⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️
Pernikahan yang tidak didasari oleh rasa cinta memang sangat sulit untuk dijalani. Apalagi dengan seorang yang sudah dianggap sebagai musuh sendiri. Seperti itulah kisah Cassie dan Gavino. Dua orang yang harus terjebak dalam status suami-istri karena perjanjian keluarga mereka. Mampukah mereka mewujudkan pernikahan yang bahagia?
Cassie hanya ingin mengukir kebahagiaan nya.Namun apakah ia bisa di tengah kehidupan yang begitu kejam? Bisakan ia bertahan dengan Gavino Zachary Bramasta?
Start: 8 Juli 2024
End:
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heninganmalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9 - Poor Gavin
"Lo urus lah kucing itu. Sama bersihin apart gue. Gue nggak mau apart gue kotor gara-gara kucing lo."
Sabar, sabar dan sabar. Hanya satu kata itulah yang dapat Cassie tujukan pada dirinya saat ini. Ia hanya menghembuskan napasnya. Setelah selesai, ia memberikan kucing itu makan lalu membereskan barang-barang yang telah Siega buat berantakan.
Setelah selesai melakukan pekerjaannya, ia pun kembali mendekati kucing itu. Cassie duduk dengan nyaman seraya mengelus Siega pelan.
"Ga, kamu jangan nakal-nakal ya di sini. Jangan buat pemilik apart ini marah sama kita. Jangan sampai kamu dibuang lagi karena kelakuan kamu. Cukup aku aja."
Ucapan Cassie terdengar oleh indra pendengaran Gavino yang keluar dari kamar. Sejenak pria itu tertegun dan mengamati apa yang istrinya lakukan hingga tak kunjung masuk kamar. Ternyata wanita itu sedang berbicara dengan kucing kesayangannya hingga melupakan suaminya.
Hampir saja ia melangkahkan kakinya untuk menghampiri Cassie tetapi deringan ponsel Cassie menghentikan aksinya. Entah siapa yang menelpon istrinya malam-malam begini. Rasa penasarannya pun semakin bertambah kala melihat wanita itu tertawa terbahak-bahak.
Di sisi lain Cassie sedang menertawakan Jimmy yang menanyakan alamat Lily padanya. Bukan karena pria itu tak tau alamat rumah Lily, tetapi karena gadis itu tak ingin diantar pulang sehingga membuat Jimmy bingung.
Untung saja Cassie segera menjawab telepon itu. Di sela tawanya Cassie pun menjawab, "Kan dah gue bilang jangan ampe Lily kobam, bandel sih lo pada. Anterin ke apartnya aja di Apartemen Lotus, unit 302. Password nya 5510."
"Tengkyu my dongsaeng tersayang."
Cassie kembali tertawa setelah mendengar kosa kata baru dari mulut Jimmy. Sepertinya Lily sudah menulari lelaki itu dengan virus oppa-oppa hingga Jimmy bertingkah menggelikan,
"Iya, ya udah matiin teleponnya gue mau tidur."
"Suami lo pulang?"
"Menurut lo?"
"Iya. Bilang ya kalau suami lo ngapa-ngapain lo. Biar gue pukul pakai kenalpot motor gue terus gue cincang dagingnya terus gue bikin sate dah tuh,"
Ucapan Jimmy terdengar seperti seorang psikopat hingga membuat Cassie merinding. Ia lupa jika dibalik sikap humoris Jimmy, nyatanya pria itulah yang paling sadis dan loyal di antara ketiga pria yang ia temui tiga tahun lalu.
"Iya, I'm fine kok. Lo juga take care ya," ucap Cassie sebelum memutuskan panggilan telepon itu.
Setelah panggilan terputus, Cassie pun beranjak untuk membersihkan diri. Namun ia dikejutkan oleh sosok jangkung yang sudah berdiri di belakangnya. Pria itu benar-benar membuat jantung Cassie berdetak lebih kencang. Untung saja ia memiliki keseimbangan diri yang bagus.
