Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Fajar belum muncul ketika Liora dipanggil kembali ke aula besar untuk rapat mendadak. Di luar, kota Valyria masih terlelap dalam kegelapan malam, tetapi di dalam benteng, ketegangan terasa di udara. Laporan tentang aliansi Kalros dengan Kekaisaran Timur telah menyebar di kalangan para pemimpin, dan ini bukan kabar baik.
Saat Liora memasuki aula, wajah-wajah tegang para anggota dewan menatapnya. Varren berdiri di sisi meja, menunggu Liora mengambil tempatnya. Mereka semua tahu bahwa ancaman kali ini berbeda dari yang sebelumnya—lebih besar, lebih kuat, dan lebih terorganisir.
Keldar membuka pembicaraan dengan nada serius. "Kalros tidak bergerak sendiri kali ini. Kekaisaran Timur memiliki kekuatan militer yang jauh melampaui kita. Jika mereka bergabung dengan Kalros, kita tidak akan mampu bertahan dengan kekuatan kita yang sekarang."
Alara yang duduk di sebelahnya menambahkan, "Mata-mata kita di Timur melaporkan bahwa persiapan mereka sudah hampir selesai. Mereka tidak akan menunggu lama untuk menyerang Valyria. Kita harus segera mengambil keputusan, atau semuanya akan berakhir sebelum kita siap."
Liora menatap peta besar Valyria yang terbentang di meja. Di sana, tanda-tanda merah menunjukkan pergerakan pasukan Kalros, sementara simbol-simbol dari Timur mulai muncul di perbatasan yang semakin dekat dengan wilayah mereka. Ini adalah ancaman yang tak bisa diabaikan.
"Kita tidak punya banyak waktu," kata Liora akhirnya. "Kalros telah menemukan sekutu yang bisa menggulingkan Valyria jika kita tidak bertindak cepat."
Varren, yang selalu menjadi penasehat terdekatnya, angkat bicara. "Ada dua pilihan yang bisa kita ambil. Kita bisa memperkuat perbatasan dan bertahan sampai bantuan datang dari sekutu-sekutu kita yang lain, atau kita bisa mencoba memutus aliansi ini sebelum mereka benar-benar bersatu."
Liora memandang peta itu, pikirannya berpacu. Kedua opsi itu memiliki risiko yang sangat besar. Jika mereka memilih untuk bertahan, Valyria mungkin bisa membeli waktu, tapi jika aliansi Kalros dengan Timur semakin kuat, mereka akan kewalahan dalam pertempuran besar. Di sisi lain, jika mereka mencoba memutus aliansi itu, itu berarti Valyria harus bergerak cepat, menyerang sebelum musuh siap.
"Misi untuk memutus aliansi itu sangat berisiko," kata Seira, yang baru saja tiba dari perbatasan. "Kita harus mengirim pasukan elit untuk menyusup ke dalam markas mereka, menghancurkan komunikasi, dan membuat kekaisaran Timur berpikir ulang tentang bekerja sama dengan Kalros."
"Dan kalau kita gagal?" tanya Alara, dengan nada cemas.
"Kalros dan Timur akan menyerang kita dengan kekuatan penuh, lebih cepat dari yang kita perkirakan," jawab Seira.
Keheningan menyelimuti ruangan. Semua mata tertuju pada Liora, menunggu keputusan yang hanya bisa dia buat. Ini bukan hanya soal strategi militer, ini soal nasib Valyria dan semua yang telah mereka perjuangkan.
Liora menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Kita akan mengambil risiko. Kita akan mengirim pasukan elit untuk menyusup dan memutus aliansi itu. Kalau kita berhasil, Valyria akan selamat dari perang besar ini. Tapi kita harus bergerak cepat dan hati-hati. Setiap langkah kita harus diperhitungkan."
---
Beberapa jam kemudian, Liora mengumpulkan pasukan elit yang akan dikirim ke Timur. Varren dan Seira memimpin misi ini. Mereka adalah prajurit yang paling tepercaya, orang-orang yang Liora tahu akan melakukan apa saja untuk melindungi Valyria.
