Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
"Sudah tahu apa alasanku memanggilmu?"
Carol yang sedang berdiri di hadapan Tuannya terlihat semakin menundukkan kepalanya.
"Sudah menyadari apa kesalahanmu?"
Carol hanya mengganggukan kepala dengan tubuh yang mulai terasa bergetar.
"Jawab sialan!!" maki Keineer.
"Saya tahu kesalahan apa yang saya perbuat, Tuan Keineer." dengan hati-hati Carol berucap.
Keineer berdiri dari duduknya dan menghampiri Carol.
Plak
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Carol sampai membuat tubuh wanita itu tersungkur membentur dinginnya lantai.
"Itu untuk kelalaianmu menjaga Eve-ku, sekarang berdiri!" Carol dengan pasrah kembali berdiri bahkan dia tidak sempat merasapi rasa sakit yang ada.
Plak
Tamparan kedua mendarat di pipi kanan Carol, tamparan yang lebih kuat dan kembali membuat tubuh wanita itu tersungkur membentur lantai. Sudut bibir dan hidung Carol tampak mengeluarkan darah segar namun tidak sedikitpun rasa iba di hati Keineer.
"Itu untuk kecerobohanmu karena telah membuat kekasih dan istriku bertemu, sudah ku peringatkan berhati-hatilah jika bekerja bersamaku! Kali ini aku akan mengampunimu tapi jika sampai kejadian seperti itu terulang kembali jangan harap aku akan melepaskanmu hidup-hidup!"
Tanpa mempedulikan Carol yang tampak kesakitan, Keineer berlalu begitu saja. Sebelum benar-benar pergi Keineer sempat menendang tubuh Carol dengan tidak manusiawi bahkan Keineer mengabaikan Lucio yang berada di luar ruangan tersebut. Lucio dengan segera menghampiri tubuh Carol yang sudah tidak berdaya.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja."
"Ayo kita ke rumah sakit untuk mengobati lukamu!"
...--...
Sekitar pukul delapan pagi Eve terlihat baru saja keluar dari sebuah supermarket yang jaraknya lumayan cukup jauh dari apartemen. Di tangan kanan dan tangan kirinya wanita itu menenteng beberapa barang belanjaan.
Pagi-pagi sekali dia ingin memasak di dapur namun Eve tidak menemukan apapun di dalam kulkas, hanya ada beberapa bahan makanan yang tersisa. Jadi Eve memutuskan untuk pergi ke supermarket membeli bahan-bahan di dapur dengan menaiki taksi.
Kaki jenjang Eve terlihat melangkah menghampiri kembali taksi yang sedang menunggunya. Eve sengaja meminta sopir taksi untuk menunggunya dan untungnya sopir taksi tersebut begitu baik hati.
Tapi sebelum langkah Eve mencapai taksi tiba-tiba ada seorang pria dengan setelan formal masuk ke dalam taksi miliknya. Eve yang terkejut reflek menjatuhkan belanjaannya begitu saja dan menghampiri pria yang sudah duduk di dalam taksinya.
"Tuan, maaf. Tapi ini taksiku, aku sudah memesannya sejak tadi dan taksi ini sedang menungguku."
"Maaf kembali Nona, ini kartu namaku." Eve sampai terdiam di tempatnya karena pria yang menaiki taksinya malah memberikan kartu namanya.
"Sekali lagi aku minta maaf, Nona. Aku sedang terburu-buru sekali dan kesulitan mencari taksi hanya taksi ini yang aku lihat. Aku akan mengganti rugi nanti jadi ini kartu namaku. Jika Nona mau menolong ku maka kapanpun Nona membutuhkan bantuanku aku akan menolongmu. Tinggal hubungi saja aku jangan sungkan. Aku berjanji akan menolongmu." pria itu memohon dengan berbicara panjang lebar.
Eve dengan ragu mengambil kartu nama pria tersebut.
"Baiklah kalau begitu. Aku mengerti mungkin kau sedang terburu-buru karena pekerjaan. Dengan senang hati aku akan menyerahkan taksi ini untukmu. Semoga perjalananmu aman sampai tujuan."
"Terima kasih." pria tersebut tampak tersenyum begitu tulus pada Eve. Senyuman yang terlihat begitu manis.
"Ingat nona, jangan sungkan jika suatu saat kau membutuhkan bantuanku, apapun itu aku berjanji akan menolongmu."
"Baik Tuan."
"Oh ya satu lagi. Jika boleh tahu siapa namamu?"
"Namaku, Evelyn."
"Baiklah karena aku sudah tidak punya banyak waktu. Aku pamit dan sekali lagi maaf karena sudah mengambil taksimu."
"Tidak masalah Tuan. "
Pria itu langsung menyuruh sopir taksi untuk melajukan taksinya. Sebelum menghilang dari pandangan pria itu tampak kembali tersenyum pada Eve dan melambaikan tangannya.
"Senyumnya manis sekali."
Pria itu tampak memiliki kulit putih pucat wajah datar tanpa ekspresi namun jika tersenyum terlihat begitu manis. Melihat dari penampilannya sepertinya pria tersebut merupakan seorang pengusaha.