NovelToon NovelToon
Lelaki Di Persimpangan Mimpi

Lelaki Di Persimpangan Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: She Amoy

Pernikahan Raina dan Riko menjadi kacau karena kehadiran mantan kekasih Raina. Terlebih lagi, Riko yang sangat pencemburu membuat Raina tidak nyaman dan goyah. Riko melakukan apapun karena tidak ingin kehilangan istrinya. Namun, rasa cemburu yang berlebihan itu perlahan-lahan membawa bencana. Dari kehidupan yang serba ada menjadi tidak punya apa-apa. Ketakutan Riko terhadap banyak hal membuat kehidupannya menjadi konyol. Begitu pun dengan istrinya Raina, Ia mulai mempertimbangkan kelanjutan pernikahan mereka. Masa depan yang diinginkan Raina menjadi berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Amoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Aksa

Kenapa aku menikah dengan Riko? Pertanyaan itu seringkali kurenungkan. Mungkin karena aku memiliki banyak harapan dengan Riko. Sebuah ambisi untuk menciptakan keluarga yang utuh, saling memberi kasih sayang secara penuh, dan mendidik anak dengan cara yang sama, dan tentu saja dengan fasilitas yang layak pula.

Tetapi, yang utama bukan karena itu. Aku terlalu putus asa, lari dari realitas kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginan. Hubunganku dengan Krisna, tidak boleh dilanjutkan. Meskipun kami memiliki seribu alasan untuk bertahan. Meskipun kami saling mencintai. Krisna tetaplah pria yang sudah memiliki istri. Apapun kondisinya, apapun alasannya.

Di luar sana, sebagian besar masyarakat akan menghakimi perempuan yang berhubungan dengan suami orang. Pelakor, itulah julukannya.

Memilih Riko juga ternyata bukan pilihan yang tepat. Pada akhirnya, aku selalu membandingkan Riko dengan Krisna. Pola pikir, perilaku, dan kebiasaan Riko yang bertentangan dengan Krisna, nyatanya sulit kuterima. Aku tidak paham mengapa Riko begitu pencemburu dan penuh curiga. Sejauh ini, aku merasa tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum sebagai istrinya. Jika membayangkan mantan itu salah, ah siapa yang dapat mencegah imajinasi manusia? Bahkan Tuhan pun membebaskan dan memberikan pilihan.

“Mas, Mas …! Arkana Demam!”

Seketika Riko beranjak dari tidurnya. Memegang kening sang bayi dan meraba-raba tubuhnya.

“Eyaang ….!” Riko berteriak.

Sebagian orang, mungkin akan panik ketika anaknya sakit. Tetapi tidak denganku. Membangunkan Riko bukan bermaksud membuatnya panik. Hanya sebatas memberikan informasi terhadap suami. Tentu saja, sebuah solusi sederhana sudah terlintas di benakku.

Memberikan Arkana ASI dan membalurnya dengan bawang merah, atau memberinya kompres air hangat. Itulah ajaran ibu yang kudapat sejak dulu. Namun, reaksi yang kulihat malam ini begitu berlebihan.

“Raina, ayo kita ke UGD sekarang, tuh demamnya sampai 38 derajat!” Eyang melihat hasil tes suhu itu di tangan Ria. Semua orang yang ada di rumah, terbangun malam itu tidak terkecuali Aksa.

Eyang Putri bersiap pergi. Sambil mengenakan mantel berwarna coklat. Eyang mendekat ke tempat tidur dan menggendong Arkana. Sedangkan Riko, sibuk mengeluarkan mobil dari garasi.

“Nggak usah ke UGD Yangti, aku kompres aja. Nanti juga sembuh,” aku menolak ajakan Eyang.

“Kau ini susah dikasih tahu, Na. Bahaya loh kalau anak demam. Sudah, kita pergi saja!”

“Iya Mbak, anakku juga kalau demam langsung dibawa ke dokter. Jangan menyepelekan penyakit anak!” Ria ikut-ikutan bicara.

Tanpa membantah lagi, kami semua pergi ke rumah sakit terdekat. Aksa yang sudah terlanjur bangun, terpaksa ikut ke rumah sakit karena tidak ada orang di rumah. Di dalam kendaraan roda empat itu, Arkana menangis tanpa henti. Barangkali ia merindukan pelukan ibunya. Mungkin saja, dekapan ibu lebih dibutuhkan daripada tangan neneknya.

