Viona gadis cantik yang sempurna dia memiliki sejuta kelebihan. Mempunyai IQ di atas rata-rata, pintar beladiri, dan karir yang memumpuni. Tapi siapa sangka dibalik itu semua viona mempunyai trauma masa lalu yang mengharuskan nya kehilangan separuh ingatan dan melupakan kekasih lamanya.
"siapa kamu?".
"Aku Lucius.. Apa kamu sungguh melupakanku Vi?".
Laki-laki itu berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurmala sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asumsi nisa
Baru juga mereka akan keluar ruangan sang papi sudah menghampiri mereka
"kalian mau makan siang dimana?".
"Vivi ingin makan di kantin perusahaan pi" jawab Gean.
"Loh di kantin perusahaan, kenapa tidak di restoran saja".
"Vivi malas keluar pi" saut Viona.
"Ya sudah papi ikut kalian saja".
"Apa papi serius".
"Yes, of course".
Nisa dan Leo menghampiri mereka bertiga, dan Leo bertanya pada Gean.
"Tuan, apa mau saya pesankan restoran untuk makan siang".
"Tidak perlu, kau atur saja tempat di kantin perusahaan karena kami akan makan di sana".
Kaget Leo setahunya pendiri perusahaan tidak pernah menginjakkan kaki di kantin.
"Baik tuan".
"Nisa kau ikutlah bersama kami" ajak Viona.
"Tapi nona.." baru juga Nisa akan menolak.
"Tidak ada bantahan" potong Viona.
"Sudah lah nisa terima saja, kau tidak akan menang berdebat dengannya".
Sedangkan Garvin hanya tersenyum melihat putrinya.
*Ayo berangkat" ajak Viona yang merangkul tangan ayah dan kakaknya sedangkan posisinya ditengah.
Nisa yang melihat kejadian itu merasa kaget, atasannya yang bermuka datar dan balok es bisa tersenyum.
Mereka pun berjalan beriringan menuju tempat yang telah disediakan oleh Leon, semua karyawan menunduk hormat pada sang pemilik perusahaan, sedangkan Garvin sedang asik bercanda dengan putrinya dan Gean menarik bangku untuk mempersilahkan sang adik duduk.
"Duduk Vi".
"Terima kasih Abang" cup Viona memberi kecupan di pipi sebelah kanan sang kakak.
sedangkan Nisa dan Leo bersemu merah melihat pemandangan didepannya begitupun semua karyawan yang ada disitu, mereka mengira Viona adalah tunangan sang CEO.
Saat mereka mulai makan Garvin yang terbiasa memisahkan tulang ikan sang putri karena dari kecil Viona tidak bisa memakan ikan yang terdapat tulangnya, sedangkan Gean menyuapi sang adik dengan telaten, pemandangan langka itu membuat semua orang yang berada di situ merasa iri.
"Viona berseru kepada kakaknya".
“bang aku bisa makan sendiri tidak usah di suapi".
"Abang tetap mau menyuapi kamu tak ada bantahan" membuat Viona kesal dengan kelakuan kakaknya meskipun begitu dia tetap membuka mulutnya menerima suapan dari sang kakak.
"Pi, sudah jangan pisahkan duri ikan lagi, Vivi sekarang sudah besar bisa memisahkan duri ikan sendiri" dengan menunjukkan wajah cemberutnya.
"Bagi papi kamu tetep putri kecil papi sayang".
"Kalian apa tidak malu menjadi pusat perhatian".
"Tidak" jawab mereka serempak.
Sedangkan Nisa dan Leo yang baru pertama kali melihat CEO dan pendiri perusahaan menunjukkan ekspresi seperti itu dibuat kaget namun mereka menyadari kalau di depan mereka ternyata putri bungsu keluarga Dixon bukan tunangan CEO.
"Kalian sangat menyebalkan" ucap viona menunjukkan wajah kesalnya.
Garvin dan Gean hanya tersenyum mendengar umpatan Viona.
"Nisa Leo kenapa kalian tidak makan" tanya Viona.
Makan saja jangan menghiraukan kami, Viona berbicara dengan memakan makanan yang disuapi Gean dan makanannya pun sudah habis.
"Baik nona" jawab keduanya.
"Leo kenapa kau melihatku seperti itu, apa ada yang ingin kau tanyakan?" Seru Gean.
"Maaf kalau saya lancang tuan, apa nona Viona ini adik tuan?".
*Ya dia adik kecilku, putri bungsu keluarga Dixon".
"Saya kira kekasih pak Gean karena terlihat romantis" saut Nisa
"Banyak karyawan di perusahaan menebak nona tunangan pak Gean".
Jawaban Nisa membuat mereka yang berada di meja makan hanya menggelengkan kepala dan tersenyum.
Dan itu membuat Nisa sangat malu.