"Lo tuh ya kayak setan aja batiba ada. Ngagetin tau nggak!," sungut Cassie.
Namun pria itu tak peduli. Entah mengapa mendengar istrinya cekikikan dengan pria lain membuatnya marah. Tanpa peringatan sebelumnya, ia langsung mendorong tubuh Cassie hingga terpentok ke dinding. Setelahnya ia membuka kancing baju Cassie dengan ganas.
Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja membuat Cassie berontak. Ia berusaha untuk menghentikan aksi Gavino meskipun ia tau akan sia-sia. Namun saat netranya tertuju pada bercak kemerahan yang terlukis di leher dalam Gavino, ia berhenti memberontak dan menatap tajam suaminya.
"Minimal bersihin dulu bekas cumbuan lo sama jalang itu sebelum minta hak lo ke istri lo," ucap Cassie dingin.
Seketika Gavino menghentikan aksinya setelah mendengar ucapan Cassie. Ia pun mengikuti arah pandang Cassie dan benar, ia tak sadar jika wanita yang ia temui di gym tadi memberikan bekas kepemilikan pada lehernya. Namun menghilangkannya sekarang pun sudah terlambat, istrinya sudah terlanjur melihatnya.
"Sorry," permintaan maaf itu lolos begitu saja dari mulut Gavino.
Namun Cassie sudah terlanjur kecewa. Ia semakin jijik dengan pria yang menjadi suaminya itu. Wanita itu mendorong tubuh Gavino dengan sekuat tenaga. Memberikan tatapan dingin pada pria itu sebelum pergi.
"Nggak usah minta maaf. Lo bebas ngelakuin hal itu sama cewek manapun selain gue. Gue cuma mau bilang jangan lupa pakai pengaman kalau nggak mau bikin orang tua lo kecewa."
...-+++-...
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Matahari yang mulai meninggi menemani pagi Cassie. Wanita itu segera bersiap untuk pergi ke kampus. Ia mengenakan kemeja putih dan rok hitam, khas mahasiswa baru yang akan pergi ospek.
Saat keluar kamar netranya tertuju pada Gavino yang sedang sibuk di dapur. Pria itu sudah terlihat rapi dengan kemeja dan celananya. Namun Cassie tak ingin memperdulikan pria itu. Biarkan saja pria itu sibuk dengan urusannya.
"Lo udah bangun?" ucap Gavino ketika menyadari kedatangan Cassie.
Pertanyaan itu hanya dibalas oleh deheman Cassie.
Wanita itu terlihat dua kali lebih jutek dari biasanya. Tentu saja Gavino tau alasan dibalik sikap istrinya. Ia hanya dapat menghembuskan napasnya dan menyajikan nasi goreng yang baru ia buat ke atas meja makan dan menyuruh istrinya untuk segera sarapan.
Namun kembali Cassie hanya membalasnya dengan deheman. Wanita itu malah pergi memberikan makan Siega. Setelah itu Cassie terlihat sibuk dengan ponselnya.
Cassie yakin jika Lily pasti masih berada pada alam mimpinya. Karena itu ia memutuskan untuk segera pergi ke apartemen Lily dan membangunkan gadis itu. Ia segera mengambil tasnya dan segera pergi. Namun suara Gavino menginterupsinya.
"Mau kemana lo?" tanya Gavino penasaran.
"Mau jemput Lily," jawab Cassie seadanya. Namun langkahnya kembali terhenti karena Gavino.
Pria itu memaksa untuk ikut dengan Cassie. Awalnya Cassie menolak tetapi pada akhirnya ia membiarkan pria itu untuk ikut. Tak ada waktu baginya untuk berdebat lagi dengan Gavino.
Sebelum pergi pria itu terlebih dahulu memindahkan nasi goreng buatannya pada kotak bekal dan menyuruh Cassie untuk memakannya selama perjalanan mereka menuju apartemen Lily.