Di pelataran benteng, di bawah langit malam yang dingin, Liora berbicara kepada pasukan kecil itu. "Kalian akan menghadapi musuh yang kuat, yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kalian. Tapi kalian bukan prajurit biasa. Kalian adalah harapan Valyria. Misi ini tidak hanya tentang memenangkan pertempuran, tapi tentang menjaga masa depan kita."
Varren menatap Liora, tatapan penuh keyakinan. "Kami tidak akan mengecewakanmu, Liora. Apa pun yang terjadi, kami akan memastikan aliansi itu tidak terjadi."
Seira menambahkan, "Kita akan bergerak cepat dan diam-diam. Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, kita bisa menghancurkan perjanjian mereka sebelum mereka sempat menggabungkan kekuatan."
Liora mengangguk, memberikan kepercayaan penuh kepada mereka. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa misi ini sangat berisiko. Jika mereka gagal, Valyria akan menghadapi perang yang tak terhindarkan, dan dia mungkin harus menggunakan kekuatan artefak yang telah lama ia hindari.
Saat Varren dan Seira memimpin pasukan elit mereka menuju Timur, Liora kembali ke ruangannya, merasakan beban di pundaknya semakin berat. Di meja kerjanya, artefak perak berkilauan lembut di bawah cahaya lilin. Kekuatan yang terkandung di dalamnya terus menarik pikirannya, seolah-olah menawarkan solusi cepat untuk semua masalah.
"Seberapa jauh aku harus melangkah untuk melindungi Valyria?" gumamnya pada diri sendiri.
---
Beberapa hari berlalu, dan laporan pertama dari perbatasan Timur mulai masuk. Pasukan elit Valyria telah berhasil menyusup ke wilayah kekaisaran Timur tanpa terdeteksi, namun mereka masih belum mencapai target utama mereka—pertemuan antara Kalros dan pemimpin kekaisaran.
Di Valyria, suasana semakin tegang. Liora berusaha menjaga wajahnya tetap tenang di depan dewan dan rakyat, tetapi di dalam dirinya, dia merasa gelisah. Setiap hari yang berlalu tanpa kabar dari Varren dan Seira membuat kekhawatirannya semakin besar.
"Aku harus percaya pada mereka," pikirnya. "Mereka telah melakukan ini sebelumnya. Mereka tahu apa yang mereka lakukan."
Namun, di malam yang tenang, saat Liora sedang merenung di depan jendela, sebuah pesan tiba. Utusan khusus berlari memasuki benteng dengan wajah panik, dan saat Liora membacanya, wajahnya pucat.
"Mereka ditemukan."
Pesan itu singkat, tapi artinya jelas. Misi rahasia mereka telah gagal. Pasukan elit Valyria tertangkap, dan sekarang Kalros tahu bahwa Valyria berusaha menggagalkan aliansinya.
Liora merasa seluruh dunianya berguncang. Kegagalan ini berarti hanya satu hal—perang akan segera datang, dan Valyria tidak siap menghadapi kekuatan besar yang akan menyerang.
---
Malam itu, Liora duduk sendirian di ruangannya. Di depannya, artefak perak tergeletak, bersinar lembut seperti biasa. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Kekuatan di dalamnya seakan-akan mendesaknya untuk bertindak.
"Jika aku menggunakan ini," pikir Liora, "aku bisa menghentikan Kalros sebelum dia sempat menyerang. Tapi apa yang akan terjadi pada Valyria setelah itu? Apa aku akan menghancurkan semua yang telah kita bangun?"
Dengan tangan yang gemetar, Liora menyentuh artefak itu, merasakan kekuatan besar yang siap dilepaskan. Dia tahu bahwa keputusannya akan menentukan nasib Valyria. Dan kali ini, dia tidak punya banyak pilihan.
"Keseimbangan harus dijaga," bisiknya pelan. "Tapi apakah aku sanggup melakukannya?"
---
cerita othor keren nih...