“Jangan sering dicium-cium ya Bu, bayinya kan masih di bawah enam bulan. Jadi, saya tidak memberikan resep obat. Beri Asi saja lebih banyak dari biasanya, kalau masih demam, kompres pakai air hangat,” dokter jaga itu menjelaskan dengan seksama.

“Nah kan, kasih ASI yang banyak. Mungkin kamu kurang banyak makan atau minum susu Na, jadi ASI kamu kurang bagus. Dulu, waktu Ria menyusui, ASI nya kental banget kaya susu full cream.”

Lagi-lagi Ria. Ingin rasanya berteriak malam itu, mengatakan bahwa Arkana seringkali dicium-cium. Ingin rasanya kujelaskan, bahwa kualitas ASI juga ditentukan oleh kondisi psikis sang ibu. Ingin rasanya aku pergi, mencari tempat yang sepi. Di mana hanya ada aku, Arkana, dan Aksa.

Riko diam saja malam itu. Sepulangnya kami dari rumah sakit. Aku menyusui Arkana dan mengompresnya. Pukul tiga pagi, demam Arkana sudah reda. Tidak ada pertanyaan soal biaya rumah sakit atau dokter dari Riko. Tentu saja tidak, laki-laki itu selalu mengandalkan ibunya.

Bagi Riko, Alka juga anak pertama. Anak yang dihasilkan bukan dari pernikahan. Anak yang lahir tanpa berdosa itu, juga tidak memiliki keluarga yang utuh. Nasib Aksa sama dengan Alka. Bedanya, Alka dimanjakan dengan materi dan kasih sayang oleh keluarga Riko. Sedangkan Aksa, kini menjadi anak yang tersisihkan karena kehadiran Arkana.

Setiap Alka datang, Aksa berubah menjadi ajudan. Mengambilkan air minum, cemilan, menemaninya nonton, bahkan menjadi lawan dalam permainan gulat. Teman main yang selalu mengalah untuk Alka.

Ada kesan terpaksa dalam wajah Aksa. Ia mungkin sudah mengerti, sebagai kakak, ia harus mengayomi adiknya. Tetapi sikap manja Alka yang berlebihan, membuat Aksa sering kewalahan. Yang membuatku tambah heran, tak ada satupun keluarga Riko yang membela Aksa. Seolah semua yang dilakukan Alka, memang sudah sepatutnya.

Seringkali kulihat Aksa menangis diam-diam. Tapi, setiap aku menghampiri, Aksa buru-buru menghapus airmatanya dan berkata kalau ia kelilipan.

“Bu, Ibu sehat?” Sore itu aku menelepon Ibu di kamar ketika Riko belum pulang. Ketika orang-orang di rumah ini sedang sibuk dengan mahluk mungil di ruang kelurga. Aku memang tidak bisa leluasa bertelepon dengan teman, adik, bahkan ibu. Riko selalu mendengarkan pembicaraan orang lain, lalu dia akan mengajukan banyak pertanyaan.

“Alhamdulilah, Ibu sehat. Kamu gimana?”

“Alhamdulilah sehat Bu.”

“Oh ya, Arkana gimana? Sudah bisa apa sekarang?

“Baru tiga bulan bu, belum bisa apa-apa. Ibu main ke Jakarta dong!”

“Iya ya, kangen sama Arka dan Aksa. Waktu itu, ibu belum puas gendong Arkana. Keluarga suamimu itu terlalu mendominasi.”

Aku kaget mendengar kalimat terakhir dari ibu. Apakah ibu merasakan hal yang sama denganku.

“Bukan gitu ah Bu. Mereka memang sayang banget sama Arkana,” aku meluruskan perkataan ibu agar tidak berkepanjangan.

“Aksa gimana, betah tinggal di sana?”

“Baik-baik aja kok Bu!”

“Neng, maaf ya. Kok Ibu kurang sreg soal Aksa tinggal di sana. Ibu perhatikan, Riko itu sering banget nyuruh-nyuruh Aksa. Mertua dan iparmu juga sama. Kok Aksa kaya pembantu ya?”

“Perasaan Ibu aja kali. Sudah dulu ya Bu, aku mau ke toilet.”

Aku menutup percakapan dengan tergesa. Apa yang ibu lihat dan rasakan, sama persis dengan perasaanku. Kurenungkan dalam-dalam perkataan ibu, kupikirkan perkembangan dan sikap Aksa. Mungkinkah, aku harus berpisah lagi?

“Mamih, Aksa boleh tiduran di sini nggak?” tanya anak itu sambil naik ke atas tempat tidur. Dipeluknya Arkana yang baru saja terlelap.

“Boleh dong Kakak Aksa. Sekarang, Aksa sudah jadi kakak ya?”

“Iya Mih.”

“Kenapa minta ijin segala sih? Kalau mau tidur sini, ya tidur aja. Kan tempatnya juga luas,” kuelus kepala putra pertamaku itu.

“Takut Papih marah,” Aksa menjawab sambil menundukan wajahnya.

“Marah? Memang Papih suka marah sama Aksa?”

“Iya Mih.”

Aku terkejut dengan penuturan anak kecil itu. Di depanku, Riko tidak pernah memarahi Aksa selain bentakan dan teriakan yang disebut “nada bicara” itu. Riko bilang, hatinya tidak berteriak atau membentak, ia memang sering berbicara dengan nada yang cukup keras.

Lantas, kenapa sebelum menikah, Riko bisa berbicara dengan lembut?

“Marah gimana?” Kulanjutkan pertanyaanku dengan rasa penasaran.

“Kata Papih, Aksa nggak boleh ganggu.”

Ada tumpah yang tak bisa ditahan. Airmata Aksa, jatuh dengan deras hari itu. Kesedihannya menjadi pisau di jantungku. Aku yang tidak mau menerima kenyataan, aku yang terlanjur tenggelam dalam pernikahan, ikut menangis bersama Aksa.

“Aksa pindah lagi yak Nak, ke Bogor!” ucapku pelan-pelan.

“Nggak mau Mih, Aksa pengen deket sama Mamih!”

“Tapi Mamih nggak bisa lihat kamu kayak gini. Nanti mamih setiap minggu ke Bogor ya. Aksa sama Omah lagi ya!”

Isakan Aksa masih terdengar. Matanya menatapku dengan nanar. Sebagai seorang ibu, aku sangat terluka. Aksa yang selama ini kujaga perasaannya, ternyata tidak cukup bahagia tinggal bersama kami. Barangkali, dalam diamnya itu, Aksa banyak menahan perasaan.

“Jangan Sayang, aku mohon! Biarkan Aksa tinggal bersama kita, supaya aku bisa mendidiknya!”

Riko memohon padaku untuk tidak memulangkan Aksa ke Bogor. Setelah aku jelaskan alasannya, dan membeberkan fakta bahwa Aksa tidak nyaman dengan cara mendidik Riko, Riko bersikeras untuk menahan Aksa di sini.

“Aku minta maaf kalau caraku salah. Aku janji, ini yang terakhir. Aku nggak akan kasar lagi sama Aksa. Tolong ya!”

“Nggak bisa Mas, besok aku urus-urus ke sekolah Aksa. Biar Aksa di Bogor saja sama Ibu. Kasihan ibu juga, nggak ada yang nemenin.”

Alasan ibu, kupakai agar Riko mengijinkan. Sebenarnya, tidak perlu menunggu ijin. Toh, Aksa adalah anakku. Aku yang lebih tau dan berhak untuk menentukan hidup Aksa."

1
pembaca setia
bagus ih ceritanya. ayo lanjutkan Thor
Fathan
lanjut thor
Fathan
bagus banget ceritanya. relate sama kehidupan nyata dan gak lebay.
Fathan
pusing banget tuh anak
Fathan
bodoh
Fathan
tinggalin ajaaa
Fathan
rAina bodoh
Fathan
ngeselin rikooo
Fathan
menarik nih, seru
Fathan
rapi bahasanya
pembaca setia
ceritanya menarik. mengungkap sebuah kejujuran perasaan penulis. Bahasa rapi dan minim typo. rekomendid novelnya
Sunshine🤎
1 like+subscribe untuk karya mu Thor. semangat trus sering² interaksi dan tinggalkan jejak di karya author lain, dan jangan lupa promosiin karya agar popularitas meningkat/Good/
SheAmoy: makasih kakak
total 1 replies
anggita
like👍+☝iklan buat author.
SheAmoy: makasih kak
SheAmoy: makasih banyak kakak
total 2 replies
SheAmoy
thanks kak
Necesito dormir(눈‸눈)
Makin lama makin suka, top deh karya thor ini!
SheAmoy: makasih kaka
total 1 replies
Black Jack
Saya benar-benar tenggelam dalam imajinasi penulis.
pembaca setia: menarik banget nih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!