Cassie yang memang lapar pun tak menolak. Ia tak akan menyiksa dirinya karena rasa gengsi yang hanya membuatnya susah. Ia memakan nasi goreng itu dengan lahap.
Wanita itu juga menyuapi suaminya yang sedang menyetir. Sebenarnya ia malas tetapi mengingat masakan ini adalah buatan Gavino jadi ia melakukan hal itu.
Perhatian itu membuat Gavino menatap Cassie heran. Kembali ia dibuat terkejut dengan tingkah laku istrinya.
"Nggak mau lo? Tangan gue pegel nih," ucap Cassie.
"Ya udah kalau nggak mau-"
"Eh maulah," potong Gavino dan segera menerima suapan itu.
Entah apa yang merasuki keduanya hingga tercipta momen romantis di dalam BMW Gavino. Namun momen itu tak berlangsung lama. Setelah nasi goreng itu habis keduanya kembali pada aktivitasnya masing-masing. Cassie yang sibuk menatap keluar jendela dan Gavino yang sibuk fokus pada jalanan di depannya.
Tak lama kemudian mereka telah sampai di apartemen Lily. Benar saja, gadis itu masih tertidur nyenyak di kasurnya.
Cassie yang sudah tak sabar langsung pergi ke kamar mandi dan mengambil air seperlunya. Kemudian ia mengguyurkan air itu pada wajah Lily hingga membuat gadis itu terbangun.
Jika diibaratkan sebagai ibu yang membangunkan anaknya, Cassie sama sekali tak ada lembut-lembutnya. Ia tak menunggu Lily hingga benar-benar sadar. Ia langsung menuntun gadis yang masih setengah sadar itu menuju kamar mandi dan menyemprotkan air dengan shower yang ada.
Tentu saja Lily langsung membelalakkan matanya karena air dingin yang menerpa kulitnya. Gadis itu pun langsung merengek pada Cassie, "Cassie... gue kaget tau nggak," gerutunya dengan sesenggukkan.
Namun Cassie sama sekali tak luluh. Wanita itu malah memarahi balik Lily seperti ibu yang memarahi anaknya,
"Siapa suruh lo kobam?! Dah gue bilang kan kalau nggak boleh mabuk karena hari ini hari pertama ngampus. Udah! nggak usah drama. Cepetan mandi dan siap-siap. Lima menit harus udah selesai kalau nggak mau gue tinggal!."
"Ish iya, iya."
Cassie tersenyum puas. Ia segera meninggalkan gadis itu. Ia segera pergi menuju dapur dan memasakkan sarapan untuk Lily. Tingkah laku Cassie diikuti oleh Gavino yang terus mengekorinya.
"Ngapain lo?"
"Menurut lo?" tanya balik Cassie tak ramah.
Gavino bukannya bodoh. Ia juga tau jika wanita itu sedang memasak. Hanya saja maksud dari pertanyaannya adalah kenapa Cassie memasak untuk Lily sedangkan jika di apartemennya, wanita itu tak pernah memasak untuknya.
"Dasar istri nggak peka!"
Dekripsi suasana hati, tempat baik nya lebih di perjelas. Jangan hanya menekankan emosi perkarakternya saja.
Ceritanya sebetulnya Menarik, bisa dinikmati. Cuma sayang aja penggambarannya kurang jelas, Dari bab sekian yg udah kubaca, tiap muncul problem selalunya udah segitu aja, gak di perpanjang. Jadi kesannya kaya kurang pas gitu, lebih di olah lagi biar Kita yg baca beneran geregetan. /Pray//Smile/
dekripsi, alur, gaya menulis, sama peran perkarakternya itu bagus lohh.
Kulihat, ini tipikal novel yg alurnya cepat yaa.
Lanjutin Terus semangat /Good//Smile/