Pelukan Mantan Ketua Gangster

Warna-warni dari lampu kecil yang tergantung mengelilingi sebuah bangunan membuatnya indah di pandang mata. Sebuah restoran yang berada agak jauh dari tepi jalan tampak ramai oleh pembeli, terlihat beberapa pelanggan keluar masuk dari pintunya.

Meja nomor 14, meja restoran paling pojok yang berada dekat jendela. Florin duduk disana sendirian sambil menyentuh bunga plastik dalam vas cantik yang ada di atas meja. Dia memain-mainkan jarinya di kelopak merah muda bunga itu, menunggu seseorang kembali.

"Flo?"

Suara serak seseorang yang memanggil namanya membuat Florin langsung mendongak ke sumber suara, seorang pria berdiri di dekat meja. Dia tak sendiri, ada seorang wanita yang sangat dia kenal bersama pria itu. Alex dan Keila.

Tatapan Flo langsung tertuju pada tangan mereka yang bergandengan, Keila langsung melepaskan tangannya menyadari tatapan Flo yang mengarah kesana. Namun Alex kembali meraih tangan Keila dan menggenggamnya erat, seolah dia ingin memperlihatkan nya dengan jelas pada Florin.

"Kebetulan sekali kita bertemu disini, ya. Kau sendiri? Dimana Dean?" tanya Alex dengan dagu terangkat.

"Dia tak disini," Florin mengalihkan pandangannya dari mereka.

"Oh benarkah? Berarti kau sendiri, kan? Kami akan duduk denganmu." Alex berniat untuk duduk, namun Keila tampak menahannya. Dia tak ingin duduk disana, bahkan dia tak menyapa Florin sejak datang. Mereka tampak berdebat.

"Kalian sedang meributkan apa? tidak ada yang mengizinkan kalian duduk" Florin menatap tajam pada Alex dan Keila bergantian, "Dan aku tidak pernah bilang kalau aku sendiri."

"Haha, kau masih saja angkuh seperti biasa. Jangan berbohong, tidak ada orang lain selain kami yang bisa kau ajak makan disini," balas Alex tak ingin kalah. Namun tiba-tiba ada yang mendorongnya dari belakang, membuatnya terdorong menjauh dari meja.

Seorang pria yang memakai kaos abu-abu dan celana jeans duduk di bangku yang berseberangan dengan Florin. Liam langsung membuka menu bersiap untuk memesan.

"Kau sudah memilih?" tanya Liam pada Florin, tak menghiraukan dua orang yang ada di dekatnya.

"Sudah, aku pesan —"

"Kalian bersama? Siapa pria ini, kau selingkuh dariku?" tukas Alex memotong kalimat Florin.

Florin tertawa kecil, dia bangkit dari duduknya dan menatap Alex dengan angkuh. "Dasar sinting, entah siapa yang berselingkuh disini." Florin mengalihkan tatapannya pada Keila yang menunduk tak berani menatapnya.

Suara Florin yang lantang membuat beberapa pelanggan yang duduk dekat mejanya melihat ke arahnya dan berbisik-bisik.

"Oh ini pasti setingan kan," Alex beralih pada Liam yang duduk dengan tenang. "Hei kau?! Berapa dia membayar mu? Aku akan membayar dua kali lipat, oh tidak. Tiga kali lipat dari yang dia bayar."

Liam langsung berdiri melangkah maju, membuatnya tepat berada di hadapan Alex. Mereka beradu mata satu sama lain.

"Kau ingin membayar ku?" balas Liam sebelum kemudian beralih menatap Keila, "bahkan jika kau menjual wanita yang bersamamu sekarang tak akan cukup."

"Kau!?" Alex menggenggam kaos Liam dengan kemarahan terpancar di matanya. "Jangan coba-coba merendahkannya, dia lebih berharga daripada wanita yang membayar mu! Dan kau!? Hanya pria yang harga dirinya bisa di beli dengan uang."

Kening Liam mengernyit mendengarnya, dia mengepalkan tangannya yang membuat otot lengannya langsung menegang.

Plak.

Satu tamparan mendarat di wajah Alex, Florin menamparnya setelah menarik pria itu menjauh dari Liam. Para pengunjung mulai heboh dan menjadikan mereka bahan tontonan. Pelayan yang ingin mendatangi mereka untuk menanyakan pesanan langsung terdiam tak jauh dari meja mereka.

"Kau pikir kau siapa bicara seperti itu! Harga diri? Pria brengsek seperti mu tak pantas menyebutnya, harga dirinya berada jauh di atasmu! Dan dia.. bukan pria yang bisa dibayar seperti yang kau pikirkan. Dia pacar ku."

"Apa?" Alex ingin meneruskan ucapannya lagi namun Keila menahannya, dia melangkah maju dan berdiri berhadapan dengan Florin. "Flo, cukup disini. Kami akan pergi, kau tak perlu berbohong sampai mengatakan pria asing ini adalah pacarmu."

"Aku tidak bohong." Florin menarik Liam dan mencium pipinya. "Dia memang pacarku."

"Tetap saja Flo, selama ini kau—,"

Liam tiba-tiba mencium bibir Florin membuat ucapan Keila terhenti. Mereka berciuman seolah hanya ada mereka di dunia ini, penuh gairah dan hasrat yang panas. Namun tanpa diduga, Alex menarik Liam yang membuat ciuman mereka langsung terhenti.

"Bagaimana mungkin kau bisa—menciumnya seperti itu," tangannya gemetar. Alex menatap Florin, namun wanita itu mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Wajahnya tampak malu dan memerah.

Keila merasakan sesuatu yang aneh dari sikap Alex, dia menarik pria itu pergi bersamanya, keluar dari restoran. Dan pikiran pria itu tampak kosong tak merespon apapun.

Tak lama dari kepergian mereka Florin beranjak menjauh dari meja, "Aku ingin ke toilet," ucapnya langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Liam. Beberapa pelanggan kembali melanjutkan makan mereka dan ada sebagian yang masih berbisik-bisik. Liam tersenyum melihat Florin yang pergi dengan terburu-buru.

...----------------...