NovelToon NovelToon
Feathers

Feathers

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Beda Dunia / Iblis / Dunia Lain
Popularitas:516
Nilai: 5
Nama Author: Mochapeppermint

Mereka bilang aku adalah benih malaikat. Asalkan benih di dalam tubuhku masih utuh, aku akan menjadi malaikat pelindung suatu hari nanti, setelah aku mati. Tapi yang tidak aku tahu adalah bahaya mengancam dari sisi manapun. Baik dunia bawah dan dunia atas sama-sama ingin membunuhku. Mempertahankan benih itu semakin lama membuatku mempertanyakan hati nuraniku.

Bisakah aku tetap mempertahankan benih itu? Atau aku akan membiarkan dia mengkontaminasiku, asal aku bisa menyentuhnya?

Peringatan Penting: Novel ini bisa disebut novel romansa gelap. Harap bijak dalam membaca.
Seluruh cerita di dalam novel ini hanya fiksi, sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mochapeppermint, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 The Seed

Harum masakan sudah tercium dari luar dapur, tanpa bisa kutahan perutku langsung bergemuruh. Tadi saat di kantor Pastor Xaverius sekilas aku melihat jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Alih-alih mencemaskan kepastian akan hidupku, perutku malah memberontak lapar.

Aku menatap langit yang biru dan terang. Teringat kebiasaanku di jam-jam seperti ini. “Seharusnya hari ini aku bekerja.” Ucapku pada punggung Pastor Xaverius. Sudah sejak tadi aku menahan hal ini tapi aku masih membebani pertanyaan-pertanyaan yang lebih penting.

“Aku sudah mengurus hal itu. Kamu tidak lagi bekerja disana.”

Sebenarnya aku sudah tahu kalau pasti aku mendapat penolakan. Namun mendengarnya langsung membuat amarahku mulai menggelegak. “Jadi aku tidak punya lagi kehidupan di luar sana?” Ucapku ketus.

Pastor Xaverius berhenti dengan tiba-tiba membuatku terjengit dan dia berbalik. Sejenak aku menyesali tidak membawa pipa besiku. “Untuk sementara ini kehidupanmu hanya disini.”

“Untuk sementara?”

Pria itu menarik nafas dalam-dalam tampak enggan. “Jangan kembangkan harapanmu dulu. Masih butuh banyak proses sampai kamu bisa melindungi dirimu sendiri dari yang terjatuh.”

Kedua mataku membesar tanpa aku bisa menahannya. Aku sudah dengar kata-kata Pastor Xaverius, tapi tetap saja harapanku mengembang. “Jadi aku bisa keluar?”

Pastor Xaverius menatapku seolah dia sudah berbuat kesalahan karena aku masih saja tidak paham dengan apa yang dia katakan. Dia menyambar lenganku dan menarikku. “Ayo, kita makan dulu.”

“Nggak perlu menarikku.” Ucapku sambil menyentakkan lenganku, namun dia tetap mencekal lenganku. “Aku nggak akan pergi.”

Sejenak Pastor Xaverius menatapku lalu akhirnya dia melepaskan tangannya dariku. Aku kembali mengikutinya melewati ruang makan yang besar seperti kantin di sekolahku dulu. Berderet-deret meja dan kursi tertata rapi walau masih kosong. Kami tidak berhenti, Pastor Xaverius terus berjalan dan memasuki sebuah pintu yang rupanya mengarah ke arah dapur yang terasa panas dengan uap mengepul. Beberapa Suster tampak sibuk mengaduk, memotong, menumis ini dan itu, namun mereka masih sempat menyapa Pastor Xaverius.

Kami melalui dapur itu dan berbelok menuju sebuah pintu lagi. Rupanya di balik pintu itu ada sebuah dapur lagi yang lebih kecil dengan seorang Suster tua dan satu Suster lebih muda yang sedang memasak.

“Pastor Xaverius.” Sapa Suster tua itu dengan ramah.

“Suster Brigitta, Suster Olga.” Sapa Pastor Xaverius kembali sambil mengangguk ke arah mereka satu persatu.

Suster yang lebih muda, Suster Olga, tersenyum malu-malu pada Pastor Xaverius. Wajahnya mulai memerah dan dia cepat-cepat berpaling pada sup yang di aduknya.

Pastor Xaverius menyuruhku duduk di salah satu kursi yang menghadap ke sebuah meja makan kecil.

“Dan siapa ini-” Suara Suster Brigitta sangat keras mengiringiku duduk. “Menggunakan pakaian yang tidak lengkap?” Teguran itu membuat punggungku langsung menegak. Saat aku menatapnya, dia sudah meletakkan kedua tangannya di pinggangnya yang tebal sambil melotot padaku.

“Maaf, Suster.” Ucap Pastor Xaverius dengan tenang seraya duduk di seberangku. “Ini tamuku, dia bukan seorang Suster. Pakaiannya kotor dan saya hanya bisa meminjamkan pakaian ini.”

