta...