Jika ada yang bertanya apa yang membuatku menyesal dalam menjalankan rumah tangga? maka akan aku jawab, yaitu melakukan poligami atas dasar kemauan dari orang tua yang menginginkan cucu laki-laki. Hingga membuat istri dan anakku perlahan pergi dari kehidupanku. Andai saja aku tidak melakukan poligami, mungkin anak dan istriku masih bersamaku hingga maut memisahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
Sementara itu, ibu tidak henti-hentinya memberikan peringatan dan nasihat tentang bagaimana Laras harus menjaga dirinya dan bayi di dalam kandungan, bahkan kadang-kadang memberi tekanan yang cukup besar. Aku tahu ibu hanya ingin yang terbaik, tetapi aku juga khawatir dengan tekanan yang diberikan kepada Laras, yang terkadang bisa membuatnya tertekan.
Namun, di sisi lain, aku berusaha memberikan Laras kenyamanan dan ketenangan. Aku terus mengingatkannya untuk tidak terbebani dengan apa pun dan fokus pada kebahagiaan menjelang kelahiran bayi kami.
Suatu hari, saat kami sedang duduk bersama di ruang keluarga, ibu tiba-tiba berbicara dengan penuh semangat. "Kalian sudah siap, kan? Ini adalah saat yang kita tunggu-tunggu. Semua harus siap untuk menyambut si kecil!"
Aku menatap Laras, yang tersenyum lemah namun jelas terlihat kecemasan di matanya. "Kami siap, Bu," jawabku, mencoba memberi dukungan pada Laras yang duduk di sampingku.
Ibu tersenyum puas, sementara ayah ikut tersenyum bangga. "Bagus, kami sudah tidak sabar melihat cucu laki-laki kami."
Laras hanya mengangguk, meskipun aku tahu dia sedang merasa sedikit cemas dengan semua perhatian yang berlebihan. Aku menyentuh tangannya dan berbisik, "Kita jalani ini bersama, oke? Semua akan baik-baik saja."
Kali ini, Laras menjalani proses persalinan secara secar. Walau pun ibuku sempat merasa kecewa karena Laras melahirkan secara secar.
Ibu, yang sangat menginginkan Laras melahirkan secara normal, terlihat sedikit terkejut dan kecewa ketika mendengar kabar tersebut. "Kenapa harus secar? Seharusnya dia bisa melahirkan secara normal. Ini tidak sesuai dengan yang ibu harapkan," katanya, meskipun suaranya terdengar lebih kecewa.
Aku mencoba untuk menenangkan ibu. "Bu, yang penting anak kami lahir sehat, itu yang paling utama. Laras juga sudah cukup kuat dengan keputusan ini. Jangan terlalu khawatir."
Ibuku tetap terdiam, namun aku bisa melihat sedikit kekhawatiran yang masih ada di matanya. "Baiklah," katanya akhirnya, walau masih ada rasa kecewa yang terpendam. "Yang penting cucuku laki-laki ini sehat. Dan sempurna."
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya anak yang sudah aku nanti-nanti lahir ke dunia ini. Tapi sayangnya ada beberapa terkendala saat bayi ini lahir dan itu langsung dibawa ke ruang NICU.
Aku merasa cemas dan khawatir ketika mendengar bahwa bayi kami harus dibawa ke ruang ICU. Walaupun proses persalinan berjalan lancar, ada beberapa komplikasi yang menyebabkan bayi kami membutuhkan perawatan lebih intensif. Laras yang masih dalam kondisi lemah hanya bisa terdiam di tempat tidur rumah sakit, sementara aku sibuk menunggu kabar dari dokter.
"Kenapa, Dok? Apa yang terjadi dengan anak kami?" Aku bertanya dengan suara terbata-bata saat seorang dokter datang menemuiku di ruang tunggu.
Dokter itu mencoba memberikan penjelasan dengan tenang. "Ada beberapa masalah pernapasan yang kami temui setelah kelahiran, tapi kami sedang memantau kondisinya dengan ketat. Kami akan terus melakukan pemeriksaan dan memberikan perawatan yang terbaik."
Sebelum dokter melanjutkan penjelasannya, ia lebih dulu menasehatiku bahwa semua bayi yang lahir di dunia ini adalah sebuah Anugerah. Apapun yang terjadi kita sebagai orang tua harus menerima takdir yang sudah Tuhan berikan ternyata Bayiku mengalami sindrom 1000 wajah.