Penjelasan Pastor Xaverius tampaknya masih belum membuat Suster Brigitta melunak. Wanita itu masih menatapku seolah aku ini serangga yang berenang di dalam masakannya.

“Apa kamu tidak diberikan pakaian yang lengkap?” Dari belakang Suster Brigitta aku bisa melihat Suster Olga menarik pakaiannya yang berwarna abu-abu yang dipakai di atas pakaian berwarna putih, sambil melambai-lambaikannya sedikit padaku. “Kamu hanya memakai pakaian putih itu sama saja kamu tidak menghormati biara disini.”

“Mmm…”

“Maaf, Suster.” Sela Pastor Xaverius sebelum aku bisa memikirkan jawabanku. “Tapi malam ini cukup berat untuk Amy. Jadi kurasa itu tidak perlu.”

Suster Brigitta tersenyum pada Pastor Xaverius. “Pastor mungkin baru dan belum mengenal aturan disini. Mungkin kita tahu dia bukan Suster disini, tapi bagaimana dengan orang lain yang melihat? Mereka akan berpikir dia salah satu dari kami dan kami membiarkannya berkeliaran tanpa rasa hormat.” Senyum Suster Brigitta menghilang saat menatapku, bahkan jejaknya pun tak nampak. “Dan memangnya apa yang terjadi padamu, Nak?” Tanyanya walau masih terdengar ketus.

Baru saja aku hendak membuka mulutku, Pastor Xaverius menyela. “Maaf, kami tidak bisa membicarakannya.”

Aku menatap Pastor Xaverius dengan kesal dan dia mengedikkan bahunya tanpa ketara. “Aku diculik Suster.” Ucapku masih menatap Pastor Xaverius. Saat kupikir dia akan marah, sudut bibirnya malah terangkat membentuk seulas senyum tipis. "Disekap tepatnya." Imbuhku untuk menegaskannya lagi.

“Di- Ya, Tuhan!” Suster Brigitta meletakkan tangannya di dadanya dan menatapku tidak percaya lalu menatap Pastor Xaverius sebelum kembali lagi menatapku. “Apa itu benar? Lalu bagaimana kamu bisa sampai disini?”

Pastor Xaverius sudah membuka mulutnya, namun kini giliranku menyelanya. “Karena penculiknya ada disini.” Aku menunjuk ke arah Pastor Xaverius.

“Ap- Apa?” Suster Brigitta memandangku dan Pastor bergantian. Sedang di belakangnya, Suster Olga menganga tanpa mempedulikan panci supnya lagi.

Aku menunjuk ke leherku di tempat dimana aku sangat yakin masih ada bekas suntikan kecil. Karena tadi di kamar mandi aku sempat melihatnya melalui cermin. “Dia bahkan membiusku. Aku baru sadar beberapa jam lalu.”

Mungkin aku salah mengatakan itu karena reaksi Suster Brigitta sudah seperti orang terkena serangan jantung. Pastor Xaverius sampai harus membimbingnya untuk duduk di kursi dengan perlahan. Aku menggigit bibirku, merasa bersalah melihat wanita tua itu tampak benar-benar syok. Padahal aku hanya bermaksud mengkonfrontasi Pastor Xaverius. “Apakah itu benar?” Tanyanya dengan nafas terengah.

Pastor Xaverius yang sudah kembali duduk di kursinya, memajukan tubuhnya sambil melipat kedua tangannya di atas meja. “Dia ini seorang benih, Suster.”

Kedua Suster itu terkisap keras. Suster Brigitta langsung menggumamkan doa dan membuat tanda salib berkali-kali. Beliau langsung menyambar tanganku dan menggenggamnya erat-erat. “Benarkah, Nak?” Tanyanya sambil memajukan tubuhnya dan menatapku lekat-lekat seolah dia bisa menembus bola mataku dan melihat benih yang dimaksudkan.

Aku berusaha memundurkan tubuhku tanpa ketara. “Mmm… Aku nggak tahu.”

Suster Brigitta menoleh pada Pastor Xaverius masih dengan tanganku di dalam genggamannya. “Saya harap anda tidak berbohong Pastor.”

“Saya tidak berbohong, Suster. Tapi saya harap hal ini tidak sampai keluar, karena bahaya bisa datang darimana saja termasuk disini.”

“Demi Tuhan, Pastor! Ini Gereja Tuhan! Tidak mungkin ada yang membahayakannya disini!”

Kedua mata Pastor Xaverius tampak mendung, namun dia tetap menegakkan dagunya. “Aku kehilangan satu benih di dalam rumah Tuhan, Suster.”

Empat. Rupanya ada satu yang gugur. Apakah ada lagi yang gugur di dalam penjagaannya? Karena itukah Pastor Xaverius bersikap ketat terhadapku?

“Maafkan aku, Pastor.” Ucap Suster Brigitta tampak ikut sedih.

“Karena itulah aku benar-benar tidak ingin identitasnya tersebar walau dia di dalam Tanah Suci.”

“Hal ini aman denganku! Benarkan Suster Olga?”