Mendengar penjelasan dokter yang disertai dengan nasehat itu, perasaan cemas dan khawatir yang sudah menghantui sejak tadi semakin membebani hati. Sindrom 1000 wajah… kata-kata itu seperti petir yang menghantam jantungku. Aku merasa seperti dunia ini berhenti sejenak, seakan tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
Dokter melanjutkan dengan hati-hati, "Sindrom 1000 wajah adalah kondisi langka yang dapat mempengaruhi penampilan wajah bayi dan menyebabkan berbagai masalah medis. Namun, bukan berarti masa depan anak Anda terancam. Kami akan melakukan berbagai pemeriksaan dan memberikan perawatan terbaik untuk menghadapinya."
Dokter pun menyarankan kami untuk tetap tenang dan memberikan waktu bagi tim medis untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Aku tertunduk lemas. Apa yang harus aku katakan kepada ayah dan ibu mengenai kondisi anakku dan cucu mereka. Aku takut ibu dan ayah kecewa.
Jantungku berdetak begitu cepat, seolah tak mampu mengatur napasku. Pandanganku kosong, terfokus pada tangan yang gemetar. Apa yang harus aku katakan kepada ayah dan ibu? Mereka sudah menunggu begitu lama, menanti cucu yang sempurna, cucu laki-laki yang mereka harapkan. Tapi apa yang mereka dapatkan? Anak kami, putra kami, yang sejak lahir sudah harus melalui tantangan berat.
Kondisinya... sindrom 1000 wajah. Kata-kata dokter terus terngiang di kepalaku. Bagaimana aku bisa memberitahu mereka? Aku takut jika mereka kecewa, jika mereka merasa terhalang harapan mereka selama ini. Ibu pasti sudah membayangkan masa depan cucunya yang cerah, yang tumbuh sehat dan bahagia, menjalani kehidupan seperti anak-anak lainnya. Dan ayah... aku tahu bagaimana kerasnya harapan ayah akan cucunya yang akan menjadi penerus keluarga.
Aku menatap bayiku yang terbaring di ruang ICU, tubuh kecilnya terbungkus peralatan medis, tak seperti bayi lain yang bisa terbaring dengan damai di pelukan ibu. Air mataku hampir tumpah, namun aku menahannya. Aku tidak bisa terlarut dalam kesedihan. Aku harus kuat untuk mereka. Aku harus memberitahu orangtuaku, meski rasa takut itu sangat menyakitkan.
"Apa yang harus aku katakan? Bagaimana jika mereka kecewa?" pikirku dalam hati, suara hati ini semakin menguatkan ketakutanku.
Aku berdiri, mencoba menenangkan diri, mengambil napas dalam-dalam. Setelah beberapa saat yang terasa seperti berjam-jam, aku mengambil keputusan. Aku harus melakukannya. Tidak ada jalan lain. Ini adalah kenyataan yang harus kami hadapi bersama.
"Reza, kamu harus kuat. Kamu harus menghadapinya. Mereka butuh tahu," bisikku pada diriku sendiri. Aku memutar kunci mobil dengan tangan yang gemetar, bertekad untuk menghadapinya.
Aku pun keluar dari ruang NICU. Aku harus menemui Ibu dan Ayah yang sedang menunggu kabar baik dariku di ruang tunggu.
Ibu dan ayah langsung berlari ke arahku. Mereka seperti tidak sabar mengetahui kabar cucunya yang baru saja lahir.
"Reza, gimana keadaan cucu Ibu?" tanyanya penuh antusias. Aku benar-benar bingung. Apa yang harus aku jelaskan kepada mereka berdua mengenai kondisi anakku.
Aku tersenyum, meski senyumku terasa terpaksa, "Ibu, Ayah, ada sesuatu yang perlu aku jelaskan tentang anakku." Terlihat wajah ibu dan ayah sedikit berubah. "Anakku, kini sedang dirawat di Ruang NiCU." Ayah menatapku dengan penuh perhatian, seolah mencari makna dari kata-kataku.
"Ma... Maksud kamu apa? Memangnya kenapa anakmu sampai masuk ruang NICU?" tanya ibuku semakin penasaran.
"Bayiku... dia terlahir dengan sindrom 1000 wajah."
Kalimat itu keluar begitu saja, dan aku bisa melihat ekspresi ibu berubah. Dokter mengatakan ini kondisi langka yang memengaruhi wajahnya dan beberapa perkembangan tubuhnya."
Aku menundukkan kepala, menunggu reaksi mereka. Aku tahu ini bukan kabar yang mereka harapkan, tapi aku tidak bisa menyembunyikan kenyataan. Aku tidak tahu apakah mereka akan kecewa atau merasa khawatir, yang aku tahu, aku harus menghadapinya bersama mereka.
Reza menyesal seumur hidup, thor
terutama Reza yg menjadi wayang...
semangat Aisyah
kehidupan baru mu
akan datang