“Ya! Ya! Ya!” Suster Olga mengangguk berkali-kali.

Suster Brigitta mengulas senyum lebar padaku sambil menepuk-nepuk punggung tanganku. “Nah, Nak. Aku memasak banyak makanan. Ayo makan.” Setelah itu Suster Brigitta sibuk mondar mandir menyiapkan piring demi piring makanan dan menyodorkan sepiring nasi yang bisa dimakan oleh tiga orang ke hadapanku. “Kamu kurus sekali.” Ujarnya masih tetap sibuk sambil meneriakkan perintah kepada Suster Olga memasak ini dan itu, melakukan ini dan itu.

Tak lama meja kecil di hadapanku penuh dengan berpiring-piring makanan. Namun aku masih menatap sepiring nasi di hadapanku, jelas aku tidak akan bisa menghabiskan nasi sebanyak ini. Seolah memahamiku Pastor Xaverius mengambil piring nasi di depanku lalu mengambil separuhnya ke piring kosong di depannya sebelum mengembalikan sisanya padaku.

“Makanlah.” Ucapnya.

Aku belum bergerak karena Suster Brigitta masih senantiasa berdiri di ujung meja sambil menatapku seolah sedang mengawasiku. Saat kedua mataku meliriknya, aku bisa melihat senyumnya yang masih terulas.

Aku mendengar dengus tawa dari seberang meja. “Suster, kurasa Amy tidak akan nyaman di awasi seperti itu.” Ucap Pastor Xaverius tenang.

“Jadi namamu Amy, Nak?”

“Amethyst.” Jawab Pastor Xaverius seolah sudah menjadi kepanjangan lidahku saja.

“Oh! Nama yang bagus sekali.” Sesudah mengatakan itu Suster Brigitta masih menatapku dengan senyumannya. Sedangkan aku semakin bergerak-gerak gelisah di bawah tatapannya seolah kini aku berubah menjadi seekor amoeba yang sedang membelah diri di bawah sorot mikroskop.

“Suster Brigitta.” Panggil Pastor Xaverius dengan lembut.

“Maaf, Pastor. Tapi seumur hidup saya, saya belum pernah melihat benih. Saya pikir saya akan meninggal tanpa melihat mereka.”

“Dia tidak akan kemana-mana, Suster.” Ucapan Pastor Xaverius membuatku kembali merasa kesal, seolah dia kembali mengingatkan kenapa aku bisa duduk disini.

Aku melemparkan tatapan dingin padanya. “Dia bermaksud mengurungku di ruang bawah tanah, Suster.” Ucapku kesal.

Sekali lagi Pastor Xaverius mengembangkan senyumnya. “Ya, Tuhan! Pastor! Itu tidak benar kan!” Seru Suster Brigitta.

“Kalau dia bermaksud kabur, tentu saja saya harus mengurungnya di ruang bawah tanah, Suster.” Ucapnya santai seolah sedang membicarakan cuaca, lalu dia menatap Suster Brigitta. “Kalau semalam saya tidak membawanya kemari, pagi ini dia tidak akan bisa makan untuk selamanya.” Setelah mengucapkan itu Pastor Xaverius melemparku tatapan puas sebelum menyendok lauk lalu memberikannya ke piringku.

Aku bisa melihat bahu tebal Suster Brigitta bergidik ngeri. “Dia hanya melebih-lebihkan.” Ucapku kesal.

“Benarkah?” Senyumnya menghilang digantikan tatapan dingin. “Kalau kamu mau meninggal dengan bekas hitam di dadamu, silahkan saja.”

“Pastor Xaverius!” Tegur Suster Brigitta keras hingga membuat dirinya sendiri bergetar karena amarah. “Perhatikan bicaramu!”

Aku menutup mulutku rapat-rapat. Kurasa sudah cukup membicarakan ini disini. Bukan karena aku takut terhadap ancaman Pastor Xaverius, aku hanya merasa kasihan pada Suster Brigitta.

Akhirnya aku makan dalam diam, sementara Pastor Xaverius dan Suster Brigitta kembali membicarakan hal-hal tentang Gereja. Setelah makan, seharian Pastor Xaverius meninggalkanku dengan Suster Nadia yang sudah pulang dari mengantar Mikaela. Aku berusaha tidak memikirkan Mikaela dan dimana dia saat ini. Hal itu masih membuatku kesal dan iri karena dia berada di luar sana.

Suster Nadia menunjukkanku ruangan yang menjadi kamarku. Ada dua kasur disana dan tentu saja Suster Nadia yang akan menjadi teman sekamarku. Ada jendela-jendela besar namun aku melihat ada gembok-gembok yang tergantung di kenopnya. Mungkin memang bukan ruang bawah tanah, tapi sama saja bukan?

1
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
cerita ini benar-benar bisa menenangkan hatiku setelah hari yang berat.
Yue Sid
Gak sabar nunggu kelanjutannya thor, semoga cepat update ya 😊
Mochapeppermint: Thank you 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!